news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Wanita Ini Enggan Ganti Baju Selama 100 Hari demi Misi Mulia

Informasi
Semua informasi ada di sini
Konten dari Pengguna
18 Januari 2021 20:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Informasi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sarah Robbins-Cole mengikuti tantangan 100 hari tanpa ganti busana. Foto: Instagram/@thisdressagain
zoom-in-whitePerbesar
Sarah Robbins-Cole mengikuti tantangan 100 hari tanpa ganti busana. Foto: Instagram/@thisdressagain
ADVERTISEMENT
Seorang wanita membuat geger publik online dengan bersumpah tidak akan membeli pakaian selama satu tahun setelah mengenakan gaun yang sama selama 100 hari. Pasalnya, gaun hitam selutut dengan lengan panjang telah menjadi ikon Sarah Robbins-Cole selama beberapa bulan terakhir.
ADVERTISEMENT
Menurut situs dailyrecord.co.uk, Sarah memakainya untuk kegiatan sehari-hari, dari berbelanja, berjalan-jalan, bersantai di sofa, hingga sebagai kostum Hari Raya Natal. Bahkan kelakuannya itu membuat pemimpin gereja dan pendeta perguruan tinggi memberikan julukan kepada Sarah sebagai “nyonya kain”.
Sarah, yang tinggal di Boston, Amerika Serikat, mengikuti tantangan 100 Day Dress Challenge pada 16 September 2020. Tantangan memiliki aturan untuk menggunakan pakaian yang sama selama 100 hari berturut-turut.
Banyak orang yang geleng-geleng kepala mendengar tantangan tersebut. Tetapi Sarah menekankan bahwa tujuannya adalah upaya untuk hidup tanpa mengikuti tren mode terbaru dan membantu menyelamatkan planet. Gaun Rowena yang dia gunakan terbuat dari wol merino yang disinyalir ramah lingkungan.
Sarah sangat menikmati tantangan itu dan menyebutnya bagian dari agenda awal tahun 2021. Wanita paruh baya tersebut mengaku, 100 Day Dress Challenge membuat dia merasa menjadi manusia yang bersyukur.
ADVERTISEMENT
“Yang mengejutkan saya adalah mengenakan gaun yang sama selama 100 hari berturut-turut tidak mengurangi apa pun dari hidup saya,” Sarah menjelaskan.
“Alih-alih, saya terinspirasi untuk melangkah lebih jauh dan tidak membeli pakaian atau aksesori baru antara tanggal 1 Januari 2021 hingga 1 Januari 2022,” Sarah berjanji.
“Saya menyadari saya memiliki banyak gaun yang digunakan untuk setiap pesta. Saya sangat boros membeli pakaian dari tahun 1992 dan saya berpikir untuk membersihkannya bahkan menghentikan kebiasaan itu.”
Tantangan diinisasi oleh merk pakaian Wool &, sebenarnya memiliki makna yang mulia, di mana 250 peserta diharapkan akan mengubah kebiasaan belanja mereka dari yang boros menjadi lebih hemat.
Selain itu, menghemat pakaian juga membantu mengurangi beban mencuci, membantu menyelamatkan planet, dan akan lebih merasa bersyukur seperti yang dirasakan oleh Sarah.
ADVERTISEMENT
“Saya pertama kali melihat tantangan di media sosial dan berpikir 'mengapa tidak?' ” kata ibu tiga anak itu.
Peserta diperbolehkan untuk mencuci dan mengeringkan gaun yang digunakan selama semalaman. Jika sudah bangun, mereka wajib memakainya kembali. Siapapun yang mampu menyelesaikan 100 Day Dress Challenge, peserta akan mendapatkan voucher senilai US$ 100 dollar atau setara dengan Rp 1,4 juta.
Sebagai bukti, Sarah harus mengunggah fotonya setiap hari dengan menggunakan busana yang sama selama 100 hari. Fotonya terpampang pada Instagram milik Sarah yang bernama @thisdressagain.
Sarah, yang baru saja memulai cuti panjang dan sedang menjalankan program doktoral jurusan kepemimpinan pendidikan, mengatakan bahwa pakaiannya yang berulang-ulang tidak hanya menyederhanakan hidupnya, tetapi juga mengajarinya tentang sesuatu yang dia sebut “menyoroti“.
ADVERTISEMENT
“Sorotan adalah perasaan bahwa semua orang melihat Anda, padahal sebenarnya tidak,“ kata Sarah dengan bijak.
“Mengenakan gaun yang sama begitu lama membantu saya menghindari perasaan itu,” ungkap Sarah.
Menurut Sarah, satu-satunya bagian paling sulit dari tantangan adalah harus memposting foto terbaru setiap hari di media sosial.
Dia berkata: “Saya telah memperingatkan mahasiswa saya bahwa saya akan mengambil tantangan ini karena mereka akan melihat saya dengan pakaian yang sama setiap hari, yang mungkin mereka anggap aneh.”
“Tetapi yang lebih penting, saya mengatakan kepada mereka untuk tidak berpikir apa yang saya unggah di media sosial adalah cerminan sejati dari hidup saya atau saya selalu terlihat rapi.”
“Dengan mengambil tantangan ini, saya memiliki wawasan tentang tekanan luar biasa yang datang dari media sosial.”
ADVERTISEMENT
Sarah sangat terkejut dengan jumlah pengikut yang naik drastis di media sosialnya. Dia juga menerima beberapa komentar intim dan tidak pantas dari orang asing. Risih dengan komentar negatif, akhirnya Sara lebih memilih memblokir.
Di sisi lain, tantangan juga membuka pikiran Sarah tentang berapa banyak pakaian yang berakhir di tempat pembuangan sampah, berapa banyak air yang digunakan untuk memproduksi kapas, dan orang tidak benar-benar tahu apakah pakaian yang dibeli juga dibuat dengan ramah lingkungan.
Bagian terpenting bagi Sarah, pengalaman demikian membantu dia terhubung lebih dalam dengan hal-hal yang sebenarnya berharga dalam hidup.
“Menjaga segala sesuatunya tetap sederhana. Tantangan ini benar-benar menghubungkan saya dengan apa yang sebenarnya penting namun sering dilupakan,” Sarah mengakhiri.
ADVERTISEMENT