Mengapa Bunuh Diri Jadi Hal yang Umum Dilakukan?

22 Maret 2017 12:14 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ilustrasi bunuh diri (Foto: Pixabay)
Belakangan ini publik dibuat heboh dengan kasus bunuh diri seorang pria yang ditinggalkan istrinya. Bunuh diri tersebut disiarkan secara langsung melalui Facebook yang mengundang berbagai reaksi serta komentar.
ADVERTISEMENT
Selang beberapa hari berlalu, kasus bunuh diri terjadi lagi di Tangerang. Pelakunya adalah seorang pria warga negara Jepang yang ternyata adalah manajer grup idola ternama, JKT48.
Dilansir Psychology Today, bunuh diri adalah kejadian tragis yang meninggalkan emosi terdalam bagi para korban selamat dan anggota keluarganya. Menurut data dari Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat pada 2014, lebih dari 42 ribu orang membunuh dirinya sendiri. Angka ini membuat bunuh diri menempati posisi 10 dalam penyebab kematian.
Pria menjadi orang yang memiliki risiko tinggi bunuh diri, dengan perbandingan empat kali lebih tinggi dari pada wanita. Di Amerika, kelompok ras yang paling banyak melakukan bunuh diri adalah suku American Indian dan warga lokal Alaska.
ADVERTISEMENT
Sedangkan di Jepang, lebih dari 25 ribu orang melakukan bunuh diri pada 2014 silam. Namun angka itu tidak menjadikan Jepang sebagai negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi.
Justru, negara dengan tingkat bunuh diri dipegang oleh Korea Selatan. Seperti dilansir BBC, terdapat lebih dari 2,8 juta kasus bunuh diri yang didominasi oleh pria. Posisi kedua ditempati oleh Hungaria dan disusul oleh Jepang. Sedangkan angka terendah bunuh diri terdapat di Inggris dengan total kasus 620 ribu.
Suicide attempt (Foto: Pixabay)
Lantas, mengapa bunuh diri menjadi hal yang umum dilakukan?
Psikolog dari Tempe University Tokyo, Wataru Nishida menuturkan, sekarang ini sudah banyak cerita tentang orang yang meninggal sendirian di apartemennya. Mereka merasa diabaikan oleh anak-anak dan keluarganya. Tak heran, mereka mengisolasi diri sendiri karena depresi yang mendalam dan kesendirian.
ADVERTISEMENT
"Di Jepang, bunuh diri tidak dianggap sebagai dosa besar. Faktanya, orang-orang melakukannya sebagai salah satu cara untuk bertanggung jawab," kata Wataru.
Masih ingat tragedi kapal ferry Sewol di Korea Selatan yang tenggelam dan menewaskan seluruh murid SMA saat karya wisata? Karena seluruh siswanya meninggal dan tidak tertolong, wakil kepala sekolah di SMA yang selamat dalam kejadian itu akhirnya membunuh dirinya sendiri dengan menggantung diri. Hal itu dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab karena baginya tidak adil jika seluruh anak didiknya tewas namun dirinya selamat.
Lalu apa alasan orang tega mengambil nyawanya sendiri? Simak artikel selanjutnya di kumparan (kumparan.com)!