Tradisi Adat Dayak Belumai, Makan Durian Sepuasnya

Konten Media Partner
19 Januari 2020 23:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga dayak Desa Riam melumai baju Camat Arut Utara M. Ikhsan. Joko Hardyono/InfoPBUN
zoom-in-whitePerbesar
Warga dayak Desa Riam melumai baju Camat Arut Utara M. Ikhsan. Joko Hardyono/InfoPBUN
ADVERTISEMENT
InfoPBUN, KOTAWARINGIN BARAT - Suku Dayak Tomun di Desa Riam dan Desa Panahan, Kecamatan Arut Utara (Aruta), Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah (Kalteng) memiliki cara unik sebagai wujud rasa syukur panen buah durian.
ADVERTISEMENT
Tradisi adat suku dayak belumai merupakan tradisi turun temurun nenek moyang suku dayak tomun yang hingga kini masih dilakukan saat panen king of fruit ini.
Para penyandau (panen bersama) buah durian dari kota yang datang ke hutan yang masih asli di Desa Riam dan Panahan, disuguhkan makan buah durian gratis sepuasnya. Setelah puas menyantap buah durian, pemilik pohon durian lantas menyiapkan daging buah durian yang kemudian dicampur dengan air atau hanya daging buah durian utuh yang disiram atau diusap ke badan para penyandau durian.
Durian yang diusapkan atau disiram ke badan atau pakaian para penyandau meninggalkan bau khas durian selama perjalanan pulang dari lokasi pohon durian menuju Desa. Tentunya para penyandau harus mempersiapkan pakaian untuk mengganti baju mereka agar tidak mabuk mencium bau durian yang menempel.
ADVERTISEMENT
"Nyudu kampu bebao, nyudu tanah bebokas arti doanya semoga tahun depan berbuah lagi, itu arti dari tradisi adat dayak belumai, dikasih makan dulu durian sampai puas, ketika hendak pulang mereka dilumai, itu tandanya mereka sudah mengunjungi ke sini, suatu saat berharap lebih banyak lagi buahnya tahun depan," ujar Kepala Desa Panahan, Nina Erpida, Minggu (19/1).
Baju Camat Arut Utara M. Ikhsan penuh dengan durian yang diusap warga dayak Desa Riam. Joko Hardyono/InfoPBUN
Masyarakat Desa Riam dan Panahan, memanen durian tidak dengan cara dipetik, mereka biasa bermalam membuat pondok tidak jauh dari pohon durian. Dari malam hari hingga pagi menjelang durian mulai berjatuhan satu persatu. Satu pohon besar usia ratusan tahun tersebut biasanya menjadi hak milik turun temurun warisan keluarga mereka.
"Terkadang panen satu malam bisa ratusan buah, kalau sekarang harganya murah yang kecil mulai Rp 5 ribu dan paling besar Rp 20 ribu. Biasanya orang yang datang membeli untuk dijual lagi ke kota belinya borongan," tandasnya.
ADVERTISEMENT
Ancaman yang membahayakan saat menyandau buah durian biasanya mereka menemukan hewan liar seperti beruang madu. Durian juga merupakan buah kesukaan orang utan, namun sudah jarang ditemui di Desa tersebut.
"Yang biasanya penyebab buah durian menjadi sedikit karena monyet, mereka suka memainkan buah yang masih kecil kemudian dijatuhkan, sehingga tidak bisa berbuah maksimal," pungkasnya.