WTE di Kota Jambi, Sampah Organik Dijadikan Bio Gas Gratis untuk 10 Keluarga

Konten Media Partner
13 September 2021 19:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proses pengelolaan sampah di WTE Kota Jambi. Melalui intlet tank, sampah yang sudah halus dimasukkan ke digister untuk diolah menjadi bio gas. (Foto: M Sobar Alfahri/Jambikita.id)
zoom-in-whitePerbesar
Proses pengelolaan sampah di WTE Kota Jambi. Melalui intlet tank, sampah yang sudah halus dimasukkan ke digister untuk diolah menjadi bio gas. (Foto: M Sobar Alfahri/Jambikita.id)
ADVERTISEMENT
Jambikita.id - Sampah organik yang dihasilkan di Pasar Tradisional Talang Banjar dan Pasar Induk Talang Gulo tidak dibuang begitu saja. Melalui West to Energy (WTE) Pemerintah Kota (Pemkot) Jambi memanfaatkannya untuk menghasilkan energi.
ADVERTISEMENT
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jambi, Ardi menyampaikan tempat pengelolaan sampah organik ini merupakan bantuan dari United Nations Environmet and Commision for Asia and the Pacific (UNESCAP) yang bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. Selain di Kota Jambi, Kabupaten Magelang juga punya WTE.
Ia pun mengatakan operasi WTE adalah suatu upaya Pemerintah Kota Jambi untuk mengurangi sekaligus memanfaatkan sampah organik yang dihasilkan di pasar tradisional.
"Ini merupakan salah satu upaya pengurangan sampah organik yang ada di pasar. Karena itu, lokasi WTE berada di dekat pasar. Sampah yang tidak memiliki nilai ekonomis, menjadi memiliki nilai itu," katanya, Senin (13/9).
Dengan WTE, Pemkot Jambi bersama petugas DLH menghasilkan bio gas atau gas metan untuk bahan bakar kompor. Sebanyak 10 keluarga di sekitarnya memanfaatkan energi itu tanpa biaya.
ADVERTISEMENT

Proses Sampah Organik Jadi Gas Metan

Sampah yang dikumpulkan petugas di Pasar Tradisional Talang Banjar dan Pasar Induk Talang Gulo akan dikirim ke WTE. Belakangan ini besarannya per hari hanya mencapai 1 sampai 1,5 ton.
Setelah sampai di WTE yang berlokasi di sebelah Pasar Tradisional Talang Banjar, tumpukan sampah organik dipilah. Sehingga sampah anorganik dapat dipastikan tidak tercampur di sana. Jangan sampai pula sampah organik yang keras dan sulit dihaluskan (seperti biji salak, biji mangga, dan sebagainya), ikut diproses karena dapat merusak alat.
Proses penghalusan sampah organik yang berasal dari pasar tradisional. (Foto: M Sobar Alfahri)
Sampah organik yang telah lulus seleksi, bakal dicincang atau dihaluskan dengan menggunakan mesin oleh petugas DLH. Para petugas juga menggunakan cangkul dan keranjang dalam tahap ini.
ADVERTISEMENT
Di tengah proses penghalusan sampah, ada petugas yang mengangkut hasilnya ke inlet tank (semacam bak). Jika semua sampah yang halus sudah terkumpul di sana, petugas akan menyiram dengan air biasa dan mengaduknya hingga rata. Lalu, dimasukkan ke digester melalui pipa yang terpasang di intlet tank.
Limbah yang sudah masuk ke digister dieramkan selama 3 hari. Melalui alat digister itulah limbah diolah menjadi bio gas atau gas metan. Untuk mengetahui hasilnya, dapat dilihat pada switch kran kontrol atau manometer.
Gas metan kemudian disalurkan ke rumah tangga tanpa pungut biaya. Lokasinya tidak jauh dari Pasar Tradisional Talang Banjar.
Energi itu sebenarnya juga dapat dimanfaatkan sebagai tenaga listrik untuk menerangi gedung pasar. Namun, dieselnya sedang bermasalah.
ADVERTISEMENT

WTE Hasilkan Pupuk

Pemanfaatan sampah organik, kata Ardi, tidak hanya sampai di situ. Residu yang dihasilkan dari proses di digister dapat dimanfaatkan untuk memproduksi pupuk kompos dan pupuk cair.
"Di dalam pelaksanaannya residunya bisa digunakan sebagai bahan kompos, setelah lapuk atau degradasi," tuturnya.
Produk pupuk ini dapat ditemukan di sana. Dari informasi yang didapatkan, pupuk yang dihasilkan di WTE juga digunakan untuk menutrisi taman-taman yang ada di Kota Jambi.

Sampah yang Diproses Berkurang

Ardi menyampaikan WTE di Kota Jambi dapat memproses sampah seberat 3 ton per harinya. Namun, belakangan ini sampah yang dikirim di sana hanya berkisar 1 sampai 1,5 ton.
Karena keterbatasan itu, gas metan di WTE hanya cukup sampai 10 rumah. Belum bisa lebih dari itu.
ADVERTISEMENT
"Kalau kapasitas produksinya bisa banyak itu bisa kita tambahkan pendistribusian gas metan ke masyarakat. Tapi karena saat ini hasilnya cuma sampai 1,5 ton, untuk sementara 10 KK," pungkasnya.
(M Sobar Alfahri)