IMG-20190915-WA0194.jpg

Melihat Langsung Perjuangan Satgas Karhutla: 'Api Mati atau Kita Mati'

15 September 2019 23:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim Satgas Karhutla Kobar berjibaku dengan api. (Foto: Ario Tanoto)
zoom-in-whitePerbesar
Tim Satgas Karhutla Kobar berjibaku dengan api. (Foto: Ario Tanoto)
ADVERTISEMENT
InfoPBUN - Dalam dua bulan terakhir, Kalimantan Tengah (Kalteng) dilanda kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), termasuk di Kotawaringin Barat (Kobar). Tim InfoPBUN berkesempatan ikut turun ke lapangan, Minggu (15/9).
ADVERTISEMENT
Berbekal info dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kobar, tim kami menuju ke Jalan Pangkalan Bun-Kotawaringin Lama di Kelurahan Mendawai Seberang, Kecamatan Arut Selatan. Jalan ini menjadi penghubung ke Sukamara, di mana menurut informasi titik api berada di KM 16-17.
Sepanjang perjalanan, asap sangat pekat. Entah sudah berapa hektare luas hutan produksi, habitat asli orangutan, dan lahan warga yang terbakar.
Sampai di lokasi, kami disambut tim Satgas Karhutla Kobar dan tim lainnya. Mereka baru saja selesai memadamkan api yang habis melalap lahan warga. Lelah dan peluh tampak jelas tergurat di wajah mereka. Menurut salah satu anggota satgas, mereka sudah dua bulan melawan api.
Tim Satgas Karhutla Kobar melakukan pemadaman dikelilingi api. (Foto: Ario Tanoto)
Dengan peralatan dan tenaga seadanya, mereka terus bekerja, setia melawan api. Setiap hari, tidak hanya satu titik api yang harus dipadamkan. Ada banyak titik yang harus dipadamkan, hingga mereka membagi tim dan saling bekerja sama memadamkan api.
ADVERTISEMENT
Tak lama berselang, kami mendapat info bahwa di Sungai Tatas, Kelurahan Baru, terjadi kebakaran. Tim infoPBUN segera menuju ke lokasi. Sampai di lokasi, api ternyata berdekatan dengan permukiman warga, bahkan salah satu warga mengatakan sawitnya ikut terbakar.
Tantangan berat yang kerap dihadapi Satgas Karhutla Kobar adalah sumber air. Tak terkecuali di Sungai Tatas, karena di dekat lokasi kebakaran air sungainya tidak ada, kering. Mereka berusaha cari cara agar air bisa ada dan bisa mengalir.
Terdengar teriakan salah satu petugas di lapangan, "Kami menjadi bulan-bulanan api".
Pemadaman di lahan gambut. (Foto: Ario Tanoto)
Angin sore itu mulai terasa kencang. Petugas satgas masuk ke dalam lahan sawit warga, segera memadamkan api dengan tenaga yang tersisa. Bayangkan, mereka harus berjibaku memadamkan api di tengah hawa panas dan asap yang bikin mata perih.
ADVERTISEMENT
"Api mati atau kita mati". Ya, kalau sudah di lapangan, tim satgas hanya punya dua pilihan itu.
Siapa pun tidak ingin bencana kabut asap ini terulang. Ada kebun yang habis terbakar, ada asap yang membawa penyakit, dan tentu saja ini akan menjadi mimpi buruk bagi Satgas Karhutla Kobar. Mereka hanya mampu 12 jam di lapangan, mulai dari jam 8 pagi hingga jam 8 malam.
Tim Satgas Karhutla Kobar mengangkat peralatan pemadaman. (Foto: Ario Tanoto)
Dalam dua bulan ini, Satgas Karhutla Kobar 'berkawan' dengan kobaran api yang membawa asap bahaya bagi semua orang, termasuk anak dan istri mereka. Mereka tak menampik, kesehatan mereka sendiri juga terancam, bahkan berujung ajal.
Harapan kita semua pasti sama, meminta semesta segera menurunkan hujan, meminta kepada tangan yang ringan menyulutkan api menjadi besar untuk tidak melakukannya terus-menerus. Satgas Karhutla sudah berjuang semampu mereka. Rela badan menjadi panas, mata terasa perih, menahan lapar, dan lelah.
Pohon yang tersisa di hutan produksi dan lahan gambut. (Foto: Ario Tanoto)
Namun sayang, meski nyawa sudah dipertaruhkan, mereka kadang masih juga disalahkan. Sering kali satgas disalahkan warga ketika pondok dan kebun sawitnya ikut terbakar, menyalahkan petugas yang lalai dalam memadamkan api. 'Lelucon' macam apa ini?
ADVERTISEMENT
Bukan perkara mudah memadamkan api di lahan gambut. Seperti yang tadi sudah dijelaskan, kadang sulit mencari sumber air. Ditambah lagi, akses jalan menuju lokasi kebakaran kadang jauh dan susah dilalui medannya.
Karhutla dan kabut asap ini bukan omong kosong, apalagi isapan jempol. Ini masalah serius. Dalam hitungan menit, api mampu membakar lahan hingga puluhan hektare. Tak pelak, Kalimantan menjadi wilayah yang kini sedang bertarung habis-habisan melawan api. Sampai kapan? (Fiyya)
Untuk membantu meringankan warga di Sumatra dan Kalimantan kumparan menggalang donasi online melalui platform kitabisa. Donasi tersebut nantinya akan disalurkan kepada warga yang terdampak asap karhutla.
Perkembangan jumlah donasi serta penyerahannya akan terus kami sajikan. Jika Anda tergerak untuk membantu, dapat menyalurkannya melalui tautan di bawah ini.
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten