Pengusaha Minta Gubernur Jambi Prioritaskan Ujung Jabung Untuk Ekspor

Admin Jambikita
Partner Kumparan 1001 Media I [email protected]
Konten dari Pengguna
14 Februari 2019 18:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Admin Jambikita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Desain Pelabuhan Ujung Jabung di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Foto: ist
zoom-in-whitePerbesar
Desain Pelabuhan Ujung Jabung di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Foto: ist
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jambikita.id—Pengusaha meminta Gubernur Jambi Fachrori Umar yang baru dilantik Presiden Joko Widodo sebagai gubernur definitif mempercepat pembangunan Pelabuhan Ujung Jabung untuk mendongkrak ekspor daerah itu.
ADVERTISEMENT
Keberadaan pelabuhan Talang Duku dan Muara Sabak dianggap belum optimal untuk menekan biaya distribusi, sehingga Pelabuhan Ujung Jabung di Kabupaten Tanjung Jabung Timur mutlak dibutuhkan.
“Kita kan mau cepat. Pelabuhan kita waktu tunggunya lama. Jadi semakin banyak biaya yang dikeluarkan,” kata Sekretaris Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Jambi, Jhon Kennedy kepada Jambikita.id, Kamis (14/2/2019).
Kegiatan ekspor maupun impor, kata Kennedy bergantung pada pelabuhan. Tingginya biaya transportasi akan menambah beban cost produksi. Apalagi, harga komoditas di pasar global yang tidak stabil, berpotensi mengalami risiko rugi.
Menurutnya, selama ini, hampir 90 persen eksportir dari Jambi memilih Pelabuhan Teluk Bayur, di Sumatera Barat dan Bagan Siapi-api, Sumatera Selatan sebagai pelabuhan ekspor maupun impor.
ADVERTISEMENT
Gapkindo, katanya, membutuhkan 400 peti kemas dalam sekali pengiriman. Namun di pelabuhan yang ada saat ini baru tersedia 200 unit.
Belum lagi, jarak dari laut menuju Talang Duku menghabiskan waktu hampir 24 jam. Juga setelah barang di laut lepas, kata Kennedy masalah belum berakhir, karena kapal yang membawa barang terpaksa transit ke Singapura, baru kemudian berlayar ke China, India, Amerika dan Eropa.
“Sangat tidak memenuhi standar. Kalau Talang Duku dipaksa dijadikan pelabuhan ekspor impor,” kata Kennedy.
Selain itu, daya tampung pelabuhan kurang dari 40 persen dari seluruh komoditas karet Jambi yang diekspor. Ditambah waktu tunggu yang terlalu lama, karena diangkut dengan kapal kecil.
Apalagi, jika debit sungai turun, kapal bisa kandas. Apabila air naik, maka jarak permukaan air dengan badan jembatan hanya 12 meter, sementara kapal standar membutuhkan ruang 18 meter.
ADVERTISEMENT
Kennedy berharap Gubernur Fachrori mau melanjutkan pembangunan pelabuhan Ujung Jabung, sehingga pendapatan daerah yang menguap ke provinsi tetangga, bisa ditarik kembali.
“Tingginya biaya produksi untuk ekspor karena terbatasnya infrastruktur, jadi harus segera diantisipasi. Sebab dengan berfluktuasinya harga di tingkal global, akan mempengaruhi harga di tingkat petani,” paparnya.
Pengurus Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Jambi, Edy Rusmawanto mengatakan Jambi seharusnya sudah 10 tahun lalu memiliki pelabuhan berskala internasional yang didukung dengan infrastruktur jalan yang memadai.
Dengan dilantiknya Fachrori Umar menjadi gubernur diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menguatkan infrastruktur. Termasuk, infrastruktur Pelabuhan Ujung Jabung yang diyakini akan mengundang investor untuk menggarap sektor hilirisasi sawit, dan produk pertanian lainnya.
ADVERTISEMENT
“Pelabuhan penting sekali dalam kaitannya ekspor impor. Singapura bisa kaya, karena sebagai tempat transit kapal-kapal seluruh dunia. Kita harus bisa rebut itu. Kan sama-sama di jalur sutera. Kita (Jambi) kan pernah berjaya di masa lalu,” kata Edy.
Menurut data Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi pada November 2018 lalu, kegiatan ekspor Jambi sebesar US$83,63 juta. Ekspor Provinsi Jambi yang melewati pelabuhan di luar Jambi mencapai US$146,25 juta. Angka itu didominasi komoditas karet dan CPO. (suwandi)