Konten dari Pengguna

Membiasakan Kebenaran, Bukan Membenarkan Kebiasaan

Irman Ichandri
Guru SMK Unggul Negeri 2 Banyuasin III, Ketua Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di SMK Unggul Negeri 2 Banyuasin III, Alumni S1 PPKn Universitas Sriwijaya, Alumni S2 Magister Hukum Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sumpah Pemuda Palembang.
22 Agustus 2024 7:49 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Irman Ichandri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Oleh : Irman Ichandri, S.Pd., M.H.
Sumber Foto : Dokumen Pribadi
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita dihadapkan pada situasi di mana kebenaran harus dipertaruhkan demi kenyamanan dan kebiasaan yang sudah mendarah daging. Ada pepatah yang mengatakan bahwa “Membiasakan Kebenaran” adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang adil dan harmonis. Namun, sering kali yang terjadi justru sebaliknya; kebiasaan yang sudah tertanam begitu dalam dalam masyarakat, meskipun salah, dibenarkan demi menjaga status quo. Artikel ini akan mengupas pentingnya membiasakan kebenaran daripada membenarkan kebiasaan, serta dampaknya terhadap individu dan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Makna Membiasakan Kebenaran
Membiasakan kebenaran berarti menjadikan kebenaran sebagai pedoman utama dalam berpikir, bertindak, dan mengambil keputusan. Hal ini tidak hanya berlaku dalam konteks individu, tetapi juga dalam sistem sosial, politik, dan hukum. Dalam ajaran agama, moralitas, maupun norma sosial, kebenaran memiliki tempat yang sangat penting. Namun, kebenaran sering kali diabaikan karena alasan kenyamanan, ketakutan akan perubahan, atau bahkan kepentingan pribadi dan kelompok.
Dalam membiasakan kebenaran, individu diharapkan untuk terus-menerus mengevaluasi dan memperbaiki diri, berani mengakui kesalahan, dan tidak membiarkan kebiasaan yang salah terus berlangsung. Hal ini tentu membutuhkan keberanian dan komitmen yang kuat, terutama ketika kebenaran tersebut bertentangan dengan kepentingan pribadi atau kelompok.
Kebiasaan yang Salah: Sebuah Perangkap Sosial
ADVERTISEMENT
Kebiasaan adalah perilaku yang dilakukan berulang kali hingga menjadi sesuatu yang otomatis dan tidak dipertanyakan lagi. Ketika sebuah kebiasaan terbentuk, ia cenderung diikuti tanpa perlu dipikirkan lagi, bahkan jika kebiasaan tersebut sebenarnya salah atau merugikan. Ini bisa terlihat dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari hal kecil seperti pola makan yang tidak sehat, hingga hal besar seperti korupsi yang merajalela di berbagai sektor.
Salah satu contoh kebiasaan yang salah adalah pembenaran perilaku curang dalam dunia pendidikan. Di beberapa tempat, menyontek dianggap sebagai hal yang wajar dan bahkan dibenarkan oleh sebagian siswa dan orang tua. Kebiasaan ini, jika dibiarkan, akan menghasilkan generasi yang tidak jujur dan merusak integritas pendidikan itu sendiri.
Pembenaran Kebiasaan: Menghindari Kebenaran demi Kenyamanan
ADVERTISEMENT
Pembenaran kebiasaan terjadi ketika individu atau kelompok membenarkan tindakan atau perilaku tertentu karena sudah menjadi kebiasaan yang sulit diubah. Alasan utama di balik pembenaran ini adalah kenyamanan. Orang cenderung lebih nyaman dengan apa yang mereka kenal dan biasa lakukan, bahkan jika itu salah. Mengubah kebiasaan memerlukan usaha, waktu, dan kadang-kadang pengorbanan, yang sering kali dihindari oleh banyak orang.
Misalnya, dalam dunia kerja, praktik korupsi sering kali dibenarkan dengan alasan "semua orang melakukannya". Alasan ini digunakan untuk menghindari konfrontasi dengan kebenaran yang mungkin menuntut perubahan besar dan berdampak pada kenyamanan hidup.
Dampak Membiasakan Kebenaran Terhadap Masyarakat
Membiasakan kebenaran bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi dampaknya sangat besar. Ketika individu dan masyarakat berkomitmen untuk menjadikan kebenaran sebagai kebiasaan, hal ini akan menciptakan lingkungan yang lebih sehat, jujur, dan adil. Orang akan lebih bertanggung jawab atas tindakan mereka, dan sistem sosial akan lebih transparan.
ADVERTISEMENT
Misalnya, dalam sistem hukum, membiasakan kebenaran berarti menegakkan keadilan tanpa pandang bulu, tanpa adanya intervensi atau manipulasi. Ini akan memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga hukum dan menciptakan rasa aman dan keadilan.
Selain itu, dalam dunia pendidikan, membiasakan kebenaran akan melahirkan generasi yang lebih kritis, kreatif, dan berintegritas. Siswa akan belajar untuk jujur dan bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri, bukan sekadar mengejar nilai dengan cara yang tidak benar.
Tantangan dalam Membiasakan Kebenaran
Membiasakan kebenaran tidak lepas dari berbagai tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah resistensi terhadap perubahan. Kebiasaan yang sudah berlangsung lama cenderung sulit diubah, terutama jika kebiasaan tersebut sudah menjadi bagian dari identitas sosial atau budaya tertentu. Selain itu, ada juga tantangan dari pihak-pihak yang merasa dirugikan oleh kebenaran yang diungkapkan.
ADVERTISEMENT
Misalnya, dalam konteks politik, membiasakan kebenaran bisa berarti mengungkap korupsi atau penyalahgunaan kekuasaan yang telah berlangsung lama. Pihak-pihak yang diuntungkan dari kebiasaan tersebut tentu akan berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankannya, bahkan dengan cara-cara yang tidak etis.
Membangun Kebiasaan Kebenaran: Langkah-Langkah yang Dapat Diambil
Untuk membiasakan kebenaran, langkah pertama yang perlu diambil adalah edukasi. Edukasi tentang pentingnya kebenaran dan konsekuensi dari membenarkan kebiasaan yang salah harus dimulai sejak dini, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Selain itu, perlu juga ada sistem yang mendukung dan memfasilitasi perubahan kebiasaan yang salah, seperti kebijakan yang tegas dan adil.
Selain itu, penting untuk membangun budaya yang menghargai kebenaran. Ini bisa dimulai dari hal-hal kecil seperti mengapresiasi kejujuran dan integritas dalam kehidupan sehari-hari. Dalam jangka panjang, budaya ini akan memperkuat komitmen individu dan masyarakat untuk selalu menjunjung tinggi kebenaran.
ADVERTISEMENT
Membiasakan kebenaran bukanlah tugas yang mudah, tetapi ini adalah langkah penting menuju masyarakat yang lebih adil dan harmonis. Kebiasaan yang salah, jika terus dibenarkan, akan merusak fondasi moral dan sosial masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk berani mengakui kesalahan, melakukan perubahan, dan menjadikan kebenaran sebagai pedoman utama dalam setiap tindakan. Dengan begitu, kita tidak hanya menciptakan kebiasaan yang baik, tetapi juga membangun masyarakat yang lebih baik di masa depan.