Curhat Pemilah Sampah di Palangka Raya: Takut Corona dan Juga Takut Lapar

Konten Media Partner
17 Mei 2020 20:59 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Martha saat memilah sampah.
zoom-in-whitePerbesar
Martha saat memilah sampah.
ADVERTISEMENT
Wabah Corona yang belum diketahui kapan berakhirnya membuat masyarakat harus tetap menjaga jarak, berpola hidup sehat dan tetap berada dirumah. Akan tetapi hal ini tidak berlaku untuk semua kalangan. Beberapa diantaranya harus tetap bekerja diluar rumah demi sesama dan bertahan hidup.
ADVERTISEMENT
Sabtu (16/5) hingga Minggu (17/5) awak media mencoba mendatangi beberapa bak sampah di Kota Palangka Raya. Dua orang pemilah sampah yang hari-hari menggantungkan hidupnya dari mengumpulkan sampah basah berupa makanan sisa dan sampah plastik sedang asyik bekerja. Mereka hanya mengenakan masker lusuh tanpa sarung tangan.
"Begini sudah mas kami. Apa boleh buat. Tidak seperti ini berarti tidak makan. Takut sih dengan Corona tetapi lebih takut lapar" ujar Martha(62) saat dibincangi awak media.
Sambil terus memilah tumpukan sampah yang dipenuhi ulat dan lalat serta bau menyengat, wanita yang tinggal di Jalan Banteng ini menuturkan bahwa dirinya tidak hanya mengumpulkan sampah plastik untuk dijual tetapi juga mengumpulkan makanan sisa untuk ternak.
ADVERTISEMENT
"Saya milah sampah bukan hanya untuk saya dapat uang tetapi juga untuk ayam dan babi. Tidak hanya kami yang lapar tetapi mereka bisa mati jika kami tidak bekerja," ujarnya sambil mengeluh tentang turunnya harga ternak dan harga barang bekas seperti plastik.
Empas saat memilah sampah.
Saat ditanya terkait bantuan sosial, wanita tua yang hanya tinggal bersama suaminya tersebut menuturkan bahwa beberapa waktu lalu sudah mendata di RT namun hingga kini belum dipanggil untuk menerima.
"Didata mas tetapi kalau dapat bersyukur, tidak dapat juga ya tetap harus bekerja," tuturnya seraya mengusir lalat.
Hampir senada dengan Martha, Empas(53) yang sudah bertahun-tahun mengumpulkan sampah plastik untuk dijual pun takut dengan wabah COVID-19. Akan tetapi ketakutan akan kelaparan dan sejumlah biaya hidup lainnya membuatnya tetap beraktivitas sebagai pemulung.
ADVERTISEMENT
"Memang kami berkerja seperti ini untuk kebutuhan hidup mas tetapi juga kalau kami tidak bekerja bisa jadi banyak sampah plastik yang tertumpuk dan berserakan kemana-mana," ujarnya saat ditemui di Jalan Hiu Putih.