news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Bukit Tamulun, Wisata Pendakian Karst di Jambi Tawarkan 'Nyanyian' Alam

Konten Media Partner
6 Desember 2021 18:50 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Kesatuan Pengelolaan Hutan Adat (KPH) di Desa Berkun, Baharudin, menjelajahi puncak Bukit Tamulun. (Foto: M Sobar Alfahri/Jambikita)
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Kesatuan Pengelolaan Hutan Adat (KPH) di Desa Berkun, Baharudin, menjelajahi puncak Bukit Tamulun. (Foto: M Sobar Alfahri/Jambikita)
ADVERTISEMENT
Jambikita.id - Bukit Tamulun, bukit karst yang berada di Desa Berkun, Kecamatan Limun, Kabupaten Sarolangun, Jambi, menawarkan pesona alam yang masih asri. Walaupun namanya belum dikenal masyarakat luas, Bukit Tamulun layak dikunjungi wisatawan alam.
ADVERTISEMENT
Ketika berada di kaki buktinya, pengunjung akan menemukan aliran sungai dari bukit. Terdengar gemericik air yang melewati bebatuan. Suara dari alam itu seolah menjadi sambutan dari Bukit Tamulun.
Tidak terlalu sulit untuk mendaki Bukit Tamulun. Jalurnya sudah dibentuk. Hanya saja jalurnya cukup terjal, dan agak licin. Kemiringannya hampir 90 derajat. Juga terlihat tebing batuan gamping.
Sesekali pendaki Bukit Tamulun terbantu dengan tali dan tangga yang disediakan warga lokal. Untuk mencapai puncak Bukit Tamulun dibutuhkan waktu 15 sampai 30 menit.
Jika mencapai puncak, para pendaki akan disajikan dengan panorama menenangkan. Tidak hanya bebatuan karst, terlihat bentang alam dengan aliran sungai dari atas Bukit Tamulun.
Kelelahan usai mendaki, terbayarkan dengan panorama itu. Apalagi tersedia 2 gazebo untuk pengunjung beristirahat, sembari berswafoto.
ADVERTISEMENT
Bebatuan yang di puncak Bukit Tamulun bisa dijelajahi, tetapi diperlukan keseimbangan. Kita dapat menghirup udara bersih di sana.
Menariknya, kita akan mendengar suara dari para hewan, termasuk primata. Suara ini menandakan hutan yang mengelilingi Bukit Tamulun masih asri.
"Bukit Tamulun sudah lama dikenal masyarakat lokal. Namun, terbentuknya wisata Bukit Tamulun itu mulai tahun 2019, langsung dibuat plang namanya. Dibentuk oleh perangkat desa," ujar Rahmat warga Kecamatan Limun, yang kerap mendampingi wisawatan ke sana, Senin (6/12).
Ia pun mengatakan keindahan bukit ini semakin terlihat jika para pengunjung tiba di sana saat matahari terbit. Saat terlihat gumpalan awan, dan sinar matahari yang mengintip.
"Pengunjungnya banyak saat libur lebaran. Sehari bisa mencapai 200 sampai 300 pengunjung," katanya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Ketua Kesatuan Pengelolaan Hutan Adat (KPH) di Desa Berkun, Baharudin mengatakan bukit ini masuk dalam kawasan Hutan Adat Tamulun Indah yang memiliki luas 22,04 hektare. Sehingga masyarakat melestarikannya dengan kekuatan adat.
Masyarakat lokal tidak diperkenankan menebang pohon di sana, agar tidak terjadi erosi.
"Kayu di sini tidak boleh ditebang, karena satu akar kayu itu mempertahankan bukit ini. Kalau ditebang, bukit ini bisa roboh, yang kewalahan masyarakat juga," ujarnya.
Dahulunya masyarakat lokal percaya Bukit Tamulun dapat memberikan informasi tentang kejadian yang tidak diinginkan, yakni orang meninggal dunia. Ini ditandai dari bagian pohon yang jatuh, dan batu yang jatuh dari puncak bukit.
Namun, suara itu tidak terdengar lagi. Ditutupi dengan suara kendaraan atau aktivitas masyarakat desa.
ADVERTISEMENT
"Dahulu Bukit Tamulun menjadi tempat yang memberitahukan ada kejadian yang tidak diinginkan melalui kayu yang roboh, atau batu yang jatuh dari atas bukit," ujar Baharudin.
(M Sobar Alfahri)