Korban Pernikahan Sesama Jenis di Jambi Sempat Dibawa Kabur Selama 4 Bulan

Konten Media Partner
16 Juni 2022 6:29 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto pranikah korban (kiri) dan pelaku yang bernama Erayani. (Foto: Jambikita)
zoom-in-whitePerbesar
Foto pranikah korban (kiri) dan pelaku yang bernama Erayani. (Foto: Jambikita)
ADVERTISEMENT
Jambikita.id - Perempuan yang menjadi korban pernikahan sesama jenis di Jambi, pernah dibawa kabur oleh terdakwa Erayani ke rumah keluarganya di Lahat, Sumatera Selatan.
ADVERTISEMENT
Setelah beberapa bulan prosesi pernikahan siri, Erayani yang masih menyamar sebagai pria, membawa Sintia (nama samaran korban) dengan menggunakan mobil rental. Aksi ini terjadi karena ibu korban selalu curiga bahwa Erayani adalah perempuan, dan terus meminta bukti identitas.
"Saat itu dia kebingungan sambil menelpon (saat mengendarai motor). Lalu, dia mengajak ke Lahat pakai mobil rental. Dia mengajak saya dengan alasan karena di-suudzon terus oleh ibu. Maksud ke sana juga mengambil identitas. Saya percaya. Saat itu saya belum mandi, dan belum sarapan," tutur korban, Rabu (15/6).
Sesampai di rumah pelaku, Sintia dikurung di kamar selama 4 bulan. Tidak boleh berinteraksi dengan orang-orang di sana dengan alasan Sintia sedang sakit.
"Saya dikurung di kamar. Alasannya saya sakit. Diguna-guna ibu, bahaya kalau keluar. Jadi, saya ketakutan," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan Erayani sempat melakukan perawatan sebagaimana tindakan dokter. Pelaku memberikan obat hingga infus kepada Sintia.
"Saya sempat sakit selama seminggu. Dia sempat infus saya. Saya sadar, tapi lemas di tempat tidur," katanya.
Tidak hanya itu, pelaku sebelumnya juga berjanji akan mengurus pengobatan ayahnya Sintia yang mengidap penyakit stroke. Karenanya, keluarga Sintia memberikan uang berkali-kali kepada pelaku sampai menjual barang, yang totalnya mencapai Rp 300 juta.
Sementara itu, ibu korban yang berinisial S, mengaku sedih anaknya dibawa kabur sampai ke Lahat. Saat itu dia berusaha menghubungi pelaku dan anaknya.
"Setiap malam saya berdoa anak saya dilindungi. Saya sudah telepon langsung, karena curiga di sini. Tidak peduli saya dituduh suudzon dan pembangkang agama," katanya.
ADVERTISEMENT
S juga melaporkan kecurigaannya ke polisi, sehingga kasus ini terungkap dan sampai ke pengadilan.
(M Sobar Alfahri)