IMG_20210413_104055_Burst02.jpg

Cerita Penggali Makam Corona di Kalteng: Ini Bagian dari Ibadah

17 April 2021 18:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Imron, penggali kubur di TPU Km 7 Muara Teweh, Barito Utara, Kalteng, saat menutup lubang makam dengan terpal.
zoom-in-whitePerbesar
Imron, penggali kubur di TPU Km 7 Muara Teweh, Barito Utara, Kalteng, saat menutup lubang makam dengan terpal.
ADVERTISEMENT
MUARA TEWEH- Perjuangan para penggali makam COVID-19 tak bisa diremehkan. Meskipun berada pada garis terakhir penanganan pasien Corona, mereka layak disematkan sebagai pahlawan Corona. Bekerja tak kenal waktu dan penuh rasa takut harus mereka lalui. Kadang sejumlah peristiwa horor dan mistis bisa mereka alami.
ADVERTISEMENT
Salah satu pejuang COVID-19 yang ditemui awak media, Rabu 14 April 2021 ialah Imron. Pria berusia 35 tahun tersebut sudah 14 tahun menjadi penjaga makam dan sudah setahun lebih mengemban tugas tambahan sebagai penggali kubur pasien Corona di Km 7 Jalan Muara Teweh-Puruk Cahu, Kalimantan Tengah.
"Kalau untuk kerja sebagai penjaga makam di sini sudah dari tahun 2004 mas. Sejak ada COVID-19, saya ditugaskan lagi sebagai penggali kubur untuk pasien corona yang meninggal dunia. Ya kalau mau dibilang lelah sih tidak, soalnya ini bagian dari ibadah juga," ujar pria kelahiran Kaltim tersebut.
"Waktu dari digaji sebesar Rp 150 ribu sampai sekarang Rp 2 juta," tambahnya. Saat ditanya terkait bekerja sebagai penggali kubur pasien COVID-19, pria asal Semarang yang tinggal di kompleks Tempat Pemakaman Umum (TPU) mengatakan dirinya sudah mengalami suka dukanya, namun tetap dinikmati.
ADVERTISEMENT
"Kalau untuk pemakaman pasien Corona ini kan harus cepat mas. Tidak boleh lama kan. Ya itu yang membuat kami harus bisa siap 24 jam," ujar pria berbadan besar.
"Kalau ditelepon tolong siapkan 2 makam ya kami harus siap. Mau jam berapa saja," ujarnya lagi.
Selain selalu siap menyiapkan lubang kubur untuk pemakaman pasien Corona, Imron juga merasa khawatir terkait adanya penularan COVID-19 terhadap dirinya dan keluarga.
"Memang kalau kerja itu kita pakai APD, tetapi kan kita tidak tahu bisa bebas dari virus itu atau tidak. Makanya setiap kali ada pemakaman pasien COVID-19 selalu ada penyemprotan disinfektan sebelum masuk rumah," ujarnya.
Saat ditanya terkait pengalaman mistis dan horor selama menjadi petugas penggali makam Corona, Imron menceritakan bahwa beberapa waktu lalu dirinya pernah melihat 3 orang di sekitar kuburan pasien COVID-19 yang menggunakan APD lengkap. Saat pertama melihat dikira petugas kesehatan dan petugas makam lainnya. Pada hal saat itu jenazah pasien Corona informasinya masih di rumah sakit.
ADVERTISEMENT
"Saya lihat ada 3 orang pakai APD dan tiba-tiba hilang. Saya sempat mencari tetapi tidak ada. Pada hal waktu itu jenazah yang mau dikubur itu masih di RS dan petugas kesehatan dan petugas makam lainnya belum ada datang," kisah Imron.
Selain adanya kejadian tersebut, peristiwa mistis lain yang juga sering dialami sebagai penggali makam ialah adanya sejumlah kendala ketika sedang menggali kubur. Bagi Imron, waktu untuk menggali kubur itu tidak tentu mas. Ada yang cepat sekali dan ada yang lama sekali.
"Kalau kuburnya digali cepat berarti orang yang mau dikubur itu orangnya baik. Akan tetapi kalau orang yang dikubur itu hidupnya banyak dosa dan kejahatan, pasti ada saja kendalanya waktu kita menggali kubur. Ketemu pohon besarlah, batu besarlah dan lain-lain," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Semua hal mistis dan suka duka sebagai penggali kubur untuk pemakaman jenazah COVID-19 dinilai Imron banyak hikmahnya. Bisa dijadikan sebagai bagian dari ibadah.
"Semuanya itu bisa dijadikan sebagai ibadah mas. Karena dari pengalaman-pengalaman seperti itu ada banyak hal positif yang bisa kita pelajari," tutupnya.
Selain mengisahkan tentang suka duka serta sejumlah hal mistis yang dialami dalam pengabdian sebagai penggali makam, Imron mengakui memiliki group dengan total anggota sebanyak 6 orang.
"Ow ya mas kalau group kami ada 6 orang. Kami tidak hanya sebagai penggali makam COVID-19, tetapi juga untuk makam pasien bukan COVID-19," ujarnya.
Sebagai pelayan jasa, mereka selalu siap ketika diminta untuk menggali makam. Bahkan untuk yang jenazah yang pemakamannya di sekitar pekarangan rumah atau pemakaman khusus maupun jenazah yang ditemukan tanpa ada keluarga, mereka selalu diminta untuk menggali makam hingga proses pemakaman.
ADVERTISEMENT
"Nomor telepon kami itu tersebar ke mana-mana. Ada di Masjid, Gereja dan sejumlah tempat ibadah lainnya. Sehingga kalau ada yang meninggal pasti kami yang selalu dihubungi," terangnya.
"Biasanya kami gantian, tidak semua 6 orang ikut menggali 1 makam. Hanya 2 orang saja untuk bertugas gali 1 lubang makam. Pokoknya bergiliran," tambahnya.
Imron mengatakan sebagai koordinator dari tim penggali kubur, mereka sama sekali tidak menentukan harga, tetapi seikhlasnya dari pemberian keluarga yang meninggal.
"Kalau untuk harga kita tidak memasang harga mas. Ada yang kita tolak kalau diberi uang jika yang meninggal tersebut orang susah atau tidak memiliki keluarga sama sekali. Anggap saja itu bagian dari ibadah," terangnya.
"Tim kita ini memang awal dibentuk ya untuk membantu siapa saja yang meminta bantuan terkait dengan menggali kubur hingga proses pemakaman. Kalau dibayar syukur, tetapi kalau tidak ya itu bagian dari ibadah dan tugas kemanusiaan," tutupnya.
ADVERTISEMENT

Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten