news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Jangan Keliru Menabung

Jamil Azzaini
CEO Kubik Leadership, Founder Akademi Trainer www.KubikLeadership.com. Ia juga pebisnis dan penulis 10 buku di Gramedia dan Mizan. Mentor banyak tokoh
Konten dari Pengguna
25 Mei 2017 11:49 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jamil Azzaini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi "Jangan Keliru Menabung" (Foto: Igor Ovsyannykov)
Saya pernah bertemu dengan teman lama. Kami melepas rindu dengan saling bercerita tentang pekerjaan, keluarga, dan teman-teman kami.  Di antara berbagai obrolan terselip cerita yang menggelitik pikiran saya. Teman saya ini ternyata sudah menyediakan tabungan kuliah S-2 untuk anaknya yang baru lulus TK.
ADVERTISEMENT
Anda setuju?
Saya termasuk yang tidak setuju. Menyiapkan masa depan anak bukan dengan jaminan tercukupinya dana. Seharusnya, anak diberi bekal kemandirian, semangat berjuang dan keahlian yang dibutuhkan di masa depan. Persiapkanlah anak kita untuk berani dan mampu menjalankan kehidupannya di masa yang akan datang. Sungguh memalukan bila kuliah S-2, masih berharap biaya dari orang tua.
Menabung memang sudah dianggap sebagai budaya yang sangat positif. Orang tua sangat senang apabila tabungan anaknya berlimpah. Para guru di sekolah akan memberikan tepuk tangan bila ada murid yang saldo tabungan sekolahnya cukup tinggi.  Apalagi anak-anak, mungkin mereka akan memamerkan tabungannya itu kepada teman-temannya.
Apakah tidak boleh menabung? Tentu boleh. Tetapi di era yang masih banyak orang melarat dan hidup susah, anjuran menabung seharusnya ditujukan untuk kepentingan akhirat. Anjurkan anak-anak kita untuk bersedekah, itu tabungan yang akan menyelamatkan kehidupannya di akhirat. Bukankah kehidupan akhirat jauh lebih penting dari kehidupan dunia?
ADVERTISEMENT
Saya pernah mendapat pelajaran dari anak saya, saat ia mendapat hadiah uang tunai dari saya karena prestasinya di sekolah. Ia mengajak teman-temannya yang belum pernah ke Kidzania pergi ke tempat itu. Ketika saya bertanya "Apa tidak sebaiknya ditabung, nak?" Jawaban anak saya menampar nurani saya.
Melihat dan merasakan keceriaan anak-anak di mobil dan Kidzania, saya merasa pilihan "tabungan" anak saya tidak salah sasaran. Mari kita menabung untuk keceriaan orang lain. Jangan egois dan jangan terlalu mengkhawatirkan masa depan Anda. Tabungan yang membahagiakan orang lain akan membahagiakan kehidupan Anda di kehidupan yang abadi.
Salam SuksesMulia
Jamil Azzaini Kubik Leadership (www.kubik.co.id)
ADVERTISEMENT