Konten dari Pengguna

Gen Z Sulit Diatur? Mungkin Bukan Mereka yang Salah, Tapi Cara Kita Memimpin

Zalfa Nur Asyifa
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6 Juli 2025 0:18 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Kiriman Pengguna
Gen Z Sulit Diatur? Mungkin Bukan Mereka yang Salah, Tapi Cara Kita Memimpin
Tulisan ini mengulas tantangan memimpin Gen Z dan pentingnya mengubah gaya kepemimpinan agar lebih relevan, fleksibel, dan memberdayakan generasi pekerja masa kini.
Zalfa Nur Asyifa
Tulisan dari Zalfa Nur Asyifa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Komunikasi Dua Arah (Sumber: Pexels.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Komunikasi Dua Arah (Sumber: Pexels.com)
ADVERTISEMENT
"Gen Z susah diatur." Kalimat ini makin sering terdengar di ruang kerja. Tapi benarkah masalahnya ada pada mereka? Atau justru cara kita memimpin yang sudah tak lagi relevan?".
ADVERTISEMENT
Generasi Z mereka yang lahir sekitar tahun 1997 hingga 2012 mulai mendominasi angkatan kerja. Mereka membawa pendekatan yang berbeda lebih personal, fleksibel, dan kritis terhadap aturan.
Namun sebagian atasan masih menggunakan gaya kepemimpinan lama instruktif, otoriter, satu arah. Tak heran jika muncul kesan bahwa Gen Z sulit diatur, padahal sebenarnya mereka hanya tidak cocok dipimpin dengan cara yang tidak lagi relevan.
Bukan Malas, Tapi Butuh Ruang
Menurut survei Deloitte Global 2024, lebih dari 70% Gen Z menilai fleksibilitas dan kesempatan berkembang lebih penting daripada gaji tinggi. Mereka menghargai ruang berekspresi, lingkungan yang kolaboratif, serta pemimpin yang bisa mendengarkan.
Kesalahan umum dalam memimpin Gen Z adalah menyamakan “disiplin” dengan “pengawasan ketat”. Faktanya, mereka bisa sangat produktif jika diberi kepercayaan dan makna dalam bekerja.
ADVERTISEMENT
Studi Kasus: Dunia Startup
Banyak perusahaan rintisan mampu menarik dan mempertahankan Gen Z karena budaya kerjanya yang terbuka, adaptif, dan tanpa sekat. Bahkan perusahaan besar pun mulai berbenah: menerapkan jam kerja fleksibel, sistem hybrid, hingga gaya manajemen berbasis coaching.
Pemimpin yang gagal menyesuaikan gaya kepemimpinannya berisiko kehilangan talenta terbaik dari generasi ini.
Pendekatan yang Relevan untuk Gen Z:
1. Berikan Tujuan, Bukan Sekadar Aturan Mereka lebih mudah bergerak jika tahu alasan dan dampaknya. Bukan karena disuruh.
2. Tawarkan Tantangan, Bukan Rutinitas Gen Z cepat bosan. Tapi juga cepat belajar. Tantangan akan membuat mereka berkembang.
3. Bangun Komunikasi Dua Arah Mereka enggan dengan atasan yang “selalu benar”. Mereka ingin didengar, bukan diperintah.
ADVERTISEMENT
4. Apresiasi Proses, Bukan Hanya Hasil usaha, inisiatif, dan ide juga layak dihargai, bukan cuma output angka.
Kesimpulan: Ubah Cara Memimpin, Bukan Mengeluh
Mengelola Gen Z bukan berarti memberi kelonggaran tanpa batas. Ini soal transisi dari mengatur menjadi memberdayakan. Dengan pendekatan yang tepat, Gen Z bisa menjadi motor perubahan organisasi.
Di era sekarang, karyawan bukan sekadar "anak buah" mereka adalah mitra berpikir. Dan jika kita mampu melihat mereka sebagai aset, bukan beban, maka bukan hanya Gen Z yang berkembang, tapi seluruh organisasi akan ikut tumbuh.