Konten dari Pengguna

Tren Thrifting di Kalangan Anak Muda

Jalu Adhiguna
mahasiwa analisis kebijakan publik UI
6 Desember 2022 18:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jalu Adhiguna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
(Sumber: https://pixabay.com/id/)
zoom-in-whitePerbesar
(Sumber: https://pixabay.com/id/)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam perkembangan zaman pada saat ini tren fashion ini selalu berubah. Beragam model busana hadir mulai dari atasan, hingga bawahan, hingga aksesoris pun mengalami perubahan dari seiringnya waktu.
ADVERTISEMENT
Tren thrifting ini berawal dari tren preloved atau yang sering didengar dengan pakaian yang habis dipakai oleh pemiliknya yang sudah tidak dipakai lagi dengan alasan sudah tidak muat lagi maupun sudah bosan. Seiring dengan berjalannya waktu, tren thrifting menjadi sebuah daya tarik yang tinggi di kalangan anak muda untuk mengikuti berbagai tren fashion atau gaya tertentu.
Tren thrifting juga menjadi kegemaran bagi kelompok-kelompok dari anak muda. Dengan membeli pakaian thrifting juga menjadikan anak muda sekarang suka dengan barang-barang thrifting karena memang unik dan mampu membuat tampilan berbeda dengan lainnya. Tren thrifting ini juga menjadi sebuah gaya hidup bagi kalangan anak muda dalam dunia fashion.
Di Indonesia sendiri tren thrifting ini menurut data hasil survey Goodstats mengenai preferensi gaya fashionn anak muda Indonesia yang dilaksanakan pada 5-16 Agustus 2022 dengan melibatkan 261 responden, mayoritas responden atau sekitar 49,4% mengaku pernah membeli fashion bekas dari hasil thrifting. Sekitar 34,5% belum pernah mencoba thrifting dan sebanyak 16,1% memilih untuk tidak akan pernah mencoba membeli barang hasil thrifting. Dengan hasil survey yang dilakukan oleh Goodstats ini membuktikan bahwa tren thrifting ini banyak disukai oleh masyarakat Indonesia terutama pada kelompok anak muda.
ADVERTISEMENT
Dampak positif dari adanya tren thrifting
Dalam tren thrifting ini memiliki beberapa hal yang positif. diantaranya adalah menghemat uang, dengan adanya pakaian bekas layak pakai ini masyarakat bisa menghemat uang dan dengan mengeluarkan uang yang banyak, masyarakat bisa memiliki pakaian yang diinginkan sesuai dengan style fashion dengan adanya tren thrifting ini juga gaya busana yang populer pada zamannya kembali terkenal dibawakan oleh kalangan kelompok anak muda yang ingin terus bereksperimen. Selain untuk menghemat pengeluaran untuk memiliki pakaian apa yang diinginkan. Dengan adanya tren thrifting ini dapat mengurangi sampah pakaian dan hal ini juga dapat meminimalisir limbah-limbah pakaian bekas yang dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Terlebih thrifting sangat mendukung kampanye zero waste yang bisa memberikan dampak besar bagi lingkungan. Dengan berbelanja barang bekas, kita dapat memberikan suara dengan uang kita sebagai untuk tidak mendukung industri yang menghasilkan polusi dan berton-ton limbah.
ADVERTISEMENT
Dampak negatif dari adanya tren thrifting
Selain dampak positif dari pakaian bekas, adanya dampak negatif dari pakaian bekas. Diantaranya adalah, dikarenakan harganya yang dibilang cukup murah pakaian thrifting ini menyebabkan munculnya prilaku konsumtif kemudian tidak menutup kemungkinan dengan pakaian bekas ini membawa bahaya penyakit yang disebabkan oleh pakaian bekas. Pakaian bekas yang dijual oleh pedagang thrift store cenderung bisa menyebabkan suatu penyakit, terutama penyakit kulit. Hal ini dikarenakan pembeli tidak tahu kalau pemilik sebelumnya apakah punya riwayat penyakit kulit atau tidak, sehingga penyakit kulit tersebut bisa menular ke pembeli pakaian bekas tersebut. Selain itu juga penyakit yang ada di pakaian bekas disimpan di ruangan yang tertutup dengan waktu yang cukup lama. Sehingga pakaian bekas tersebut ditumbuhi oleh jamur ataupun kuman-kuman yang bisa menjadi sumber penyakit yang bisa menyerang kulit sehingga bisa membuat kulit mengalami iritasi.
ADVERTISEMENT
Dampak negatif selanjutnya adalah, brand lokal kalah saing sehingga brand-brand pakaian lokal kurang diminati dengan adanya tren thrifting ini. Dimana anak muda lebih condong untuk membeli pakaian bekas ini anak muda bisa mendapatkan pakaian dari luar negeri yang masih layak untuk dipakai dengan harga yang murah, sehingga brand produk pakaian lokal sulit untuk bersaing di negeri sendiri.
Jalu Adhiguna, Mahasiswa Analisis Kebijakan Publik UI.