Watu Hala, Jajanan Spesial untuk Keluarga

Konten Media Partner
25 Februari 2019 1:52 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kue Tradisional Dompu, Watu Hala. Foto: Nining Febriani/Info Dompu
zoom-in-whitePerbesar
Kue Tradisional Dompu, Watu Hala. Foto: Nining Febriani/Info Dompu
ADVERTISEMENT
Bagi kebanyakan keluarga di Dompu, membuat kue atau jajanan rumahan adalah agenda rutin setiap akhir pekan, terutama ketika para keluarga mengadakan acara syukuran atau hajatan. Watu hala masuk dalam jajaran kue tradisional yang mudah dibuat dengan bahan yang mudah didapat.
ADVERTISEMENT
Selain mudah dibuat, watu hala juga masuk dalam kategori murah meriah. Bahan utama kue ini adalah hala atau labu. Labu biasanya ditanam sendiri oleh masyarakat Dompu yang mayoritas bekerja sebagai petani. Tumbuhan ini biasanya ditanam bersamaan saat musim tanam padi atau jagung. Tanaman labu biasanya akan merambat di pondok-pondok yang dibangun di sawah atau kebun warga, atau merambat ke pagar pembatas lahan. Tak usah risau jika tak menanam labu, buahnya juga mudah diperoleh di pasar tradisional pada saat musim panen sekitar bulan maret dengan harga yang terjangkau sekitar sepuluh ribu sampai dua puluh ribu rupiah.
Watu Hala saat Dibuka Bungkusannya dan Siap disantap. Foto: Nining Febriani/Info Dompu
Jajanan ini sangat diminati oleh hampir semua kalangan, dari anak-anak hingga orang dewasa. Kue ini memiliki cita rasa yang gurih dan manis bahkan bikin nagih. Adapun adonan dasar membuat kue ini adalah labu dicampur dengan tepung beras, gula, kelapa, sedikit garam dan mentega, kemudian dibungkus dengan daun pisang berbentuk kerucut atau kotak, lalu dikukus selama 20 menit. Watu hala yang baru matang bisa langsung dimakan, daun pisang pembungkusnya harus di buka terlebih dahulu, lelehan mentega di daun pisang akan terlihat menggoda, dengan perpaduan wangi labu yang gurih seolah meminta untuk segera dimasukan ke mulut tanpa menunggu nanti.
ADVERTISEMENT
Bagi seorang ibu yang membuatkan watu hala bagi anak-anaknya di rumah, biasanya mereka akan sangat menunggu saat-saat kue ini matang dan langsung dicicipi di saat hangat. Timing inilah yang menambah hangatnya suasana keluarga, karena semua orang nampaknya yang tak sabar untuk mencicipi watu hala yang baru diangkat dari tempat pengukus.
Bungkusan pertama habis, lanjut ke bungkusan kedua dan seterusnya adalah hal yang wajar karena tak akan ada yang berani menolak kenikmatan kue yang dimasak di rumah dengan penuh cinta ini. Sejak awal proses pembuatan jajanan rumahan ini memang harus dilakukan dengan penuh cinta. Labu dan kelapa harus diparut dengan ketenangan hati agar gigi parut tak mengenai tangan. Kemudian semua bahan dicampur menjadi satu hingga adonan jadi merata. Sebelum dibungkus daun pisang tak ada salahnya mencicipi sedikit adonannya agar bahan yang kurang terasa bisa segera ditambahkan. Apabila kurang manis bisa ditambahkan gula, begitu pula bahan lainnya.
ADVERTISEMENT
Butuh ketelitian dan teknik membungkus yang rapi untuk menghasilkan bentuk watu hala yang ideal. Dari proses pemarutan labu dan kelapa, pencampuran tepung beras, gula, garam dan mentega, hingga semua bahan tercampur dengan sempurna sebelum dibungkus. Memasak watu hala harus dengan spesial, apalagi jika kue ini memang untuk orang-orang spesial seperti keluarga.