Pendidikan Lingkungan Hidup di Kawasan Penyangga Konservasi Gajah Jambi

Konten Media Partner
23 September 2021 21:16 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Samsul dan 3 temannya merawat tanaman di greenhouse SD Negeri 67 Muara Sekalo. (Foto: M Sobar Alfahri/Jambikita.id)
zoom-in-whitePerbesar
Samsul dan 3 temannya merawat tanaman di greenhouse SD Negeri 67 Muara Sekalo. (Foto: M Sobar Alfahri/Jambikita.id)
ADVERTISEMENT
Jambikita.id - Samsul bersama 3 temannya memasuki rumah tanaman (greenhouse) di bagian belakang halaman sekolahnya, yakni SD Negeri 67 Muara Sekalo, Kabupaten Tebo, Jambi.
ADVERTISEMENT
Dia membawa alat penyiram tanaman yang sudah berisi air. Alat itu langsung diarahkan ke tanaman. Air berjatuhan ke dedaunan dan masuk ke dalam tanah. Karena aksi itu, 'penghuni' greenhouse tampak segar.
Sedangkan 3 temannya Samsul, bertugas membersihkan tanaman dari rumput liar dan daun kering. Tidak menggunakan alat pemotong, tetapi cukup dengan tangan kosong.
3 siswi SD Negeri 67 Muara Sekalo sedang membersihkan greehouse atau merawat tanaman. (Foto: M Sobar Alfahri/Jambikita.id)
Walaupun memakai seragam merah-putih, mereka tidak takut kotor. Mereka menyelesaikan tugasnya agar tanaman di greenhouse terawat.
Dedaunan kering dan rumput liar dari greenhouse itu tidak dibuang begitu saja. Tetapi dikumpulkan di sebuah lubang tanah, dan bakal diolah menjadi pupuk kompos.
Mariani, seorang guru di SD Negeri 67 Muara Sekalo, menyampaikan 4 pelajar tadi sedang menjalankan piket. Perawatan tanaman di tempat itu dilakukan 3 kali dalam seminggu secara bergantian.
ADVERTISEMENT
"Jadi, setiap harinya, pelajar yang menjalankan piket ini berbeda-beda. Pelajar yang melakukannya berada di kelas tinggi, yakni kelas 4, 5 dan 6. Mereka melakukan kegiatan pembersihan tanaman," tuturnya, Senin (20/9).
Tanaman yang sedang dirawat termasuk endemik di Desa Muaro Sekalo. Bisa dikatakan merupakan buah-buahan dari hutan yang biasa dikonsumsi penduduk sekitar.
"Contohnya tanaman arang paro, tampoi biasa, cempedak. Satu lagi yang mulai langkah di Muara Sekalo, yakni durian belanda," ungkapnya.
Ketika sudah cukup besar, kata Mariani, tanaman ini akan diletakkan di kawasan konservasi gajah (elephas maximus), Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT).
Tidak hanya di greenhouse, ada pula tanaman yang tumbuh dekat ruangan kelas. Tempat tanaman yang digunakan terbuat dari botol plastik, kaleng bekas cat, dan sebagainya. Perawatannya dilakukan secara bergotong royong oleh para murid.
ADVERTISEMENT
Menjaga kebersihan sekolahnya sendiri menjadi kegiatan biasa bagi para murid. Tidak ada petugas kebersihan yang bekerja. Jika halaman sekolah tampak bersih, itu berkat hasil gotong royong para murid.
Berbagai kegiatan tadi termasuk bagian muatan lokal; pendidikan lingkungan hidup (PLH) yang sedang berkembang di SD 67 Muara Sekalo.
Dalam PLH para murid tentu diajarkan bagaimana berelasi dengan alam, tanpa merusaknya atau mengeksploitasi. Di ruang kelas, tema yang diajarkan misalnya "Hewan Sahabatku".
Berbagai macam satwa dan habitatnya dikenalkan oleh para guru. Begitu juga dengan kawasan konservasi TNBT yang tidak jauh dari Desa Muara Sekalo. Artinya, pemetaan atau pembagian kawasan konservasi dapat dipahami para murid.
Permaianan ular-tangga yang mengedukasi untuk melestarikan lingkungan. (Foto: M Sobar Alfahri)
Menariknya, dalam PLH terdapat permainan ular-tangga dan kartu kuartet. Permainan ular-tangga yang dimaksud tidak menggunakan buah catur. Para pemain langsung berdiri dan melompat dari kolom ke kolom sesuai giliran dan angka dadu.
ADVERTISEMENT
Jika menginjak kolom yang mengandung pernyataan merusak lingkungan, pemain harus menuruni kolom, dan berpotensi akan kalah.
Sebaliknya, apabila kolom pernyataan melestarikan lingkungan yang didapatkan, pemain akan menaiki 'tangga', sehingga lebih cepat untuk menyelesaikan permainan ini.
Pelajar kelas 6 SD Negeri 67 Desa Muara Sekalo, Wewen mengetahui pelestarian lingkungan, serta dampak buruk dari merusak hutan dan berburu satwa, juga melalui permainan tadi
"Kalau menebang pohon hutan jadi gundul, hewan akan punah, seperti gajah harimau, orang utan, dan lain-lain," katanya, setelah memenangkan permainan ular-tangga.
Disampaikan oleh Sarjoni, Kepala SD Negeri 67 Muara Sekalo, PLH diterapkan sejak keluarnya kebijakan Bupati Tebo pada tahun 2019 terkait muatan lokal pendidikan. Tentu saja PLH disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang berada di kawasan penyangga konservasi gajah (elephas maximus) .
ADVERTISEMENT
"Untuk pertama langsung kelas 1 sampai 6. Proses pembuatan silabusnya, ada beberapa guru yang ditunjuk. Alhamdulillah sudah diselesaikan dinas pendidikan. Revisi sesuai potensi lokal," tuturnya.
Para murid, kata Sarjoni, sempat diajak ke perbatasan kawasan konservasi gajah untuk menghidupkan tanaman endemik di sana.
"Itu implementasi dari pembibitan. Kami menerapkannya, supaya anak-anak tahu tanaman endemik. Sedikit terbosan, kami memberikan tanah untuk menanam langsung. Itu berada di depan kawasan konservasi gajah dekat pinggir jalan," pungkasnya.
(M Sobar Alfahri)