Getir Korban Karhutla: Upacara HUT RI di Atas Lahan yang Terbakar

Konten Media Partner
17 Agustus 2019 19:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengibaran bendera merah putih di lokasi kebakaran lahan di Kota Palangka Raya. (Foto: @InfoPLK)
zoom-in-whitePerbesar
Pengibaran bendera merah putih di lokasi kebakaran lahan di Kota Palangka Raya. (Foto: @InfoPLK)
ADVERTISEMENT
InfoPBUN, PALANGKA RAYA - Sebagai bentuk keprihatinan dan kegelisahan atas maraknya pembakaran lahan di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng), dan sekitarnya, belasan warga setempat melaksanakan upacara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-74 Republik Indonesia (RI) di atas lahan yang telah terbakar, Sabtu pagi (17/8).
ADVERTISEMENT
Seperti umumnya, upacara dilaksanakan dengan rangkaian pengibaran bendera merah putih, menyanyikan lagu 'Indonesia Raya', membaca teks Proklamasi Kemerdekaan, dan pembacaan doa. Satu hal yang unik dari upacara ini adalah adanya sesi pembacaan karya puisi berjudul 'Bhinneka Tunggal ISPA'.
Para peserta upacara terdiri dari masyarakat terdampak kabut asap dan komunitas tertentu. Mereka mengenakan masker, sebab tepat di sebelah lokasi upacara di Jalan G Obos 10, masih ada lahan yang terbakar. Bahkan, helikopter water boombing sibuk lalu lalang melintas memadamkan api di sekitar lokasi yang tidak jauh dari lokasi upacara.
Peserta upacara, Abdul Hafidz, menyampaikan, secara pribadi, mengikuti upacara bendera di atas lahan kebakaran hutan dan lahan itu sebagai bentuk keprihatinannya. Selain itu, aksi upacara bendera tersebut juga merupakan tindaklanjut dari pembuatan video kolosal dengan judul 'Hisap Asap'.
ADVERTISEMENT
"Tujuannya kalau aku pribadi ini menjadi kegelisahan kita jangan sampai di Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75 tahun 2020 nanti kita masih hisap asap," ujar Hafidz, Sabtu (17/8) kepada InfoPBUN.
Menurut Hafidz, situasi kebakaran hutan dan lahan serta kabut asap di Kota Palangka Raya saat ini memang tidak separah kejadian tahun 2015. Namun, kabut asap tetap saja memberikan dampak yang luas, seperti anak-anak tepapar ISPA.
"Saya juga membacakan teks karya teman-teman di sini juga dikasih judul 'Bhinneka Tunggal ISPA', jadi artinya berbeda-beda tetapi yang terkena dampak ISPA tidak mengenal golongan tertentu," imbuhnya.
Selain itu, Hafidz mengungkapkan alasannya mengikuti upacara bendera di atas lahan bekas terbakar lantaran anaknya yang masih 18 bulan terpapar ISPA.
ADVERTISEMENT
"Walaupun tidak separah 2015 tapi juga patut menjadi perhatian kalau berulang terus, anak saya juga kena ISPA, sempat lemas dan demam tinggi bikin kita panik, dan sekarang dalam masa pemulihan," tuturnya.
Pemerintah Kota Palangka Raya sudah berupaya maksimal untuk melakukan pemadaman kebakaran lahan. Namun yang terpenting adalah penyadaran kepada masyarakat untuk tidak membakar lahan dengan alasan apa pun.
"Dengan kondisi seperti ini harapan kepada pemerintahan masyarakat tentang treatment bagaimana mengolah lahan gambut dan tidak membakarnya. Karena sampai sekarang mungkin banyak masyarakat yang masih percaya bahwa membakar lahan adalah cara yang paling mudah dan yang murah, tanpa memikirkan dampaknya ke banyak orang," ujarnya. (Joko Hardyono)