3 Hari Terpasang Kalung GPS, Seekor Gajah Mati di Hutan Harapan Jambi

Konten Media Partner
24 Juli 2022 17:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jeni sempat mendapatkan penanganan medis sebelum mati di Hutan Harapan, Jambi. (Foto: BKSDA Jambi)
zoom-in-whitePerbesar
Jeni sempat mendapatkan penanganan medis sebelum mati di Hutan Harapan, Jambi. (Foto: BKSDA Jambi)
ADVERTISEMENT
Jambikita.id - Gajah Sumatera (elephas maximus sumatranus) berjenis kelamin betina ditemukan mati di Hutan Harapan, Sarolangun, Jambi, usai 3 hari dipasang kalung sistem pemosisi global atau GPS collar. Penyebab kematian satwa tersebut belum diketahui pasti.
ADVERTISEMENT
Hewan mamalia besar ini bernama Jeni, memiliki berat berkisar 2 ton, dan sudah termasuk dewasa. Dalam kelompoknya Jeni menjadi pemimpin, sehingga dipasang GPS collar pada tanggal 29 Juni tahun 2022 lalu.
"Memang betina yang paling besar yang menjadi pemimpin," kata Kepala Sub Bagian Tata Usaha BKSDA Jambi, Teguh Sriyanto, melalui Whatsapp, Minggu (24/7) sore.
Setelah 2 hari GPS terpasang di lehernya, Jeni ditemukan dalam kondisi tidak sehat. Tim medis yang mengetahuinya langsung berupaya mengobati satwa tersebut.
"Sebelum mati memang sudah lemas, sehingga dilakukan upaya pengobatan, infus, dan segala macam. Upaya maksimal untuk menolong satwa tersebut," ujarnya.
Namun, hari berikutnya, pada tanggal 2 Juli tahun 2022, Jeni ditemukan tidak bernyawa. Belum diketahui pasti apakah penyebab kematian tersebut berkaitan dengan pemasangan GPS collar.
ADVERTISEMENT
"Ya, kami tidak tahu pasti. Tapi, memang matinya setelah 3 hari setelah pemasangan GPS. Kami juga sangat berduka atas meninggalnya gajah ini," ujar Teguh.
Dugaan sementara, kata Teguh, gajah ini mati karena mengalami dehidrasi akut. Apalagi saat itu cuaca di sekitar Sarolangun, Jambi, tergolong panas.
"Kalau dugaan sementara, karena cuaca panas yang membuatnya dehidrasi. Saat pemasangan GPS cuacanya sangat panas," ujarnya.
Untuk mengetahui apa yang sebenarnya dialami Jeni sehingga mati, BKSDA Jambi telah mengirimkan sampel ke laboratorium di Institut Pertanian Bogor (IPB). Sampai saat ini BKSDA Jambi menunggu hasilnya.
"Kita kirim ke laboratorium IPB, tujuannya untuk mengetahui apakah ada kelainan pada organ dalamnya," pungkasnya.
(M Sobar Alfahri)