Kebahagiaan "Memiliki" Hanya 3 Jam.

Karena melakukan kesalahan, Peter Parker diskorsing oleh Toni Stark. Peter Parker tidak boleh lagi menggunakan baju Spiderman. Peter Parker protes:

Peter Parker: I'm nothing without the suit!

Tony Stark: If you're nothing without the suit, then you shouldn't have it.

Jawaban Tonny Stark ini jleb banget. Kalau kamu bukan apa-apa tanpa barang itu, berarti kamu tak pantas memiliki barang tersebut.

Peter Parker begitu tergantung dengan seragam Spiderman. Sehingga dia bukan apa-apa tanpa seragam itu. Peter Parker mereasa dia memiliki seragam hebat, tapi sebetulnya seragamnya lah yang menguasai dia.

What you own, ended up own you. Apa yang kamu miliki akhirnya akan menguasai kamu.

Ini bukan cuma problem Peter Parker. Ini problem umum orang modern. Yang begitu bernafsu mengaktifkan mode having (ingin memiliki) dari pada mode being (ingin menjadi).

Kita bekerja keras untuk bisa terus membeli dan memiliki. Dengan harapan kita bisa menjadi sesuatu dengan semua yang kita miliki. Hingga akhirnya semua barang itu menguasai dan mengatur hidup kita.

Fumio Sasaki, seorang profesional hidup di Tokyo mengalami stress berat karena apartementnya dipenuhi banyak barang. Semua barang yang dia kumpulkan, dengan kerja keras ternyata tak memberinya kebahagiaan.

Hingga akhirnya Fumio memutuskan untuk menjual dan mendonasikan semua barang-barangnya, hingga hanya menyisakan 4 kemaja, celana, dan sedikit barang yang betul-betul dia perlukan.

Di luar dugaan, hidupnya berangsur membaik. Dia merasakan kebahagiaan dengan gaya hidup minimalis ini.

Fumio Sasaki adalah satu dari sekian banyak orang Jepang yang berusaha mengembalikan gaya hidup minimalis jepang ynag sudah makin tergerus oleh gaya hidup modern.

Fumio Sasaki menuliskan pengalaman dan berbagi tips hidup minimalsi dalam bukunya Goodbye Things, on Minimalist Living.

Salah satu hal menarik yang Fumio tulis di bukunya adalah tentang rasa bahagia yang singkat. Ketika kita membeli sesuatu atau memiliki hal baru kita pasti merasa senang. Excitment itu yang mendorong kita untuk membeli dan memiliki, bahkan kita rela merogoh kocek yang dalam. Tetapi sebetulnya rasa bahagia itu hanya akan bertahan tiga jam saja. Setelah itu rasa bahagia itu hilang. Dia mengutik Ben Shahar, seorang ahli psikologi positif dari Harvard. Ben Shahar adlah mantan juara squash internasional. Saat dia memenangi kejuaraan squash internasional, dia begitu bahagia. Tetapi rasa itu hilang tiga jam setelah seremoni pengalungan medali.

Di Barat, gaya hidup minimalis juga mulai populer. Ryan Necodemus dan Joshua Milburn adalah daua orang yang dikenal sebagai tokoh gaya hidup minimalis. Mereka berbicara di berbagai forum termasuk di TED X untuk berbagi cerita bagaimana hdup hanya dnegan beberapa box barang. Mereka menuliskan cerita mereka di blog TheMinimalists.com

Gaya hidup minimalis sebetulnya juga sudah banyak dipraktikkan oleh tokoh-tokoh seperti Steve Jobs yang kemana-mana selalu mengguakan turtleneck black thisirt. Steve Jobs yang terinspiasi oleh gaya minimasli ajaran Zen, juga menerapkan prinsip minimaslis dalam semua product Apple nya. Atau Mark Zukerberg yang selalu menggunakan kaos abu-abu. Mahatma Gandi hanya memiliki beberapa lembar kain putih yang dia tenun sendiri untuk pakainnya.

Kalau baca sejarah hidup nabi Muhammad, kita juga akan menemukan bahwa hidup beliau adalah gaya hidup minimalis. Di rumahnya hanya ada alas tidur dari pelepah kurma, beberapa potong pakaian, sandal, sisir, dan alat makan. Suatu ketika Umar Bin Khatab iba melihat keadaan rumah nabi ini, "Raja Persia hidup mewah sementara engkau pengausa jazirah Arab hidup sangat sederhana". Dengan nada yang agak tinggi, Nabi menegur Umar, "Umar, aku tidak ada urusan dengan dunia."

Memang tak ada yang salah dengan memiliki barang. Namun ketika barang-barang itu menguasai diri kita, maka ini akan menjadi masalah.