Curhatan Anak Trilingual

Intan Kemala Sari
Makeup, fashion and language enthusiast. I speak korean daily. Catch me on Instagram: kemalasari
Konten dari Pengguna
13 Oktober 2017 18:31 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Intan Kemala Sari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Curhatan Anak Trilingual
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Selain bahasa ibu alias native language, bahasa apa lagi yang kamu kuasai?
ADVERTISEMENT
Banyak orang yang dapat 'Godgifted' dengan kemampuan bahasa yang lebih. Mereka bisa ngomong lebih dari dua bahasa asing sekaligus. Belajar bahasa di sekolah pun, rasanya enggak terlalu sulit.
Bukannya mau sombong atau gimana, Alhamdulillah gue dianugerahkan Allah SWT kemampuan itu, walaupun sepertinya telat. Gue baru bisa lancar ngomong dan memahami bahasa Inggris sejak SMA. Padahal yang kita tahu, di Indonesia sendiri bahasa Inggris sudah diajarin sejak SD.
Di SMA juga, gue belajar bahasa Mandarin yang jadi salah satu mata pelajaran muatan lokal. Cuma belajar kurang dari tiga tahun, Alhamdulillah gue dipercaya menyampaikan pidato kelulusan SMA pakai bahasa Mandarin.
Pas kuliah semester tiga, gue mulai belajar bahasa Korea. Sendirian, alias tanpa guru. Semuanya gue pelajarin sendiri, dari drama sampai lagu, dari reality show sampai percakapan sehari-hari. Sampai saat ini, sudah 7 tahun gue belajar bahasa Korea sendiri.
ADVERTISEMENT
Selama 7 tahun itu pula, minat gue belajar bahasa lainnya timbul. Sempat belajar bahasa Prancis, tapi menyerah karena susah (dan sekarang mau mulai lagi, haha). Sempat juga belaja bahasa Yunani, yang menurut gue terdengar seru, tapi begitu lihat tulisannya, gue cuma sanggup belajar tiga bulan saja. Sejak tahun lalu, gue juga belajar bahasa Norwegia walaupun masih basic phrases saja.
Tapi bukan ini yang mau gue curhatin. Di satu sisi, gue seneng diberikan kemampuan lebih dalam hal bahasa. Namun, di satu sisi, kadang ada aja yang suka nyinyir.
Gue inget banget, dulu waktu masih rajin main Snapchat, gue suka Snapchat pake bahasa Inggris dan Korea. Tujuannya, apalagi kalau bukan untuk ngelancarin. Sedihnya, ada orang yang enggak suka ngelihat gue ngomong pakai bahasa Inggris dan Korea. Ada yang komentar gini:
ADVERTISEMENT
"Kak, kamu orang Indonesia bukan? Kok gak pernah pakai bahasa Indonesia sih, enggak bangga sama Indonesia? Ya aku tau sih kaka jago inggris sama korea, tapi seenggaknya bahasa Indonesia jgn dilupain lah".
Asli, gue shock loh :(
Di Instagram pun sama, kadang gue suka nulis caption pakai bahasa Inggris. Pertimbangannya, tau sendiri, enggak semua followers gue orang Indonesia dan enggak semua orang-orang yang lihat Instagram gue bisa mengerti bahasa Indonesia. Terus suatu hari ada komentar:
"Mba ngapain sih nulis pake bahasa inggris, kaya bukan orang indonesia aja,"
Duuuhhhh, komentar-komentar yang kaya gini yang suka bikin gue down. Pakai bahasa Indonesia salah, pakai bahasa Inggris lebih salah lagi. *kubur Barbie kakkk, kubur Barbieee*
ADVERTISEMENT
Salahkah kalau kami menggunakan selain bahasa ibu untuk berkomunikasi setiap hari?
Salahkah kalau kami mencampur-campur bahasa asing dan bahasa ibu untuk berkomunikasi? Karena jujur, sebagai trilingual (dan gue yakin orang-orang trilingual juga sering mengalami ini), kadang ada satu kata yang mau diucapkan dalam bahasa ibu, tapi justru ingatnya bahasa asing.
Kadang mau ungkapin suatu hal pakai bahasa ibu, tapi lebih mudah mengungkapkannya pakai bahasa asing. Iya, gue sering banget begitu.
Kadang, ada satu hari di mana kami enggak mau ngomong bahasa asing sama sekali.
Terus gimana dengan orang Indonesia yang besar di negara asing dan otomatis lancar berbahasa asing, lebih lancar dari bahasa ibu? Masihkah kalian nge-judge 'ih, sok bule' atau 'yaelah biasa aja kali, kaya bukan orang Indonesia aja', atau tuduhan-tuduhan yang lainnya.
ADVERTISEMENT
Kalian terkagum-kagum dengan bule atau orang asing lain yang lancar ngomong bahasa Indonesia, atau bahasa Jawa sekalipun. Tapi mengapa giliran kami yang berbicara bahasa asing kalian nyinyir dan sindir? Serius, gagal paham.