Waspada! Kenaikan Harga Pertamax Menimbulkan Efek Domino bagi Masyarakat

Intan Dewi Rosida Ningtyas
Mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Malang
Konten dari Pengguna
24 April 2022 14:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Intan Dewi Rosida Ningtyas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Ilustrasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Ilustrasi Pribadi
ADVERTISEMENT
Sejak 1 April 2022, PT Pertamina resmi menaikkan harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax atau Ron 92 yang sebelumnya Rp 9.000-Rp 9.400 per liter menjadi Rp 12.500-Rp 13.000 per liter. Kenaikan ini dikhawatirkan mengakibatkan beberapa masyarakat berasal dari kelas menengah ke atas beralih menggunakan Pertalite yang harganya disubsidi.
ADVERTISEMENT
Disisi lain, kenaikan ini tidak dapat terhindarkan karena kenaikan harga minyak dunia yang sudah diatas US$ 110 per barel. Selain itu, harga rata-rata minyak mentah Indonesia untuk bulan Maret 2022 ditetapkan sebesar US$ 113,50 per barel. Tidak hanya itu, adanya ketegangan antara Rusia dan Ukraina juga menjadi salah satu faktor kenaikan harga Pertamax, perang yang terjadi antara kedua negara tersebut memberikan dampak naiknya harga minyak dunia karena pasokan minyak dunia sebagian besar dari Rusia.
Hal ini menimbulkan pertanyaan. “Apakah semua kelas menengah ke atas akan beralih mengkonsumsi Pertalite?”, dikarenakan kenaikan tidak hanya pada Pertamax terdapat juga kenaikan pada bahan pokok dan PPN mengakibatkan bisa saja kelas menengah ke atas beralih mengkonsumsi Pertalite. Oleh karena itu, seharusnya ada kesadaran masyarakat menengah ke atas untuk mengkonsumsi BBM non subsidi yaitu Pertamax, sebab jika tetap mengkonsumsi Pertalite menjadi tidak adil, Pertalite yang sasarannya menengah ke bawah.
ADVERTISEMENT
Selain itu, produk Pertamax memiliki kualitas yang lebih baik yaitu emisi karbon yang rendah. Kekhawatirannya lainnya yaitu jika beberapa kelas menengah ke atas dan menengah ke bawah menggunakan Pertalite dapat menimbulkan kelangkaan jika tidak diimbangi dengan banyaknya produk yang tersedia. Akhirnya mau tidak mau masyarakat harus mengkonsumsi Pertamax, yang mana beban masyarakat meningkat lagi.
Kenaikan Pertamax akan menimbulkan efek domino jika harga BBM lain juga ikut meningkat. Untuk itu, pemerintah diimbau tidak menaikkan Pertalite terlebih dahulu karena mengingat konsumsi Pertalite mencapai 73 persen. Jika Pertalite harganya dinaikkan maka akan terdapat risiko kenaikan inflasi yang besar dan memperburuk daya beli masyarakat. Apalagi sekarang mendekati Hari Raya Idul Fitri yang mana bahan pokok juga ikut meningkat. Tidak dapat dihindari hal ini menambah beban masyarakat lagi.
ADVERTISEMENT
Seharusnya, kenaikan Pertamax dapat ditahan terlebih dahulu mengingat saat ini masyarakat mengalami berbagai masalah kelangkaan dan peningkatan bahan pokok menjelang Hari Raya Idul Fitri. Tetapi, apabila Pertamax tidak dinaikkan. Maka, BBM bersubsidi yang diberikan pemerintah pada Pertalite akan menambah beban APBN. Memang kondisi ini menjadi serba salah, yang mana harus mengorbankan salah satu untuk memperbaiki hal lain.
Oleh karena itu, Pertamina harus menjamin agar produk Pertalite cukup untuk mencukupi kebutuhan BBM masyarakat Indonesia sehingga tidak akan terjadi kelangkaan, untuk sementara waktu jangan terlebih dahulu meningkatkan harga Pertalite dan pemerintah dapat memberikan jaminan terhadap fleksibilitas harga produk kebutuhan pokok agar kenaikan-kenaikan produk tersebut dapat diimbangi dengan pendapatan masyarakat yang naik turun.
ADVERTISEMENT