news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Suku Anak Dalam Serahkan Diri Usai Tembak Satpam, KKI Warsi Minta Ada Keadilan

Konten Media Partner
8 November 2021 19:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Orang Rimba di Sarolangun, Jambi, yang menembak satpam menyerahkan diri. (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Orang Rimba di Sarolangun, Jambi, yang menembak satpam menyerahkan diri. (Foto: Istimewa)
ADVERTISEMENT
Jambikita.id - Suku Anak Dalam atau Orang Rimba yang menembak 3 satpam PT Primatama Kreasi Mas, Kabupaten Sarolangun, Jambi, menyerahkan diri ke kepolisian, setelah dilakukan pendekatan secara persuasif.
ADVERTISEMENT
Penyerahan diri dilakukan 2 orang Suku Anak Dalam, yang berinisial BSL dan BYG, kemarin Minggu (7/11). Lalu, disusul NG yang menyerahkan diri sore ini, Senin (8/11).
Walaupun ada rasa takut, Tumenggung Melayu Tuha bersedia membiarkan anggotanya ke kepolisian, dengan jaminan KKI Warsi turut mendampingi.
Robert Aritonang, Manajer Program KKI Warsi, menyampaikan pihaknya mendampingi para Suku Anak Dalam yang menyerahkan diri itu. KKI Warsi mendorong kepolisian dan pemerintah daerah untuk melihat permasalahan ini secara menyeluruh.
Ia pun mengatakan Suku Anak Dalam juga menjadi korban. Ruang hidup mereka semakin sempit, karena ada alih fungsi lahan hutan menjadi perkebunan.
“Jadi, konflik ini adalah puncak dari penindasan dan kesengsaraan yang di derita Orang Rimba akibat perkebunan sawit dan kehilangan ruang hidup,” katanya, Senin (8/11).
ADVERTISEMENT
Jangan sampai Orang Rimba saja yang diperiksa polisi. Pengerusakan sudung (rumah Orang Rimba), dan pembakaran motor Orang Rimba juga harus diusut. Dengan demikian, KKI Warsi mendesak kepolisian menyelesaikan permasalahan ini dengan adil.
“Penghancuran rumah adalah bagian dari kesengsaraan Orang Rimba yang terus berulang. Perusahaan harus bertanggung jawab atas hal ini semua,” tutur Robert.
Kondisi psikis Orang Rimba, kata Robert, juga harus diperhatikan, terutama kepada perempuan dan anak-anak. Sebab kondisi traumatis pastinya akan semakin mempengaruhi perkembangan, dan masa depan Orang Rimba, terutama anak-anak.
“Harus ada jaminan pemulihan keamanan, dan jaminan kehidupan yang setara, sehingga mereka juga bisa tumbuh sebagai bagian dari warga negara,” pungkasnya.
(M Sobar Alfahri)