news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kisah Mualaf Kalteng, Antara Jemaah Tablig dan Covid-19

Konten Media Partner
21 Mei 2020 16:33 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Abdul Hadi alias Eddy Nata
zoom-in-whitePerbesar
Abdul Hadi alias Eddy Nata
ADVERTISEMENT
ABDUL HADI nama baru yang diperoleh Eddy Nata setelah memeluk agama Islam tahun 2013 silam. Putra pasangan dari Ong Tian Shu dan Ong Sho Sim ini memiliki nama Tionghoa yang bernama Ong Kian pung, Eddy juga pernah mendapatkan Baptis Kornedius sejak masih dibangku SMA.
ADVERTISEMENT
Perjalanan spiritual Eddy dengan tiga kali ganti agama dimulai dari kehidupannya semasa di bangku SD Bruder Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Sebelumnya Eddy terlahir dari keluarga yang masih menganut Konghucu.
“Kami bersekolah di SD Bruder Katolik, akhirnya pindah agama Katolik hingga SMP,” ujar Eddy, Selasa (5/5) kepada InfoPBUN.
Eddy mendapatkan nama Baptis di bangku SMA saat bersekolah di SMA Katolik dan sebelumnya pernah masuk kristen pantekosta dan bethani kemudian hijrah ke Kota Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah .
Pria yang selalu mengenakan jubah arab berwarna putih ini, dibesarkan dan hidup dari keluarga sebagai pengusaha. Hingga suatu hari masalah berat menimpa dirinya, karena bermasalah dengan perusahaan besar Korea. Kehidupannya saat itu terguncang karena telah divonis bersalah oleh Majelis Hakim hinggga harus menjalani masa hukuman.
ADVERTISEMENT
“Saat itu saya merasa tidak memiliki pertolongan lagi dan bingung meminta tolong pada siapa dan meminta perlindungan pada siapa,” ungkapnya.
Namun, ditengah cobaan yang tengah dihadapinya, ia mengaku tergerak hatinya dengan sendirinya berjalan menuju sebuah Masjid lalu mengambil wudhu. Padahal, waktu itu ia tidak mengetahui cara berwudhu yang benar, kendati demikian gerakan wudhunya waktu mengikuti kata hatinya dan mengikuti gerakan salat jemaah lainnya.
“Ada rasa kesejukan jiwa yang membuat saya sangat tenang sekali, yang mana seumur hidup saya belum pernah merasakan saya merasakan fenomena seperti itu. Seperti ada sesuatu yang mengalir dalam tubuh saya setelah mengucapkan ‘Ya Allah saya ikhlas masuk dalam agama Islam’. Keluar dari Masjid pun saya merasakan kaki tidak menapak tanah, seperti mengambang, peristiwa itu tidak saya lupakan dalam hidup saya,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Ahamdulillah selama dua bulan kemudian benar-benar masuk islam secara utuh dengan mengucapkan dua kalimat syahadat dituntun ustaz dari Jakarta yang pada saat itu sedang ceramah di Pangkalan Bun,” bebernya.
Seiring perjalanan waktu, kendala keluarganya yang menentang, berkat perjuangan gigih dan keteguhan hatinya melawan rasa sulitnya, kini orang tuanya ikut menjadi seorang mualaf, walaupun saudara-saudaranya masih berbeda keyakinan agama.
“Sedangkan istri sejak awal beragama islam, kami menikah secara islam, tetapi saya setelah menikah kembali lagi ke agama saya, hidup dengan beda kondisi agama. Itu sebenarnya tidak boleh, saya baru tahu sejak masuk islam. Sejak tahu hukumnya, saya memperbaiki nikahnya ( Tajadut nikah/nikah ulang dalam Islam) dan pergi ke tanah suci bersama istri dan kedua anaknya untuk menebus rasa bersalah,” tandasnya,
ADVERTISEMENT
Sekitar satu tahun Eddy memeluk agama islam, ia tertarik untuk bergabung bersama jemaah tablig yang sering berdakwah dari masjid ke masjid lainnya. Dari awal keingintahuannya tersebut menjadi merasa ada sesuatu yang luar biasa dari jemaah tablig.
“Karena mayoritas yang ikut dari kalangan petani, tukang ojek ,tukang bangunan bahkan buruh yang saat itu saya berpikiran kehidupan mereka yang hanya pas-pasan, tetapi mereka rela mengorbankan hartanya untuk berdakwah,” imbuhnya.
Menurut Eddy, jemaah tablig berbeda kehidupan dengan masyarakat islam pada umumnya yang terlihat berlomba-lomba mengumpulkan harta benda dan kekayaan bersifat dunia. Lalu, ia terpanggil hatinya dengan niatan mengabdikan diri kepada islam secara utuh ( kafah ).
“Jemaah tablig yang saya ketahui bukan hanya organisasi atau aliran atau golongan sebutan saja, hanya sebuah gerakan peduli akan agama islam atau gerakan umat untuk menegakkan agama yang ajaran khususnya, ruhnya adalah dakwah, tanpa dakwah islam akan sulit tersebar luas,” ungkap Eddy.
ADVERTISEMENT
Eddy sering kali mengikuti agenda seperti ke masjid selama 40 hari , 4 bulan, hingga keluar negeri seperti ke Banglades dan negara lainnya. Dari kegiatan itu, ia mengaku banyak menemukan ketenangan jiwa, meski dilihat dari sisi finansial jauh lebih jaya ketika ia sebelum menjadi mualaf.
Berkaitan dengan pandemi Covid-19 saat ini, jemaah tablig sempat menjadi viral. Eddy pun menepis sitgma negatif terhadap jemaah tablig yang telah disematkan seolah-olah jemaah tidak taat aturan pemerintah.
