Kisah Pilu Bayi 8 Bulan asal Kalteng Pengidap Hidrosefalus

Konten Media Partner
7 Desember 2019 20:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ainun saat berada dalam pangkuan ibundanya Liawati(38) di jalan Cibangas III, Palangka Raya, Sabtu (07/12/2019).(FOTO: ARNOLDUS)
zoom-in-whitePerbesar
Ainun saat berada dalam pangkuan ibundanya Liawati(38) di jalan Cibangas III, Palangka Raya, Sabtu (07/12/2019).(FOTO: ARNOLDUS)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
InfoPBUN, PALANGKA RAYA- Sungguh malang nasib Ainun. Balita berusia 8 bulan ini harus dihadapkan dengan kenyataan pahit yang menimpa dirinya dan keluarga. Ia mengalami penyakit Hidrosefalus sejak berusia 3 bulan. Sedangkan ibu kandungnya Liawati(38) mengalami kelumpuhan total pada kaki kanannya. Dengan kondisi badan tidak sempurna, istri dari Suherman ini harus berupaya merawat anak semata wayang mereka.
ADVERTISEMENT
Saat didatangi awak media, Sabtu (07/12/2019) balita Ainun hanya bisa terbaring di pangkuan ibunya. Matanya melotot dan ukuran kepalanya kian membesar.
Tak seperti balita pada umumnya, Ainun hanya bisa berbaring dengan rasa sakit di sekujur tubuhnya.
"Dia enggak bisa bermain, palingan begini saja (terbaring). Nanti sebentar lagi menangis lalu disertai batuk-batuk," cerita ibunda Ainun, warga Desa Baru, Barito Selatan saat ditemui di Palangka Raya.
"Ketika membuang air kecil atau besar, Ainun juga harus menangis kesakitan. Saluran selang yang terhubung ke kepalanya itu kerap mengeluarkan cairan bersamaan saat dia buang air," tambah Liawati sedih.
Tanpa keseimbangan kognitif akibat banyaknya cairan di kepala keluarga Ainun harus menjalani perawatan rutin di RSUD dokter Doris Sylvanus Palangka Raya. Ayahnya hanya seorang tukang bangunan yang digaji harian. Mereka kewalahan membiayai hidup kesehatan hingga kebutuhan harian.
ADVERTISEMENT
"Mau bagaimana lagi, tinggal di kota seperti ini semua harus bayar. Mau sayur juga harus beli. Sebenarnya kami mau pulang kampung, tapi karena harus rutin periksa di rumah sakit makanya enggak bisa pulang. Kalau pulang melewati jalan yang berlobang, Ainun ini masih enggak bisa. Kata dokter takut selang yang dipasang ini lepas," kata Liawati yang saat ini menginap di sebuah barak milik keluarga di Jalan Cibangas III, kota Palangka Raya.
Dengan raut wajah sedih, Liawati mengatakan, pengobatan untuk anaknya ini tidak hanya selesai di Palangka Raya. Bahkan dalam waktu dekat, mereka akan dirujuk menuju rumah sakit yang ada di Kota Surabaya, Jawa Timur. Liawati mengaku bingung mana kala mereka pergi ke sana tak ada saudara yang membantunya.
ADVERTISEMENT
"Kami ini dari kampung, untung aja disini ada keponakan yang bisa antar kami kesana kemari. Kalau ke Surabaya, kami nggak ada kenal orang disana, rasanya takut, bingung nanti harus tinggal dimana, mengurus apa-apa di rumah sakit kami juga nggak tau," tuturnya.
Hal yang lebih ia takutkan lagi, saat ini uang simpananya untuk berobat sudah kian menipis. Sementara sang suami masih bekerja keras eringat untuk mencari biaya pengobatan untuk kesembuhan Ainun.
"Kami orang miskin seperti ini hanya bisa berharap, semoga ada yang mau membantu kami untuk mengobati Ainun," harapan terakhirnya.