Kisah Nenek Usia 90 Tahun yang Tinggal di Rumah Tak Layak Huni

Konten Media Partner
14 Juni 2019 22:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi rumah Nenek Hafsah yang berada di atas rawa di Kelurahan Baru, Kotawaringin Barat. (Foto: Fiyya)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi rumah Nenek Hafsah yang berada di atas rawa di Kelurahan Baru, Kotawaringin Barat. (Foto: Fiyya)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
InfoPBUN, KOTAWARINGIN BARAT - Hafsah (90 tahun) harus rela tinggal di rumah yang kondisinya memprihatinkan. Betapa tidak, rumah yang terletak di Kelurahan Baru, Kecamatan Arut Selatan, Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah, itu sudah tak layak huni. Bangunannya hanya terbuat dari kayu berukuran 3 x 5 meter.
ADVERTISEMENT
Menurut sang anak, M. Noor, Hafsah dulu pernah dapat bantuan dari Dinas Sosial (Dinsos) Kobar, tapi setelah itu tidak pernah ada lagi. Nenek Hafsah bukan orang asli Kobar, melainkan berasal dari Gambut. Perempuan yang pernah menjadi guru mengaji ini mengikuti M. Noor ke Kobar pada tahun 2000.
Nenek Hafsah saat sedang berzikir. (Foto: Fiyya)
"Nenek (Hafsah) dulu enam tahun jadi guru mengaji, sampai usia sekarang nenek juga masih ingat Surat Yasin," ujar M. Noor saat dijumpai InfoPBUN di rumahnya, Jumat (14/6).
Meski tinggal di rumah yang seadanya, Nenek Hafsah sama sekali tidak pernah mengeluh. Tempat tidur Nenek Hafsah berdekatan langsung dengan toilet, maksudnya agar ia tidak kesulitan jika ingin buang air.
"Enggak enak juga sih tidur dekat WC (toilet), tapi itu memudahkan Nenek juga sudah tua enggak bisa jalan," lanjut M. Noor.
Tim InfoPBUN saat berkunjung ke rumah Nenek Hafsah. (Foto: Fiyya)
Sejak 2007, Nenek Hafsah sering sakit-sakitan, keluarga hanya bisa memanggil mantri atau membelikan nenek buah-buahan saja.
ADVERTISEMENT
"Kalau dulu kita panggilkan mantri atau kasih buah buahan, kalau sekarang alhamdulillah udah enggak sakit-sakitan lagi, paling pusing saja sudah," jelas Noor.
Saat ditemui, Nenek Hafsah tinggal bersama anak perempuannya yang berasal dari Gambut, yang memang setiap tahun mengunjunginya. M. Noor yang lebih banyak merawat ibunya itu.
"Kami keluarga membuka lebar siapa pun yang mau membantu kami terutama nenek, kami sangat berterima kasih sekali, nenek juga tidak mau lagi pulang ke Gambut, katanya di sini enak," tutup M. Noor mengakhiri kisahnya dengan kami. (Fiyya)
Editor: Joko Hardyono