news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Korupsi di Tanah Syurga

Intan Nur Azizah
Pelajar di kota istimewa yogyakarta Kampus: Universitas Islam Indonesia Semester 6
Konten dari Pengguna
6 Maret 2021 17:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Intan Nur Azizah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi keindahan dan kekayaan alam indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi keindahan dan kekayaan alam indonesia
ADVERTISEMENT
Ya, itulah sepenggal lirik lagu "kolam susu" karya Yok Koeswoyo yang telah menggambarkan keadaan Indonesia. Bagaimana tidak, pada kalimat "orang bilang tanah kita tanah syurga" telah mengisyaratkan bahwasanya itu hanya sebuah kata-kata belaka. Bukan tentang sebuah kebohongan mengenai tanah surga yang ingin dibicarakan, namun yang menjadi sorotan adalah banyak pengelola negeri ini yang tidak bertanggung jawab. Karena, faktanya Indonesia adalah negara dengan kekayaan alam yang melimpah. Negeri yang terletak pada garis khatulistiwa ini memiliki keindahan alam yang luar biasa, dan segudang harta karun di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Kekayaan alam yang melimpah seharusnya bisa menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia, tetapi apa yang terjadi? Di negeri yang konon subur makmur atau dalam bahasa jawa "gemah ripah loh jinawi" ini nyatanya masih banyak orang kelaparan, pembangunan yang tidak merata, jeritan orang sakit yang sulit mendapatkan perawatan, kemiskinan, dan masih banyak masyarakat yang menganggap sekolah adalah barang mewah. Serta perekonomian yang bisa dibilang belum maju, bahkan sekarang mengalami resesi akibat pandemi.
Tanah surga yang hanya menjadi katanya saja, dan yang senyatanya masih banyak persoalan-persoalan dan ketidakadilan di bumi pertiwi. Buruknya lagi, ketidakadilan masih saja ditutupi dengan menciptakan keadaan negeri yang seolah-olah sudah adil, makmur, dan sejahtera. Semua orang terlihat sudah mendapatkan keadilan, padahal keadilan itu hanya dimiliki oleh mereka yang mempunyai kekuasaan, betapa ibu pertiwi dibuat menangis akan hal ini. Walaupun demikian, korupsi terus saja menggerogoti, dan makin suburnya lahan oligarki.
ADVERTISEMENT
Sepanjang tahun 2020 saja, banyak kasus-kasus korupsi yang telah terjadi di negeri ini. seperti yang telah dikutip dari catatan Indonesia Corruption Watch (ICW), terdapat 169 kasus korupsi dengan 372 tersangka pada semester 1 tahun 2020. Dan nilai total kerugian negara adalah sebesar Rp 18,1 triliun. Selain itu, kasus korupsi yang baru-baru ini terjadi sungguh membuat kita prihatin dan kecewa. Pasalnya, praktik korupsi masih terjadi di tengah krisis kesehatan dan ekonomi saat ini. Pada 25 November 2020, KPK telah melakukan OTT terhadap kasus korupsi ekspor benih lobster yang dilakukan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo serta penangkapan 16 orang lainnya. Kemudian selang 11 hari, yaitu tanggal 6 desember 2020 KPK menetapkan menteri sosial Juliari Batubara sebagai tersangka dalam dugaan kasus korupsi bansos COVID-19 di wilayah Jabodetabek.
ADVERTISEMENT
Setelah 2 kasus yang menggemparkan tadi, kita dikejutkan dengan kasus korupsi diawal tahun 2021 ini. Nurhadi Abdurrachman (mantan sekretaris MA) dituntut pidana 12 tahun penjara oleh JPU KPK terkait kasus dugaan suap dan gratifikasi pengurusan perkara. Menantunya, Rezky, juga terseret kasus ini dengan tuntutan 11 tahun penjara, keduanya juga dikenai pidana denda sebesar Rp 1 miliar subsider enam bulan kurungan ditambah tuntutan pidana uang pengganti sebanyak Rp 83,1 miliar.
Jeritan si miskin makin menjadi ketika haknya dirampas dan dimanfaatkan sebagai lahan subur untuk meraup uang kotor para koruptor. Keindahan laut dimanfaatkan dengan dalih pembangunan infrastruktur dan wisata, padahal hanya sebuah jembatan oligarki untuk mengisi lumbung-lumbung kekayaan pribadi. Pejabat negara yang harusnya menjadi tangan kanan dalam membantu rakyat justru menjadi musuh dalam selimut, mereka telah menjadi tikus yang mencuri di negeri sendiri dan mengambil hak-hak rakyat.
ADVERTISEMENT
Mata mereka telah dibutakan akan jabatan dan cuan, sehingga kepentingan masyarakat dan alam menjadi korban.