Jadi 'Kandang' Ayam, Candi Solok Sipin Jambi Akan Diangkat sebagai Cagar Budaya

Konten Media Partner
27 Oktober 2022 20:37 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Wali Kota Jambi melihat sisa bata di Situs Candi Solok Sipin. (Foto: M Sobar Alfahri)
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Wali Kota Jambi melihat sisa bata di Situs Candi Solok Sipin. (Foto: M Sobar Alfahri)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jambikita.id - Situs Candi Solok Sipin yang berada di Kelurahan Legok, Kecamatan Danau Sipin, Kota Jambi, menjadi sorotan Pemerintah Kota Jambi. Peninggalan budaya dari zaman klasik Hindu-Buddha ini, ditinjau Wakil Wali Kota Jambi Maulana, dan jajarannya, Kamis (27/10).
ADVERTISEMENT
Kala itu, Maulana melihat situs yang menyisakan tumpukan bata. Kondisinya terbengkalai, apalagi terdapat kandang ayam di dalamnya.
Setelah meninjau situs bersejarah ini, Maulana mengatakan pihaknya akan mengangkat Candi Solok Sipin menjadi cagar budaya. Sehingga Pemerintah Kota Jambi dapat mengembangkan dan melestarikan peninggalan tersebut.
"Untuk bisa mengalirkan anggaran untuk pemugaran dan sebagainya, kita harus tetapkan ini sebagai cagar budaya Kota Jambi. Jadi, langkah awal kita, siapkan anggaran untuk penetapan. Prosesnya, butuh sidang akademik," katanya.
Menurutnya, situs ini memiliki luas dari apa yang sudah terlihat. Perlu pembebasan lahan untuk melihat peninggalan Candi Solok Sipin secara keseluruhan.
"Luasnya mencapai kawasan yang ditempati warga. Sedangkan ini cuma berkisar seratus meter persegi," tuturnya.
Tidak hanya itu, Pemerintah Kota Jambi juga menimbang akan merumuskan peraturan daerah terkait cagar budaya. Jika peraturan ini terwujud, pemerintah memiliki dasar membuat kebijakan untuk melestarikan cagar budaya di Kota Jambi, termasuk Situs Candi Solok Sipin.
ADVERTISEMENT
"Nanti apabila memang dibutuhkan, dan naskah akademisnya sudah lengkap, kita usulkan ke DPRD. Ini akan menjadi payung hukum untuk membuat kebijakan bagaimana ini bisa diangkat," ujar Maulana.
Sementara itu, Kepala Kelurahan Legok, Zulkarnain mengatakan luas Situs Candi Solok Sipin sebenarnya bisa mencapai 2 hektare. Karena itu, perlu pembebasan lahan, yang menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah.
Pelestarian Candi Solok pun akan melibatkan masyarakat sekitar. "Kita akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk mengembangkan situs ini," tutur Zulkarnain.
Sebelumnya, Candi Solok Sipin sempat menjadi tempatnya ayam jago. Terlihat warga membawa ayam jago beserta kandang (untuk menjemur) ke dalam situs tersebut. Ayam pun dimandikan di sana. Bahkan, juga terlihat tempat untuk ayam bertanding.
Selain itu, pagar yang mengelilingi situs Candi Solok Sipin juga digunakan untuk menjemur pakaian. Dari informasi yang didapatkan, sejumlah sampah berupa kaca dan pampers (sudah dibersihkan), turut ditemukan di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Kurnia Sandi (26), pendiri Komunitas Jejak Kebudayaan Jambi, prihatin dengan kondisi yang menimpa Candi Solok Sipin. Bisa-bisanya ditemukan ayam dan sampah di dalam situs arkeologis, walaupun sudah dikelilingi pagar.
"Pendapat saya, ini mungkin karena kurangnya sosialisasi kepada masyarakat. Itu menjadi PR bersama. Lalu, terkait adanya sampah, adanya ayam, adu ayam, itu dampak negatif yang luar biasa," katanya.
Sandi menyampaikan juru pelihara Candi Solok Sipin sudah berupaya menegur masyarakat agar tidak membuang sampah dan memasukkan ayam di sana. Namun, tetap saja kondisi tersebut terjadi lagi.
"Saya pikir juru pelihara di sana sudah sangat membantu untuk menjaga kebersihan di sana. Hanya saja, tidak bisa dipungkiri bahwa ada beberapa masyarakat yang membuang sampah sembarangan, dan meletakan ayam," ungkapnya.
ADVERTISEMENT

Nilai Kepurbakalaan Candi Solok Sipin dan Potensinya untuk Masyarakat

Keberadaan Candi Solok Sipin sendiri tertuang dalam laporan dari seorang perwira Inggris, Letnan SC Crooke, usai mengunjungi daerah pedalaman di sekitar DAS Batanghari pada tahun 1802.
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional mengadakan ekskavasi di area Candi Solok Sipin pada tahun 1983. Ekskavasi itu berhasil menampakkan sisa bata. Namun, tidak menampakkan Candi Solok Sipin secara keseluruhan, karena situs tersebut berada di tengah permukiman.
Walaupun belum terlihat secara keseluruhan, Candi Solok Sipin masih memiliki nilai kepurbakalaan yang penting. Di situs tersebut ditemukan struktur bata, arca Buddha berbahan batu andesit, 4 buah makara, stupa, dan sejumlah keramik.
Arca Buddha yang dimaksud memiliki tinggi sekitar 172 centimeter. Sikap arca berdiri, kedua kaki sejajar dan telapak terhimpit. Dari penggambaran rambutnya, arca ini memiliki unsur seni Gupta dan post-Gupta. Arca yang kini berada di Museum Nasional itu, berasal dari abad ke 7-8 masehi.
ADVERTISEMENT
Sedangkan 4 makara yang ditemukan di Candi Solok Sipin rupanya kurang lebih sama, karena setiap makara menggambarkan raksasa yang menganga. Terdapat atribut berupa tongkat besar yang bagian ujungnya memiliki hiasan berbentuk bunga. Menariknya, salah satu makara memiliki angka tahun, yakni 986 saka atau 1064 masehi, serta tulisan mpu Dharmmawira.
"Sejarahnya sangat luar biasa. Mulai dari temuan makara, keramik, dan sebagainya. Itu membuktikan Candi Solok Sipin merupakan salah satu situs kepurbakalaan yang sangat penting di Kota Jambi," ujar Sandi.
Pegiat kebudayaan itu mengatakan publikasi Candi Solok Sipin merupakan hal yang penting. Ini perlu ditingkatkan lagi agar banyak masyarakat yang mengetahui situs Candi Solok Sipin dan temuannya.
"Kabupaten Muaro Jambi punya Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi, sedangkan Kota Jambi juga punya candi," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Tidak sampai di situ, kata Sandi, pengelolaan dan pemanfaatan yang melibatkan masyarakat sekitar juga harus segera dilakukan. Ekonomi kreatif bisa dibangun di permukiman sekitar Candi Solok Sipin.
"Dalam pengembangan dan pengelolaannya, masyarakat harus dilibatkan. Karena masyarakat itu perlu tahu Candi Solok Spin bagian dari sejarah masyarakat sekitar. Masyarakat juga harus diedukasi, supaya tidak terjadi kesalahan dalam penyampaian," tuturnya.
(M Sobar Alfahri)