Skripsi Mahasiswa UPR ini Terbengkalai Karena Tumor Rongga Mulut

Konten Media Partner
1 November 2019 19:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Khairun Nisa(Berhijab Coklat) bersama ibunya Rahmawati di jalan Raden Patah, Palangka Raya, Jumat 01 November 2019.(Foto:Arnoldus)
zoom-in-whitePerbesar
Khairun Nisa(Berhijab Coklat) bersama ibunya Rahmawati di jalan Raden Patah, Palangka Raya, Jumat 01 November 2019.(Foto:Arnoldus)
ADVERTISEMENT
InfoPBUN, PALANGKA RAYA - Sungguh malang nasib Khairun Nisa(23). Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Ekonomi Universitas Palangka Raya, KalimantanTengah ini harus direnggut kebahagiannya disemester terakhir perkuliahan. Dia menderita tumor rongga mulut disaat-saat teman seusianya lagi dengan skripsi. Kini teman-temannya seangkatan sudah menyandang status sarjana, Nisa masih dengan penyakit yang membuatnya susah makan dan bicara.
ADVERTISEMENT
"Sudah sembilan bulan mas saya sakit. Awalnya benjolan kecil saja. Tetapi dari bulan Januari 2019 lalu kian membesar hingga jadinya seperti ini," kisah putri kedua Ahmad Gali dan Rahmawati saat didatangi awak media ini, Jumat 01 November 2019 di salah satu barak di Jalan Raden Patah, Palangka Raya.
Penyakit yang sudah menjalani pengobatan hampir setahun ini membuat dirinya tidak berdaya untuk mengerjakan tugas akhir. Skripsi yang sudah dimulai harus terbengkalai. Fisiknya sudah minim energi karena tumor yang masih misteri.
“ Susah sekali mas kalau memasukan makanan. Apa lagi menguyahnya. Selama ini makan dimaskukan lewat celah-celah kecil dimulut dan langsung telan,” kisah anak penjual nasi tersebut.
“ Saya gemuk mas sebelumnya. Berat badan saya dulu sebelum sakit 48 kg, sekarang hanya 22kg. Mas lihat sendiri kan," jelasnya sambil menunjukkan beberapa foto miliknya semasa sehat di Jalan Raden Patah, Palangka Raya.
ADVERTISEMENT
Terbata-bata seraya meneteskan air mata, wanita asal Katingan Hulu ini mengisahkan bahwa penyakit yang dideritanya ini sudah menjalani pengobatan selama kurang lebih delapan bulan. Awalnya di Palangka Raya sampai terakhir di Banjarmasin. Semuanya menguras biaya mahal, tetapi hasilnya malah lebih parah.
"Dari Januari sampai Oktober 2019 kami berobat dibeberapa rumah sakit. Jalani Kemo delapan kali di Banjar tetapi semakin parah," kisahnya.
"Semua bulu badan, bulu mata dan rambut rontok semua mas," sambar Ibundanya, Rahmawati sambil menatap sedih anaknya.
Beberapa kali perbincangan terhenti karena Rahmawati pecah tangis. Dia tidak membayangkan nasib anaknya seperti ini.
"Kami sangat terpukul mas. Sedikit lagi mau wisuda kok jadinya begini. Adik-adiknya juga kuliah. Pokoknya kami kehabisan biaya," ujarnya yang sudah setahun tidak berjualan nasi.
ADVERTISEMENT
Ditengah keterbatasan dan serba berkekurangan, Nisa sebentar lagi akan dirujuk ke Jakarta untuk menjalani operasi. Dia hanya meminta doa dan dukungan agar kembali pulih dan bisa kembali bermimpi seperti kaum muda seusianya. (Arnoldus)