“Buktinya ijtima Gowa, pemerintah bermusyawarah dengan para ulama dari 48 negara, yang pada akhirnya mempersingkat jalannya acara menjadi dua hari, karena kondisi dan situasi yang tidak memungkinkan,” katanya.
Saat itu, puluhan ribu jemaah pulang ke daerahnya masing-masing mengikuti anjuran pemerintah yang sebelumnya diarahkan ke asrama haji sambil menunggu pesawat ataupun kapal laut yang membawa mereka pulang. Jemaah yang belum punya tiket pun telah disiapkan tiket gratis, selama penampungan pun kebutuhan makan dan minum juga dipenuhi oleh pemerintah, berkat terlaksananya kerjasama antara pemerintah dengan para ulama.
ADVERTISEMENT
“Dalam agama sudah jelas, kita telah diperintahkan oleh Ulama untuk mematuhi salah satunya yaitu pimpinan negeri yang ta'at kepada Allah , bahkan saya sendiri ikut acara ijtima ulama,” bebernya.
Menurut Eddy, satu kesatuan umat muslim diibaratkan satu bangunan yang seyogyanya saling hormat menghormati dan menghargai. Seperti layaknya pernyataan bahwa cintailah yang di bumi maka yang di langit akan mencintaimu. Melalui kasus Covid-19, Eddy berharap tidak ada pihak-pihak yang mengambil kesempatan untuk memukul keberadaan umat islam itu sendiri. Pasalnya, acara ijtima ulama itu sendiri merupakan agenda penguatan iman, ukwah islamiah yang merupakan agenda 24 tahun sekali.
“Janganlah sampai membenci jemaah tablig, apalagi sampai memusuhi, jemaah tidak pernah mengganggu dan tidak pernah mengeksploitasi hasil bumi, tidak menambang emas secara ilegal, tidak menambang/ mengeruk hasil bumi,tidak berbisnis haram, atau merusak bumi, jemaah tablig murni gerakan untuk akhirat yang musuhnya adalah syaitan, karena musuh dakwah islam ini hanya syaitan laknatullah alaih, karena syaitan juga berdakwah dengan mengajak manusia menuruti hawa nafsunya " dan perkara Dakwah ajaran Rasulullah SAW ini sangat di fahami oleh kaum bangsa yahudi daripada ummat Muslim sendiri , tegasnya.
ADVERTISEMENT
Justru, lanjut Eddy gerakan jemaah tablig membantu meringankan kerja pemerintah. Contohnya anak-anak punk, pemabuk, pecandu narkoba, penjudi, penzina hingga pembunuh, berhasil disadarkan oleh jemaah tablig, kini mereka memiliki ahlak yang terpuji. Melalui gerakan jemaah tablig justru negara semakin aman.
Menurut Eddy, yang ia ketahui tentang corona adalah suatu azab yang Allah SWT turunkan asalnya di negeri Cina. Itu semua sesungguhnya pembelajaran yang sangat berharga bagi orang-orang yang berakal, karena tidak ada sesuatu di langit maupun di bumi yang lepas dari penglihatan Allah SWT dan segala sesuatunya tidak dapat berbuat apa apa tanpa se izin Allah SWT, tidak ada selembar daun yang jatuh di atas permukaan bumi ini tanpa sepengetahuan Allah. Karena Allah SWT Maha Ghoib yang menciptakan makhluk yang kelihatan maupun makhluk yang tidak nampak oleh mata kita.
ADVERTISEMENT
"Allah kuasa, makhluk tidak kuasa dan di dunia ini tidak ada yang kekal, baik itu musibah ataupun kesenangan, apabila musibah dan kesenangan itu berlalu maka di sisi Allah SWT kita akan menuai dua perkara yaitu jadi pahala atau menjadi dosa bagi kita. Dengan adanya wabah corona ini, saya menilai ini adalah azab yang diturunkan Allah. Saya mengajak masyarakat tetap mengikuti anjuran pemerintah untuk melakukan pencegahan serta lebih banyak berdo'a kepada Allah SWT,” imbuhnya.
Eddy merasa bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberi hadiah yang sangat besar dalam kehidupannya yaitu hidayah masuknya ia di dalam agama Islam. Islam telah meluruskan ke imanannya tentang ke Esa an Allah SWT. Islam agama yang mengajak berpikir menuntun kepada keselamatan dunia dan akhirat pastinya.
ADVERTISEMENT
"Orang tua dan adik-adik saya pun saya ajak untuk masuk dalam agama Islam, Alhamdulillah orang tua saya telah masuk dalam agama Islam semoga beliau menjadi muslim yang kafah bukan muslim yang abu abu (masuk Islam karena ada maunya), telah saya sampaikan kepada mereka bahwa Islam agama rahmatan lil alamien dan Islam menempatkan sesuatu pada tempatnya kita sembah, siapa yang patut dan layak untuk kita sembah yaitu yang telah menciptakan kita yang menciptakan langit, bumi, matahari, bulan, bintang, awan, angin, gunung dan segala macam yang ada di langit dan yang ada di bumi," jelasnya.
"Dan kita sebagaimana umat muslim jangan sampai terkesan dengan suasana dan keadaan sehingga iman kita melenceng, ketakutan akan sesuatu melebihi ketakutan kita kepada Allah SWT, sehingga tanpa kita sadari, kita telah terjerumus dalam kesyirikan dimana Rasulullah SAW ber sabda 'Syirik itu lebih halus dari rayapan seekor semut," pungkasnya.
ADVERTISEMENT