12 Jam yang Padat dan Pesan Eksklusif Soal Pembebasan Iwan Sarjana dari Tetangga

Irish Tamzil
“Berterimakasihlah pada segala yang memberi kehidupan,” Pramoedya.
Konten dari Pengguna
11 Mei 2018 17:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Irish Tamzil tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
12 Jam yang Padat dan Pesan Eksklusif Soal Pembebasan Iwan Sarjana dari Tetangga
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Malam itu saya sudah bersiap untuk tidur, tiba-tiba pesan di HP berbunyi. Ada berita kalau terjadi kerusuhan di Mako Brimob Kelapa Dua.
ADVERTISEMENT
Sempat mikir kalau Mako itu dekat rumah saya. Cuma saya nggak terpikir akan ditugaskan ke sana. Paginya saat bangun tidur, saya bersiap seperti biasa untuk berangkat ke kantor. Memilih baju, dan berdandan. Saya sempat berpikir, “Pengen rapi aja, lagian di kantor aja kan, gak kemana-mana,”.
Saat mau berangkat, saya dapat telepon dari kantor. Begini katanya “Kamu di mana? Ke Mako ya, udah ada reporter lain sih di sana. Nanti koordinasi ya,”.
Langsung saya ganti kaus dan tas backpack. Berpakaian santai lah. Segera ke sana naik ojek. Setelah sampai di sana terlihat mahasiswa Universitas Gunadarma (Gundar), Kampus G.
Letak kampus memang di area Jalan Komjen Pol.M.Jasin sekitar 500 meter dari Mako Brimob. Penjaga keamanan Gundar Kampus G tidak menerima keamanan khusus dengan adanya kerusuhan di dekat kampus.
ADVERTISEMENT
Ternyata mahasiswa Gundar sedang menjalankan UTS, namun Gundar memberikan kesenggangan waktu bagi mahasiswanya yang terlambat mengingat jalan di sana ditutup.
“Cuma kalau telat gak apa-apa, biasanya gak boleh telat,” kitu ceunah.
Dengan keadaan jalan yang sepi, ada saja warga setempat yang duduk di pinggir jalan dan berjalan kaki menikmati kosongnya jalan. Dua restoran besar yang ada di jalan itu nampak sepi, Mcdonalds yang buka 24 jam masih ada beberapa pelanggan di dalam, namun Richeese masih tutup.
Saya berjalan terus menuju batas penjagaan ketat, terlihat gerobak makanan mangkal di depan SPBU, sekitar 500 meter dari Mako Brimob.
Saat menuju sana, saya diteriakan lelaki yang tak berpakaian seragam. “Mbak! Mau ke mana?” teriak lelaki yang sedang duduk di warung makan. “Beli soto,’’ jawab asal.
ADVERTISEMENT
Ternyata posisi saya salah, harusnya berada di depan Halte Mako, depan Gereja. Bingung lewat mana akhirnya sok ide masuk lewat belakang gereja. Di situ berjejer polisi dan tentara sekitar lebih dari lima orang, ada yang duduk dan berdiri. Begini yang mereka bilang:
“Mau ke mana?”
“Gereja Pak”
Seorang abri menghampiri saya dan ingin menggeledah, namun saya mundur.
“Gak bisa lewat sini?” Tanya saya.
“Mana KTP-nya?”
“Gak ada kegiatan di gereja. Gak bisa lewat sini. Udah pulang aja lah mbak!”
Saya pun balik badan, memang jalanan itu dijaga ketat, kucing pun nampaknya tak boleh lewat. Ternyata memang saya salah jalan, yang benarnya, saya jalan ke depan Mcd dan masuk ke gang. Saat saya kembali ke depan Mcd, nampak ojek online ditahan dan diperiksa penjaga, padahal dia bawa pesanan makanan. Saya juga ditanya saat memasuki gang.
ADVERTISEMENT
Gang itu cukup sepi, melewati kebun kosong, agak ngeri tapi ini kan siang. Sering ditawarkan ojek sama beberapa pengendara motor yang lewat. Akhirnya muncul permukiman warga dengan rumah yang berdempetan, sempat saya bertanya soal kondisi semalam pada ibu-ibu yang sedang jalan di situ. Mereka mengaku aman dan kondusif saja. Keluar dari gang, ada polisi lagi dan lagi, kali ini tak ditanya.
