Titik Buta Seorang Pemimpin

Jajang Jaenudin
Pelayan Publik Pemerintah Kabupaten Karawang
Konten dari Pengguna
7 April 2021 22:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jajang Jaenudin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi seorang pemimpin (Gambar : Canva)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi seorang pemimpin (Gambar : Canva)
ADVERTISEMENT
Kebanyakan dari kita, termasuk saya, sangat gampang sekali menilai kekurangan orang lain. Tingkah laku orang lain menjadi gambaran objektif yang nampak untuk dikomentari dan diambil konklusi.
ADVERTISEMENT
Namun, kita sangat sulit sekali menilai diri sendiri dan kekurangan sendiri. Kita sering keliru memberikan kesan terhadap diri dan perilaku sendiri. Kemudahan menilai orang lain dan kesulitan menilai diri sendiri, oleh John C, Maxwell (2019) dinamakan titik buta.
Menurut Larry Stephens yang dikutip oleh John C, Maxwell (2019), Titik buta adalah area-area di mana kita terus gagal memandang diri dan situasi kita dengan realistis. Semua orang mempunyai titik buta, tapi cuma segelintir yang mengenali titik buta mereka.
Titik buta yang dimiliki oleh setiap orang, akan menimbulkan masalah bagi diri sendiri dan orang lain. Titik buta ini tidak boleh dimiliki oleh seorang pemimpin. Titik buta seorang pemimpin akan menimbulkan dampak masalah yang berlipat ganda kepada orang lain, karena tugas pemimpin adalah mempengaruhi orang lain.
ADVERTISEMENT
Empat titik buta
Sebelum memimpin orang lain, seorang pemimpin harus bisa memimpin dirinya sendiri. Setiap pemimpin juga mempunyai titik buta, namun seorang pemimpin harus bisa mengendalikan titik butanya dengan efektif.
John C. Maxwell (2019) menyampaikan empat titik buta paling merusak dan paling jamak di kalangan pemimpin.
Pertama, perspektif tunggal. Pemimpin yang mempunyai titik buta ini akan merasa berkeyakinan kuat dirinya selalu benar. Dia memaksakan pandangannya ke anggota tim atau bawahannya.
Dampaknya, dia akan mengasingkan ide dan gagasan anggota tim atau bawahan. Mereka takut memberikan sumbangsih atau inovasi yang sangat penting bagi organisasi. Sehingga dia akan banyak kehilangan sumbangsih atau inovasi.
Cara menyelesaikan masalahnya berdasarkan keyakinan sendiri berdasarkan sudut pandang dia sendiri. Seperti yang dikatakan Larry Stephens, “Jika satu-satunya alat yang anda punya adalah palu, anda cenderung memandang semua masalah sebagai paku”. Pemimpin adalah palunya, anggota tim atau bawahan adalah pakunya.
ADVERTISEMENT
Ciri pemimpin yang memiliki perspektif tunggal yaitu memulai obrolan apapun pada akhirnya akan membahas topik favoritnya, pembahasan masalah itu-itu saja dan kembali dengan nasihat andalan yang berulang, dan dia selalu benar orang lain selalu salah. Pemimpin seperti itu harus banyak belajar melihat berbagai sudut pandang yang berbeda.
Kedua, rasa tidak aman. Pemimpin yang mempunyai titik buta ini, takut terlihat bodoh, lemah dan tidak penting. Oleh karenanya dia akan mengutamakan dirinya sendiri. Dia merasa terancam, apabila ada orang lain yang berprestasi dan merasa iri hati. Bahkan berusaha untuk membatasi orang-orang yang berprestasi itu muncul.
Ciri pemimpin titik buta ini adalah sulit memuji orang lain, menyembunyikan informasi dari staf, menjauhkan staf dari pemimpin yang baik, merasa terancam dengan pertumbuhan orang lain, dan selalu ingin mengendalikan semua orang/hal dengan ketat.
ADVERTISEMENT
Ketiga, ego yang tak terkendali. Pemimpin yang mempunyai titik buta ini, menganggap orang lain lebih rendah, peraturan tidak berlaku bagi dirinya, kaku, berpikir sempit, hubungan dengan pegawai lain tidak terbina, dan menyalahkan orang lain.
Ciri pemimpin yang memiliki titik buta ini adalah menganggap tidak ada orang lain yang mampu bekerja sebaik dia, harus ada orang lain yang disalahkan saat ada masalah, ide orang lain tidak dianggap, dan rekan kerja/bawahannya merasa tertindas.
Keempat, karakter lemah. Karakter adalah konsistensi nilai, idealisme, pemikiran, kata-kata dan tindakan. Karakter tidak kalah penting dengan kemampuan, peluang dan kerja keras. Karakter membungkus bakat seseorang. Lemah tidaknya karakter seseorang akan muncul ketika dia memimpin orang lain bahkan dirinya sendiri.
ADVERTISEMENT
Ciri-ciri pemimpin yang lemah karakternya adalah tenggat waktu sering dilewati, tidak konsisten ketika membuat janji/resolusi/keputusan untuk berubah dan kemudian kembali ke kebiasaan lama, lebih penting menyenangkan orang lain daripada mempertahankan nilai-nilai sendiri, mau memangkas atau menyembunyikan kebenaran demi keluar dari situasi sulit, memilih pekerjaan yang termudah meski tahu itu yang yang terbaik, dan tidak dipercaya orang lain.

Pengakuan dan perubahan

Setelah mengetahui ciri-ciri empat titik buta seorang pemimpin, cobalah anda menyendiri. Adakah keempat titik itu menempel dalam diri anda. Jika kesulitan, buatlah list ciri-ciri titik dimaksud. Berikanlah tanda cross untuk ciri yang tidak ada, dan berikanlah tanda checklist untuk ciri yang ada pada diri anda. Berlakulah jujur untuk menilai diri anda. Jika masih kesulitan, mintalah orang terdekat atau teman kerja terdekat untuk menilai diri anda. Anda jangan tersinggung jika kesimpulannya tidak sesuai dengan keinginan anda.
ADVERTISEMENT
Anda harus menyadari, tidak ada manusia yang sempurna. Setiap orang berpotensi besar memiliki ciri-ciri titik buta tersebut. Mengetahui kekurangan diri sendiri, sangat penting bagi seorang pemimpin. Kekurangan dimaksud bukan hanya akan merugikan diri sendiri, staf, bawahan, atasan dan rekan kerja, namun juga akan merugikan organisasi tempat anda bekerja.
Setelah mengetahui kekurangan anda, cari cara untuk mengendalikannya. Tumbuhkan komitmen mengerjakan cara tersebut dengan konsisten. Seiring waktu anda akan terbiasa mengendalikannya. Dalam diri saya juga ada ciri-ciri dari keempat titik buta tersebut. Lalu, bagaimana dengan anda?
Baca juga artikel Jajang Jaenudin lainnya.