Siswi SD di Kota Jambi Dikabarkan Meninggal Dunia Usai Di-bully Teman

Konten Media Partner
1 April 2022 17:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tempat siswi, yang dikabarkan mengalami 'pembullyan', bersekolah. (Foto: M Sobar Alfahri/Jambikita)
zoom-in-whitePerbesar
Tempat siswi, yang dikabarkan mengalami 'pembullyan', bersekolah. (Foto: M Sobar Alfahri/Jambikita)
ADVERTISEMENT
Jambikita.id - Siswi Sekolah Dasar (SD) Al-Azhar Jambi dikabarkan meninggal dunia usai di-bully temannya. Kabar ini menjadi perbincangan masyarakat, dan viral di media sosial.
ADVERTISEMENT
Korban berinisial AKD kelas 3 SD itu, disebut keluarganya, sempat mengalami pendarahan di bagian kepala. Padahal, korban itu tidak mengidap penyakit bawaan apapun.
“Sekian bulan kakak (AKD) pergi tuk selama-lamanya, baru terungkap penyebab pendarahan di kepala yang datang tiba-tiba, tanpa ada keluhan atau penyakit bawaan yang menyebabkan meninggal. Ternyata dari kelas 2 SD dia di-bully oleh teman perempuan di kelasnya,” tulis Annisa Febriani di facebook, Kamis (30/3).
Kata Annisa, korban sudah mengadukan apa yang dialaminya. Namun, AKD tetap dirundung temannya. Kepalanya sempat terbentur ke dinding.
"Maminya cuma bilang kakak (AKD) sabar, maafkan. Dan dia pun manut apa kata maminya. Puncaknya di kelas 3 si anak itu selalu nge-bully. Anak itu ngejolak (mendorong) sampai kepala belakang ke dinding," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Ibu korban yang berinisal AF, melalui instagram, menyebutkan setelah 2 bulan meninggal dunia barulah kejadian yang dialami anaknya terbongkar. Hanya saja, ia tidak memberikan keterangan yang detail.
"Teman-teman, terima kasih perhatiannya. Pihak sekolah cepat tanggap. Memang kejadian ini terbongkar setelah 2 bulan meninggal dunia. Setelah kami ikhlas dan tabah, barulah Allah bongkar semua," tuturnya.
Ia pun mengatakan pihak sekolah sudah memberikan tanggapan cepat. Sehingga ia memohon jangan menghujat pihak sekolah, serta guru-gurunya.
Namun, ketika dihubungi tim Jambikita, ia tidak memberikan konfirmasi atau keterangan yang lebih jelas. Ia menyebutkan permasalahan ini sudah selesai.
Sementara itu, pihak sekolah menyampaikan persoalan tersebut sudah selesai. Kedua bela pihak keluarga sudah bertemu dan melakukan mediasi.
ADVERTISEMENT
Kepala Divisi Pengajaran Al Azhar Jambi, Rini Kartini mengatakan postingan di facebook tadi sudah dihapus pihak keluarga AKD. Keluarga ini tidak menyangka postingannya viral di media sosial.
Rini tidak memastikan apakah benar 'pembullyan' sudah menimpa AKD. Menurutnya, tidak masuk akal 'pembullyan' terjadi, karena pelajar kerap belajar secara daring, dan baru Oktober tahun 2021 lalu pembelajaran dilakukan di sekolah.
Semasa hidupnya, kata Rini, AKD dengan teman yang disebut melakukan 'pembullyan', sebenarnya berteman baik.
"Sebenarnya ia berkawan elok. Anak-anak, bisa bergurau, kesal, dan sebagainya, seperti kita dulu. Anak usia 9 tahun itu masih polos atau belum baligh. Jadi, kalau salah kita ingatkan. Kasian dia takut masuk sekolah," ujarnya, Jumat (1/4).
Ia menyampaikan anak usia 9 tahun masih polos. Tidak bisa membedakan mana yang baik, dan mana yang buruk. Juga tidak mengetahui pengertian bully.
ADVERTISEMENT
"Ini, apakah ejek-ejekan atau dorongan, kita tidak tahu. Kasian dia (yang disebut mem-bully). Yang dimaksud bully itu tentu tidak dipahaminya," ujarnya.
Namun, kata Rini, pihaknya akan mengantisipasi segala hal yang memicu kekerasan.
"Kita sudah mengumpulkan guru dan kepala sekolah. Ini menjadi pembelajaran yang sangat penting," ujarnya.

Anak yang Di-bully dan Pem-bully Sejatinya Sama-sama Korban

Dosen Psikologis Fakultas Dakwah, Universitas Islam Negeri (UIN) Sulthan Thaha Saifuddin (STS) Jambi, Afriyansah mengatakan anak yang melakukan kekerasan dan anak mendapatkan perlakuan buruk itu, sejatinya sama-sama korban. 'Pembullyan' bisa terjadi, karena lemahnya pengawasan pihak sekolah dan orang tua.
"Anak itu tidak bisa dikatakan sebagai pelaku. Anak ini sama-sama sebagai korban. Mungkin terjadi kelalaian dari orang tua,"ujarnya, Jumat (1/4).
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan kekerasan yang dilakukan anak di bawah umur menjadi tanggung jawab orang tua dan pihak sekolah.
"Apalagi ini 'pembullyan' terjadi di sekolah. Pihak sekolah tidak bisa lepas dari tanggung jawab," ungkapnya.
Ia pun menyampaikan peran guru sangat penting untuk mencegah tindak kekerasan. Para guru tugasnya tidak hanya memberikan ilmu.
"Guru itu mempunyai peran sebagai pendidik, pengajar, bukan hanya sekedar mengasih ilmu saja. Juga harus mengatasi permasalahan muridnya," pungkasnya.
(M Sobar Alfahri)