Akhirnya saya bertemu dengan teman-teman Kumparan di depan Halte Mako Brimob, mereka adalah Raga, Rizal, Paul, dan Fitra jadi saya cewek sendiri. Menceritakan kenapa saya mendadak ‘dikirim’ ke sini, dan berbincang soal kejadian di Mako.
Menunggu menjadi sebagian dari pekerjaan, akhirnya Karopenmas Polri Brigjen M Iqbal muncul dengan kemeja putih, meyakinkan masyarakat bahwa situasi dapat mereka kondisikan. Membantu Raga untuk tikpet sebisa mungkin hehehe, doorstop ini kepala saya sempat sakit. Mentang-mentang kecil malah jadi topangan kamera tv, gak sengaja juga sih keknya.
ADVERTISEMENT
Setelah dua kali Karopenmas Polri Brigjen M Iqbal muncul memberikan penjelasan, akhirnya media dipersilakan masuk ke Gedung Markas Direktorat Sabhara Polisi Satwa yang dijadikan media centre saat itu dengan menunjukan KTP, saya masuk sama babang Rizal.
Selesai sudah, dan teman-teman jurnalis menunggu lagi press release berikutnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 WIB.
Saat menunggu itu, saya digeser ke kediaman Iwan Sarjana, salah satu polisi yang menjadi sandra para napi teroris. Segera saya keluar dari media centre, izin keluar dengan Polisi.
Berjalan sendiri di Jalan Komjen Pol.M.Jasin yang sedang diisolasi, sepi dan gelap, namun ada cahaya sedikit dari mobilpolisi yang jauh di depan. Seperti berjalan di kota mati rasanya, takut.
ADVERTISEMENT
Jalan kaki melewati kemacetan, sambil bertanya kepada warga sekitar untuk memastikan jalan benar. Sampai sudah saya di depan jalannya, sepi juga. Terus jalan dan bertemu empat lelaki yang sedang nongkrong di warung.
“Permisi Mas, tahu rumahnya pak Iwan Sarjana?”
“Mbak siapa?”
“Dari media, Mas”
“Sudah janji dengan keluarga?”
“Sudah Mas”
“Siapa nama istrinya?”
“Wah lupa tadi siapa ya, saya tanya dulu ke kantor”.
Saya kembali ke jalan utama tadi, menanyakan nama istrinya, diberi tahu, namun khawatir salah. Kalau kembali saya bertemu dengan orang-orang tadi dan malas ribet. Akhirnya saya memesan ojek dan minta diantarkan ke RT RW yang dituju. Pakai helm dan masker, supaya tak dicurigai orang tadi.
Sampai di lokasi sekitar jam 21.00, namun sepi. Bertanya lagi sama warga, diberi tahu rumahnya. Ternyata kelewat dan sepi, hanya ada warga nongkrong di depan warung dekat rumahnya. Saya tanyakan baik-baik soal Iwan Sarjana, ngeri juga malam sendiri di kampung orang dan di keliling sekitar tujuh bapak-bapak di warung. Bismillah..
ADVERTISEMENT
Saya permisi dan mengobrol dengan mereka, namun mereka tetap menjaga jarak dan tak mau membuka banyak. Muncul lah bulek Tukijan, dia mengaku kerabat dekat, sama tidak membuka banyak juga. Begitu di antara mereka ada yang naiki motor saya meminta nebeng, karena saya takut juga ketemu orang yang tadi.
Saya juga sempat meminta kontak tetangga Iwan dan minta tolong informasi bila ada. Malamnya sekitar jam 00.00 saat saya sudah santai di rumah, dia mengirimkan pesan singkat via WA. Foto Iwan Sarjana bebas dari sandra.
Saya langsung mengabarkan informasi penting ini ke kantor. Saya pikir foto dan informasi itu ekslusif karena saat itu Polisi saja belum memberikan konferensi pers soal pembebasan Iwan.
ADVERTISEMENT
Begitu perjalanan setengah hari saya melaporkan setiap peristiwa dari Mako Brimob Kelapa Dua, Depok.