Masuki Tahap Verifikasi, Smelter ZINC Siap Beroperasi Tahun Ini

Konten Media Partner
7 Maret 2019 21:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

Smelter Pertama di Indonesia, Bakal Lahirkan Industri Baru dan Menyerap Banyak Tenaga Kerja di Kalteng

Tim Verifikator saat melakukan survey di PT Kapuas Prima Coal Tbk (Foto: Joko Hardyono)
zoom-in-whitePerbesar
Tim Verifikator saat melakukan survey di PT Kapuas Prima Coal Tbk (Foto: Joko Hardyono)
ADVERTISEMENT
InfoPBUN, KOTAWARINGIN BARAT - PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC) terus mempercepat proses pembangunan pabrik pemurnian dan pengolahan (smelter) untuk komoditas timbal dan seng. Tim verifikasi dari independent Surveyor Indonesia dan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah melakukan verifikasi ke PT KPC, Selasa (5/3) di Kelurahan Kumai Hulu, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng).
ADVERTISEMENT
Kepala Seksi Pengawasan Operasi dan Produksi, Dirjen Minerba Kementerian ESDM Hendri Julianto menyampaikan, pihaknya melakukan verifikasi smelter per enam bulan ke PT KPC untuk memastikan alat roasting berjalan dengan baik dan sesuai target enam bulanan. "Sudah kita verifikasi, nanti tugasnya verifikator Surveyor Indonesia untuk menilai kemajuan tugas," ujar Hendra, kepada InfoPBUN.
Ketua Tim Verifikator Surveyor Indonesia Irman Bustaman mengatakan pihaknya melakukan verifikasi berkala kepada perusahaan PT KPC yang membangun smelter yang merupakan suatu kewajiban dari Peraturan Kementerian ESDM bahwa setiap perusahaan yang membangun smelter harus melakukan verifikasi secara berkala setiap 6 bulan sekali.
"Kalau dari kemajuannya sebagai syarat perusahaan tersebut dapat mengekspor bahan baku, KPC sudah hampir selesai, jadi tidak perlu verifikasi. Dari hasil verifikasi tersebut, pihak PT KPC sudah bisa melakukan ekspor hasil produksi dan bahan mentah hingga akhir tahun 2021," ungkap Irman.
Direktur Operasional PT Kapuas Prima Coal Tbk Padli Noor
Direktur Operasional PT Kapuas Prima Coal Tbk Padli Noor menyampaikan, PT Kapuas Prima Coal Tbk sebagai holding yang membawahi dua smelter yakni Smelter Timbal (Pb) dengan izin usaha pertambangan operasi produksi khusus pengolahan dan pemurnian PT Kapuas Prima Citra sampai hasil verifikasi terakhir sudah mencapai progres 99,28 persen.
ADVERTISEMENT
"Tinggal finishing sedikit lagi, sementara untuk smelter ZINC PT Kobar Lamandau Mineral Smelter Seng (Zn) itu sekitar 23 persen dan target kita selesai di tahun 2020, sementara untuk smelter Pb tadi kita berharap bisa berproduksi di tahun 2019 ini, kendalanya hanya tinggal menunggu proses izin pelepasan kawasan hutan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)," ucap Padli.
Menurut Padli, Smelter Pb nantinya akan memproduksi sekitar 20.000 ton timbal bullion per tahun, bullion tersebut dalam bentuk batangan dan murni 99 persen serta sudah siap untuk pasar domestik. "Jadi bisa digunakan untuk pabrik yang memproduksi batrai dan accu untuk industri elektronik dan pesawat terbang," imbuhnya.
Sedangkan untuk smelter Zn kapasitasnya akan lebih besar sekitar 32.000 ton konsentrat dalam setahun dengan kadar murni 99 persen. Seperti kita ketahui bahwa Indonesia saat ini masih defisit dan setiap tahunnya masih mengimpor sekitar 300 ribu ZINC. "Kalau kita bisa mnyelesaikan pembangunan smelter pertama ini di Indonesia, kita tidak perlu lagi mengimpor, karena kita sudah bisa memenuhi kuota dalam negeri," tandasnya.
Pabrik ZnO PT Angkasa Citra Lestari (Foto: Joko Hardyono)
Padli mengharapkan, dengan hasil produksi tersebut para pabrikan yang menggunakan bahan baku baik itu bullion Pb, Ingot ZINC dan seng oxide bisa membangun industri baru di Kabupaten Kobar, Provinsi Kalteng.
ADVERTISEMENT
"Untuk PT Angkasa Citra Lestari merupakan pabrik pengolahan Zinc Oxyde (ZnO) berguna dalam industri kedokteran dan kesehatan, serta untuk pelapis keramik mahal. Harapan kita juga dengan produksi ini bisa menarik perusahan farmasi dan kosmetik dari perusahaan kita," tuturnya.
Nilai tambah yang lain adalah, diungkapkan Padli, apabila kedua pabrik sudah beroperasi akan menghasilkan asam sulfida dan akan membangun lagi pabrik untuk pupuk kieserite (organik). "Keunggulannya, selama ini di Indonesia pupuk kieserite di import, kalau kita bangun pabrik sendiri di Kabupaten Kotawaringin Barat, kita bisa bersaing harga pupuk dan penggunaannya banyak sekali di Kalteng ini, jadi harapan kita dengan adanya integrasi tiga pabrik plus produksi pupuk tadi mampu menyerap tenaga kerja," pungkasnya. (Joko Hardyono)
ADVERTISEMENT