TNTP Masih membara, Tim Satgas dan Warga Salat Istisqo

Konten Media Partner
2 September 2019 22:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim Satgas Karhutla Kobar bersama warga salat istisqa di lokasi kebakaran di Desa Sungai Cabang. (Foto: Polres Kobar)
zoom-in-whitePerbesar
Tim Satgas Karhutla Kobar bersama warga salat istisqa di lokasi kebakaran di Desa Sungai Cabang. (Foto: Polres Kobar)
ADVERTISEMENT
InfoPBUN, KOTAWARINGIN BARAT - Asap tebal mulai menyelimuti langit Desa Sungai Cabang, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalteng yang merupakan zona penyangga Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) akibat kebakaran lahan yang terjadi sejak beberapa pekan terakhir. Berbagai upaya pemadaman juga terus dilakukan oleh Tim Satgas Karhutla Kobar.
ADVERTISEMENT
Selain pemadaman, ada pemandangan menakjubkan yang terjadi dilapangan dimana Tim Satgaa Karhutla bersama masyarakat melaksanakan salat Istisqo atau salat meminta hujan yang dilaksanakan pada Jumat (30/8) siang.
"Jadi selain usaha berupa pemadaman dan pendinginan, kita juga mesti harus meminta pertolongan dari Tuhan pemilik alam ini, agar diberikan kemudahan dan pertolongan melalui hujan, sehingga api cepat padam," ujar Kapolres Kobar AKBP Arie Sandy ZS, Senin (2/9).
Arie menambahkan, upaya pemadaman dan pendinginan akan terus dilakukan sampai beberapa hari kedepan untuk mengurangi naiknya suhu dilapangan. Selain itu, pihaknya juga kerjasama dengan perusahaan untuk membuat parit sebagai pemutus api.
"Kami akan lakukan pemadaman secara berkelanjutan bersama unsur-unsur terkait, perusahaan dan warga agar api segera padam," tandasnya.
Tim Satgas Karhutla berjibaku dengan api di Resort Pembuang Hulu Taman Nasional Tanjung Puting. (Foto: OFI)
Sementara itu, Field Direktor Orangutan Foundation Internasional (OFI) Fajar Dewanto menuturkan, Tim Satgas Karhutla saat ini masih melakukan pemadaman di dua lokasi yakni di Resort Pembuang Hulu, Kabupaten Seruyan dan Desa Sungai Cabang, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kobar.
ADVERTISEMENT
"Masih parah tahun 2006 dan 2015, ini belum ada apa-apanya," kata Fajar.
Fajar menambahkan, di lokasi yang sama Sungai Cabang tiap tahun rutin terbakar, akan tetapi tahun ini masuk sampai ke kebun warga. Akibat dari kebakaran ini juga habitat satwa semakin rusak dan sumber pakan semakin berkurang.
"Dampak pasca kebakaean, satwa terancam habitat dan sumber pakannya. Akan tetapi, selama (hutan) tidak terdampak kebakaran, secara prilaku dan kondisi pakan masih cukup," ungkapnya.
Saat ini, lanjut Fajar, relawan membantu menghimpun bantuan yang disalurkan pada Tim Satgas Karhula Kobar. "Dukungan logistik dan BBM transportasi masih diperlukan, akses yang jauh dan sulit, kondisi sember air juga sulit saat musim kemarau," pungkasnya. (Joko Hardyono)
ADVERTISEMENT