Cerita Warga Kota Jambi Bertahan di Tengah Kepungan Banjir

Konten Media Partner
25 Mei 2022 13:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Indah Okta (31) warga Kelurahan Jelutung, memperlihatkan rumah yang sebelumnya terendam banjir. (Foto: M Sobar Alfahri/Jambikita)
zoom-in-whitePerbesar
Indah Okta (31) warga Kelurahan Jelutung, memperlihatkan rumah yang sebelumnya terendam banjir. (Foto: M Sobar Alfahri/Jambikita)
ADVERTISEMENT
Jambikita.id - Sejumlah korban banjir di Kelurahan Jelutung, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, Selasa (24/5) malam, memilih bertahan di rumahnya. Mereka menolak evakuasi menggunakan perahu karet, lantaran tidak ada posko yang disiapkan.
ADVERTISEMENT
Para warga itu ada yang memanfaatkan tempat tidur untuk menghindari genangan air. Ada pula yang duduk di meja kayu sembari menunggu air surut.
Bahkan, sebagian warga mengungsi di rumah tetangga yang memiliki lantai 2. Anak yang masih berusia dini turut mengungsi. Tentu para korban banjir ini tidak bisa tidur nyenyak.
"Ibu tidak mau dievakuasi karena tidak ada posko. Ngapain kita berada di pinggir toko orang kan? Ada rumah tetangga yang agak tinggi, di situlah kami tidur-tiduran. Sempai sekitar jam 1 lewat," tutur Yusni (72), warga RT 51, Kelurahan Jelutung, Rabu (25/5).
Ia mengatakan genangan air muncul sekitar pukul 17.00 WIB saat hujan lebat. Secara perlahan genangan itu semakin tinggi hingga memasuki rumahnya, meskipun hujan redah. Sehingga saat malam hari, Yusni bersama keluarganya, mengungsi di rumah yang lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
"Surutnya juga berlahan, mulai pukul 01.00 WIB. Sekitar pukul 05.00 WIB sudah agak kering. Tinggal lumpur," tutur Yusni.
Ketinggian air di lokasi itu beragam. Ada yang setinggi paha hingga pinggang orang dewasa. Namun, sesuai dengan peninjauan Basarnas Jambi, sekitar pukul 18.00 WIB hingga 20.00 WIB, tinggi air di sejumlah titik mencapai 1,5 hingga 2 meter.
Warga Kelurahan Jelutung membersihkan rumahnya setelah terendam banjir. (Foto: Jambikita)
Rama (21), korban banjir itu memilih bertahan di depan rumahnya. Semalaman ia duduk di meja berbahan kayu sembari menunggu air surut. Ketika pukul 08.00 WIB, barulah ia mulai membersihkan rumahnya dari lumpur
"Tinggi air sampai pinggang. Terpaksa duduk sampai pagi. Tidak tidur bang," katanya.
Sementara itu, Indah Okta (31) warga Kelurahan Jelutung, mengatakan ia bersama suami dan 4 anaknya yang berusia 1 tahun hingga 8 tahun, terpaksa mengungsi di rumah tetangga yang memilik lantai 2.
ADVERTISEMENT
"Saat itu kita mementingkan anak. Barang-barang dibiarkan dahulu. Tidak bisa evakuasi karena posko belum ada. Rumah keluarga juga jauh. Makanya di rumah tetangga," tuturnya.
Ia mengatakan sejumlah barang elektronik, seperti rice cooker, dan mesin cuci, sudah terendam banjir. Barang-barang itu belum dites, karena dikhawatirkan masih basah.
Tidak hanya itu, rumahnya juga sempat dipenuhi lumpur. Sedangkan sekarang sudah dibersihkan oleh Indah bersama keluarganya.
Ia berharap pemerintah memperhatikan infrastruktur di sekitar rumahnya. Sebab, belakangan ini luapan air memasuki rumah warga ketika terjadi hujan selama 2 hingga 3 jam.
Ia menduga bencana banjir meningkat di lingkungan rumahnya, karena drainase semakin sempit, dan pemerintah tidak membuka pintu air di pinggir Sungai Batanghari.
"Jadi, pintu air dibuka, agar air tidak mengumpul di sini. Awal tahun kemarin tinggi sampai dada. Kulkas rusak. Selain itu, sungai sempit. Padahal, sebelum dibangun dinding drainase, sungainya masih luas. Semenjak ada dam, hujan 2 sampai 3 jam, banjir," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Dari informasi yang dihimpun, banjir di RT 51, Kelurahan Jelutung, mulai surut sejak pukul 01.00 WIB. Sekitar pukul 04.30 WIB sebagian warga mulai membersihkan rumahnya dari lumpur, juga mengeringkan pakaian dan peralatan yang basah.
Ketua RT 51 Keluarahan Jelutung, Ruslan mengatakan setidaknya ada 300 jiwa atau 75 keluarga di RT tersebut yang terjebak banjir semalam.
"Kami bingung, mau dievakuasi ke mana. Sedangkan tidak ada posko," pungkasnya.
(M Sobar Alfahri)