news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Aman Kotawaringin Barat Bantu Komunitas Adat Sungai Batu Buka Lahan Tanpa Bakar

Konten Media Partner
20 Agustus 2021 17:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
AMAN Kotawaringin Barat bersama Inobu membantu Komunitas Adat Sungai Batu Desa Kubu, Kecamatan Kumai/InfoPBUN/foto : Mardani
zoom-in-whitePerbesar
AMAN Kotawaringin Barat bersama Inobu membantu Komunitas Adat Sungai Batu Desa Kubu, Kecamatan Kumai/InfoPBUN/foto : Mardani
ADVERTISEMENT
InfoPBUN, KOTAWARINGIN BARAT - Sudah lebih lima tahun, pasca kebakaran hutan dan lahan (karhutla) hebat pada 2015, Komunitas Adat Sungai Batu, Desa Kubu, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat tidak bisa berladang. Adanya larangan membuka lahan dengan cara bakar, membuat mereka tak punya cara lain untuk bisa berladang. Namun, keinginan mereka untuk bisa berladang kembali, agar bisa merasakan nasi dari padi organik tanaman sendiri tak pernah pudar.
ADVERTISEMENT
Didampingi Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Kotawaringin Barat yang didukung Inobu, Komunitas Adat Sungai Batu kembalu turun ke ladang. Kali ini mereka berladang dengan percobaan teknik pembukaan lahan tanpa bakar. Penanaman perdana dengan cara menugal (larikan), berlangsung Kamis (19/8/2021).
Penanaman perdana ini diawali dengan ritual adat bahalarat. Sebuah replika perahu dilepas. Ini sebagai simbol keberangkatan pelayaran untuk kembali dengan memuat hasil yang banyak. Begitulah harapannya, penanaman perdana padi ini kelak akan menuai hasil yang melimpah pula. Ritual ini dipimpin tetua adat Sungai Batu, gulu Pajeri. Ia juga merasa gembira bisa turut berhuma (berladang) kembali.
Mardani, Ketua AMAN Kotawaringin Barat, menturkan, selama lima tahun terakhir, komunitas adat kesusahan karena tak bisa berladang. Ini karena kebijakan larangan membuka lahan dengan membakar. Selama itu, masyarakat adat yang relatif bisa berdaulat menyediakan pangan, menjadi tergantung sepenuhnya dari luar.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan, sebenarnya masyarakat adat bukannya tak mau berladang tanpa bakar. Tapi masyarakat adat  belum ada solusi  khususnya di lahan-lahan mereka yang tentu berbeda jenis tanah nya. Sementara ini, demplot yang dibikin seluas lima hektar, yang akan dikelola sepuluh keluarga terlebih dahulu.
“Berikutnya nanti melihat perkembangan di lapangan seperti apa. Karena padi tampuy yang kita tanam ini katanya bisa bisa bertahan di bermacam jenis tanah," ujar Mardani, Jumat (20/8/2021).
Lahan yang dijadikan pilot project ini merupakan kawasan hutan adat komunitas, yang secara adat menjadi penopang penghidupan warga setempat. Dari sana mengalir Sungai Batu, dan sumber air bersih masyarakat. Kawasan hutan tersisa itulah yang kini coba dipertahankan komunitas adat Sungai Batu. Mereka berharap kawasan ini nantinya bisa diakui pemerintah sebagai hutan adat mereka.
ADVERTISEMENT
Sebagian kawasan ini telah mengalami degradasi. Di lahan terdegradasi inilah, mereka coba memanfaatkan menjadi lahan produktif, sekaligus mencegahnya dari bahaya kebakaran di musim kemarau.
“Ini akan menjaga kedaulatan pangan. Sejalan dengan program pemerintah untuk menjaga ketersediaan pangan menghadapai pandemi ,” jelas Mardani.
Bila uji coba ini berhasil, Mardani mengatakan, ke depan kawasan ini bisa diolah sebagai kawasan wisata berbasis komunitas adat dengan segala kearifan lokal yang menjadi keunikan sediri dan ini bisa menjadi destinasi wisata baru di Kubu. Selama ini Kubu lebih dikenal sebagai destinasi wisata bahari. Tapi, uniknya, desa ini juga memiliki sisa hutan, dan tradisi berladang.
“Jadi ladang itu berbasis wisata komunitas adat,” ucapnya.
Camat Kumai, Abdul Gofur turut hadir dalam penanaman perdana ini mendukung program tersebut.
ADVERTISEMENT
"Dahulu Kumai memiliki desa-desa lumbung padi lokal. Ini harus dipertahankan," imbuh Abdul Ghofur.
Menurutnya, tanaman pangan lokal perlu dikembangkan serius demi keseimbangan ekosistem ditengah banyaknya tanaman monokultur.
Senada disampaikan Anto Setiawan, Sekretaris Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kotawaringin Barat.
Ia menambahkan, pihaknya dan instansi terkait seperti Dinas Lingkungan Hidup, siap bekerja sama dengan komunitas adat Sungai Batu.