Indra Ramadan, Difabel di Jambi yang Aktif Menulis Buku dan Berdayakan Sesama

Konten Media Partner
10 Juli 2021 21:14 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Indra Ramadan. (Foto: M Sobar Alfahri/Jambikita)
zoom-in-whitePerbesar
Indra Ramadan. (Foto: M Sobar Alfahri/Jambikita)
ADVERTISEMENT
Jambikita.id - Meski memiliki keterbatasan fisik, tidak membuat Indra Ramadan (18), seorang difabel di Jambi berkecil hati. Justru ia jadikan pelecut untuk berkarya dan memberdayakan sesama disabilitas.
ADVERTISEMENT
Ia mendirikan penerbitan buku D'familiy untuk memberdayakan sesama kelompok disabilitas dan rutin menulis. Sampai saat ini, Indra sudah menulis dua buah buku.
Pemuda asal Kota Jambi tersebut, menerbitkan buku pertamanya yang diberi judul 'Bukan Puisi, Bukan Juga Novel, Tapi D'. Buku itu dibuat selama bulan Ramadan, tahun lalu.
Buku itu menceritakan perjalanan hidupnya sebagai penyandang disabilitas. Bukan keputusasaan, tetapi tentang kesabaran dan perjuangan dalam menghadapi tantangan hidup, termasuk diskriminasi.
Indra lebih suka menyebutnya sebagai buku motivasi. Sebab, melalui buku itu ia memberikan semangat kepada sesama penyandang disabilitas.
"Melalui buku itu, saya mengajak orang yang merasakan hal yang sama, untuk bergabung dengan saya dan berjuang," ujarnya kepada Jambikita, akhir pekan lalu.
ADVERTISEMENT
Ia berharap, mereka yang membaca bukunya dapat membuka pandangan untuk tidak meremehkan kaum disabilitas.
"Dan mengerti bahwa orang-orang seperti kami punya kemampuan dan kesempatan yang sama seperti mereka," katanya.
Teranyar, ia sudah menyelesaikan buku keduanya yang ditulis sejak awal Ramadan lalu. Buku itu diberi judul 'Sebelah Mata: Mereka yang Berada dalam Juang dan Gelap'.
Buku itu dikerjakan sekitar pukul 01.00 WIB menjelang sahur setiap malamnya. Indra menyisihkan waktunya untuk menulis buku tersebut dengan menggunakan android dan rutin dilaksanakan selama 22 hari.
Indra mengatakan buku keduanya berkaitan dengan masyarakat yang diimpikannya. Ia ingin penyandang disabilitas mendapatkan kesempatan yang sama dalam seluruh aspek kehidupan.
Buku karya Indra Ramadan. (Foto: Ist)
Menurutnya, penyandang disabilitas tidak bisa diremehkan begitu saja. Mungkin ada gagasan kreatif yang 'bersemayam di kepalanya'.
ADVERTISEMENT
Falsafah, gagasan untuk maju, serta motivasi, ada dalam buku tersebut. Melalui bukunya, Indra juga menyemangati sesama penyandang disabilitas.
"Dengan segenap kemampuan, saya mencoba menguatkan mereka, mengajak mereka untuk mencapai masa depan yang indah. Juga mengajak mereka yang lain untuk melihat itu. Supaya saling memberdayakan dan merangkul," ujarnya, Minggu (9/5) lalu.
Ia berharap buku ini dapat dibaca oleh banyak orang, termasuk masyarakat sipil, pegawai swasta, pemerintah dan sebagainya. Bukunya mengandung pesan dan undangan untuk mewujudkan kesejahteraan yang lebih baik.
"Bersama dalam gotong royong mewujudkan Indonesia yang lebih baik. Semoga Allah beri kemudahan dan kesuksesan untuk kita," tuturnya.
Indra menggunakan sebuah android sebagai perangkat untuk menulis buku. Walaupun tampak kesusahan saat menggunakan android, namun ia sudah biasa mengetik dengan kondisi yang dialaminya.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya aktif sebagai penulis, Indra juga mendirikan penerbitan yang diberi nama D'familiy.
Penerbitan D'familiy masih berkerja sama dengan penerbitan yang sudah berdiri lama. Sebab, penerbitan itu belum mempunyai perangkat percetakan.
Walau demikian, penerbitan yang didirikan Indra sudah menghasilkan sejumlah buku. Buku-buku itu, dapat dilihat dan dipesan melalui akun Facebook D'familiy.
Melalui D'familiy, Indra juga ingin membantu sesama penulis. Bersama rekan kerjanya, ia sempat mengadakan even karya tulis cerpen dan puisi, untuk dimuat dalam buku.
Indra bahkan telah mengadakan seminar pelatihan menulis secara virtual sebanyak 4 kali. Penulis yang diundangnya berasal dari berbagai daerah.
"Sekarang, kami sedang mempersiapkan langkah untuk menaikkan gagasan permodalan usaha, target pasar, serta pelatihan untuk memberdayakan kaum disabilitas, atau siapa pun yang membutuhkan," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Indra memang memiliki jiwa sosial yang tinggi. D'familiy sebenarnya juga untuk memberdayakan sesama kaum disabilitas. Ia ingin menggapai cita-citanya untuk menjadi penulis ternama, serta menghasilkan karya yang bermanfaat, bersama-sama.
Keterbatasan Fisik
Sebagai penyandang disabilitas, Indra tidak bisa menggunakan kaki untuk berjalan normal. Ia berjalan dengan menggunakan sepasang lutut beralaskan celana panjang.
Tangannya pun tidak sempurna, sehingga ia kesulitan menggenggam benda tertentu. Karena itu, saat melahap makanan berat, Indra harus disuapin oleh ibundanya.
Walau kesulitan saat berbicara, ucapannya masih bisa dimengerti. Ada kalanya Indra berbicara tentang sejarah dan filsafat.
Ia masih bisa menggunakan android dengan meletakan di kursi. Ketika membuat karya tulis, ia memanfaatkan fitur auto-correct.
Perjuangan Indra dalam berkarya dan memberdayakan kaum difabel ternyata menarik perhatian penulis asal Lombok Timur, Yulia Nur Nun (24). Penulis itu sedang menulis biografi tentang Indra Ramadan.
ADVERTISEMENT
"Saya tertarik bagaimana seorang Indra Ramadan, berjuang dalam sebuah keterbatasan. Padahal, kita saja yang hidup dengan kesempurnaan fisik, kadang masih enggan berbuat," katanya.
Buku yang ditulis Yulia, sudah mencapai 15 persen dari target. Jika buku itu sudah terbit, ia berharap kisah Indra Ramadan dapat menginspirasi banyak orang.
"Jadi, motivasi saya adalah menyampaikan kabar-kabar semangat, serta inspirasi pada kawan-kawan muda di Indonesia, agar tak terhalang dengan keterbatasan," tutur Yulia, perempuan yang juga berprofesi sebagai editor di salah satu media siber. (M Sobar Alfahri)