Tradisi 'Mengerikan' di Kamerun: Setrika Payudara

8 Januari 2017 10:24 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Tradisi setrika payudara selama ratusan tahun. (Foto: thinkstockphotos.com)
Setiap negara, daerah, atau kota di dunia pasti memiliki tradisi unik yang telah dilestarikan sejak lama. Budaya dan tradisi yang dimilik biasanya dimanfaatkan sebagai daya tarik khusus untuk menarik minat turis atau wisatawan.
ADVERTISEMENT
Namun, apa jadinya jika sebuah daerah memiliki tradisi yang 'mengerikan'? Republik Kamerun di Afrika Tengah memiliki sebuah tradisi yang tak lazim dilakukan oleh orang banyak, yaitu setrika payudara.
Ya, tradisi ini telah dilakukan selama ratusan tahun terakhir. Hal ini dilakukan dengan tujuan melindungi para perempuan Afrika dari tindak pemerkosaan dan hamil di bawah umur. Ini dilakukan untuk menghindari terjadinya segala bentuk aktivitas seksual pada remaja perempuan.
Para perempuan di Kamerun. (Foto: Dok. H.Grobe/Wikimedia commons)
Uniknya lagi, yang melakukan tindakan tersebut adalah para ibu kandung dari gadis remaja yang akan disetrika payudaranya. Tindakan ini dilakukan menggunakan spatula, batu, atau benda apapun yang telah dipanaskan terlebih dahulu di atas bara. Setelah panas, payudara sang gadis akan disetrika hingga rata.
ADVERTISEMENT
Logika yang dimiliki oleh kaum perempuan di Kamerun adalah jika perempuan memiliki payudara rata dan tidak menarik, maka lelaki tak akan tertarik untuk mendekati dan memerkosa mereka.
Tradisi ini juga dilakukan sebagai bentuk usaha untuk mencegah tumbuhnya payudara pada anak gadis Kamerun. Oleh karena itu, tindakan memijat dengan batu panas dan menyetrika payudara dilakukan kaum ibu segera setelah si anak gadis memasuki masa puber. Bahkan pada sebagian remaja, tindakan ini dilakukan saat mereka memasuki usia delapan tahun.
Saat beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari, para gadis dipakaikan kemben yang terbuat dari bahan karet dan sangat ketat untuk meratakan siluet payudara.
Tradisi ini belum terlalu populer di dunia, sehingga dokumentasi mengenai aktivitas ini masih sangat minim. Hal ini juga dipicu kultur tertutup yang dimiliki warga setempat. Mereka seringkali menolak untuk dipotret karena merasa malu karena payudara mereka terlihat.
ADVERTISEMENT
Diketahui, sebagian besar remaja perempuan di Kamerun merasakan trauma yang cukup mendalam akan tradisi ini. Kebanyakan merasa bingung dan tak memahami mengapa ibu mereka seakan 'menyiksa' mereka tanpa henti dengan cara yang menyakitkan. Setiap kali mereka meronta kesakitan, ibu mereka selalu mengatakan bahwa hal ini dilakukan demi kebaikan diri mereka sendiri.
Bagaimana pendapat kamu mengenai tradisi yang satu ini?