Hindari Konflik yang Memanas, 324 Jiwa Suku Anak Dalam Jambi Sembunyi di Hutan

Konten Media Partner
2 November 2021 22:10 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Permukiman Suku Anak Dalam. (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Permukiman Suku Anak Dalam. (Foto: Istimewa)
ADVERTISEMENT
Jambikita.id - Konflik antara Suku Anak Dalam (SAD) dan perusahaan sawit PT Primatama Kreasimas (anak perusahaan Sinar Mas Agro Resources and Technology), telah menyebabkan SAD mengungsi dari pemukiman mereka di Kecamatan Air Hitam, Sarolangun, Jambi.
ADVERTISEMENT
Ada 96 keluarga dengan 324 jiwa SAD atau Orang Rimba yang terpaksa masuk ke hutan, demi menghindari 'panasnya' konflik. Kepergian ini terjadi, setelah adanya penggusuran pada permukiman Orang Rimba yang menumpang di dalam kebun sawit.
Dari informasi yang didapatkan, penggusuran ini dilakukan karyawan perusahaan dengan 2 truk. Para karyawan ini merusak sudung, dan membakar motor Orang Rimba. Setidaknya, ada 5 unit sepeda motor yang terbakar.
Menurut, Robert Aritonang, Manager Program Suku-Suku KKI Warsi, para Orang Rimba itu sedang ketakutan.
“Bagi Orang Rimba konflik di perkebunan dan dilanjutkan dengan penyerbuan ke pemukiman adalah hal yang sangat menakutkan. Itulah yang menyebabkan mereka lari,” katanya, Selasa (2/11).
Ia mengatakan bahan pangan untuk mereka hidup pasti tidak cukup. Namun, setidaknya Polda Jambi melalui KKI Warsi sudah menyalurkan 90 paket bantuan pangan untuk Orang Rimba yang sedang mengungsi. Bantuan ini sangat penting ketika bahan pangan di hutan tidak cukup.
ADVERTISEMENT
“Kami saat ini menyusul kelompok ini satu persatu, sembari mengantarkan ke mereka bahan pangan dari Polda untuk membantu mereka bertahan hidup di masa yang pastinya akan sulit untuk mencari bahan pangan,” tutur Robert.
Dari penelusuran KKI Warsi, para Orang Rimba dalam kondisi yang tidak baik. Meladang, yang lari jauh dari pemukiman saat ini sedang sakit demam dan batuk. Anggota kelompok Meladang juga terpencar.
Sedangkan Kelompok Melayau Tuha yang kondisinya masih dalam situasi ketakutan. Mereka belum mau kembali ke pemukiman Madani di Lubuk Jering.
Kondisi serupa juga dialami kelompok lain. Tidak lebih baik.
(M Sobar Alfahri)