Tokoh Pendiri Desa Sungai Bakau Kalteng Berasal dari Bone, Sulawesi Selatan

Konten Media Partner
11 Oktober 2021 18:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tokoh Desa Sungai Bakau, Abdul Hamid saat dibincangi penulis. Foto: Lukman Hakim/InfoPBUN
zoom-in-whitePerbesar
Tokoh Desa Sungai Bakau, Abdul Hamid saat dibincangi penulis. Foto: Lukman Hakim/InfoPBUN
ADVERTISEMENT
InfoPBUN, KOTAWARINGIN BARAT - Nenek moyangku orang pelaut, gemar mengarung luas samudera, menerjang ombak tiada takut, menempuh badai sudah biasa. Penggalan lagu ciptaan Ibu Soed itu cocok menggambarkan asal muasal berdirinya Desa Sungai Bakau, Kecamatan Kumai, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
ADVERTISEMENT
Desa Sungai Bakau, desa yang berada di pesisir Kecamatan Kumai ini awalnya didirikan oleh seorang pelaut dan tokoh agama asal Bone (Bugis), Sulawesi Selatan yang bernama Haji Abdullah.
Belum diketahui pasti kapan tahun pendirian desa tersebut, namun berdasarkan penuturan tokoh masyarakat desa setempat, berdirinya desa itu jauh sebelum kemerdekaan.
Tokoh Masyarakat Desa Sungai Bakau, Abdul Wahid (63 th) mengatakan Haji Abdullah merupakan orang pertama yang membuka dan bertempat tinggal kawasan Sungai Bakau.
Sebelum memutuskan menetap, Haji Abdullah meminta izin terlebih dahulu dengan pihak Kesultanan Kutaringin, dan diizinkan oleh Sultan yang memerintah saat itu.
Setelah sekian lama bermukim, Haji Abdullah memperistri seorang penduduk lokal dan membawa istrinya ke tempat tinggalnya, maka tak heran jika di Desa Sungai Bakau kini banyak dihuni Suku Mendawai, sub etnik Dayak Ngaju.
ADVERTISEMENT
"Tahun pendirian kita kurang tau pasti, yang jelas jauh sebelum kemerdekaan, pembakal Desa Bakau saja sudah tujuh, kalo dulu masa jabatan pembakal bisa puluhan tahun,"
"Dulu kampung asal Desa Sungai Bakau berada di bawah sini (bawah tebing), zaman Pembakal Udin, semua pemukiman di pindah ke atas (tebing)," ungkap Abdul Wahid.
Abdul Wahid menjelaskan, meski mempunyai keturunan Bugis tapi semua keturunannya saat ini tidak bisa berbahasa bugis, melainkan fasih Bahasa Mendawai.
Kendati demikian, mayoritas warga asli yang lahir di Desa Sungai Bakau masih memiliki silsilah dengan Haji Abdullah.
Sementara terkait penamaan Desa Sungai Bakau, Abdul Wahid menceritakan nama desa diambil dari nama sungai yang berada di dekat permukiman warga. Sungai tersebut banyak ditumbuhi tanaman bakau, sejenis tanaman mangrove.
ADVERTISEMENT
"Kalau nama desa diambil dari nama Sungai Bakau, karena disitu memang banyak bakaunya," tandasnya.
Lantaran silsilah itu, maka tak heran jika Sungai Bakau banyak penduduknya yang memiliki ketrampilan pembuatan kapal yang biasanya dimiliki oleh masyarakat Bugis.
Atas jasanya, nama Haji Abdullah saat ini diabadikan menjadi nama pemakaman di Desa Sungai Bakau, Kecamatan Kumai.