Bertafakur di Gunung Guntur

Konten dari Pengguna
30 September 2017 17:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari jamal ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
"
"Hangatkan tubuh di cerah pagi pada matahari, keringkan hati yang penuh tangis walau hanya sesaat..." Itulah potongan lagu karya musisi balada, Iwan Fals yang kiranya senada dengan potret pendaki yang menanti datangnya sang fajar di puncak Gunung Guntur.
ADVERTISEMENT
Pendaki rela melewati dingin dan lelah untuk mendaki gunung. Fisik yang kuat mampu menunjang pendaki untuk sampai pada tujuannya, pun dengan mental dan tekad yang bulat. Tak sedikit pendaki yang mengeluh selama perjalanan, namun semua akan sirna diganti oleh cantik dan mempesonanya ciptaan Tuhan.
Berselimut dinginnya kabut tak menjadikan semangatnya surut. Bercengkrama dengan kawan, menceritakan setiap pengalaman dan persoalan hidup ditemani api unggun adalah upaya, berharap sukma selalu bahagia.
Suasana alam yang damai merupakan tempat yang tepat untuk bertafakur, berharap semua kesedihan menjadi lebur. Mendaki gunung itu ibarat candu, enggan atau entah kapan mengulang tapi pasti selalu terkenang.
ADVERTISEMENT
Foto & teks oleh; Jamal
"Hangatkan tubuh di cerah pagi pada matahari, keringkan hati yang penuh tangis walau hanya sesaat..." Itulah potongan lagu karya musisi balada, Iwan Fals yang kiranya senada dengan potret pendaki yang menanti datangnya sang fajar di puncak Gunung Guntur."Hangatkan tubuh di cerah pagi pada matahari, keringkan hati yang penuh tangis walau hanya sesaat..." Itulah potongan lagu karya musisi balada, Iwan Fals yang kiranya senada dengan potret pendaki yang menanti datangnya sang fajar di puncak Gunung Guntur.
Berselimut dinginnya kabut tak menjadikan semangatnya surut. Bercengkrama dengan kawan, menceritakan setiap pengalaman dan persoalan hidup ditemani api unggun adalah upaya, berharap sukma selalu bahagia."Hangatkan tubuh di cerah pagi pada matahari, keringkan hati yang penuh tangis walau hanya sesaat..." Itulah potongan lagu karya musisi balada, Iwan Fals yang kiranya senada dengan potret pendaki yang menanti datangnya sang fajar di puncak Gunung Guntur.
ADVERTISEMENT
Pendaki rela melewati dingin dan lelah untuk mendaki gunung. Fisik yang kuat mampu menunjang pendaki untuk sampai pada tujuannya, pun dengan mental dan tekad yang bulat. Tak sedikit pendaki yang mengeluh selama perjalanan, namun semua akan sirna diganti oleh cantik dan mempesonanya ciptaan Tuhan.Pendaki rela melewati dingin dan lelah untuk mendaki gunung. Fisik yang kuat mampu menunjang pendaki untuk sampai pada tujuannya, pun dengan mental dan tekad yang bulat. Tak sedikit pendaki yang mengeluh selama perjalanan, namun semua akan sirna diganti oleh cantik dan mempesonanya ciptaan Tuhan.
Berselimut dinginnya kabut tak menjadikan semangatnya surut. Bercengkrama dengan kawan, menceritakan setiap pengalaman dan persoalan hidup ditemani api unggun adalah upaya, berharap sukma selalu bahagia.
ADVERTISEMENT
Suasana alam yang damai merupakan tempat yang tepat untuk bertafakur, berharap semua kesedihan menjadi lebur. Mendaki gunung itu ibarat candu, enggan atau entah kapan mengulang tapi pasti selalu terkenang.