Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Resign Emosional
18 Mei 2017 14:00 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
Tulisan dari Jamil Azzaini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Apakah setelah resign dari pekerjaan kehidupan orang itu semakin baik? Jawabnya, tergantung. Resign hanya karena emosional tanpa pertimbangan bisa berakibat fatal. Sedangkan resign didasarkan pada pertimbangan matang membuat hidup kita semakin berkembang.
ADVERTISEMENT
Saya pernah resign dua kali. Pertama sebagai CPNS di IPB dan yang kedua saat menjabat sebagai salah satu Direktur di Dompet Dhuafa Republika. Saya tidak menyesali kedua pilihan saya tersebut. Dan hingga kini saya tetap membantu acara-acara yang dilakukan DD Republika.
Resign itu bukan hanya resign. Apalagi hanya emosional usai membaca buku atau ikut training. Lebih celaka lagi bila Anda resign hanya karena melihat teman berhasil bisnis usai resign. Bahkan dengan gagah Anda berkata: "kalau dia bisa berhasil bisnis, saya juga pasti bisa berhasil."
Sebelum Anda resign pastikan beberapa hal berikut.
Pertama, tinggalkanlah "kenangan" baik di perusahaan tersebut.
Seburuk apapun perusahaan Anda bekerja, pastikan Anda punya prestasi di perusahaan yang Anda tinggalkan. Jangan resign karena Anda bermasalah. Bila Anda pernah membuat masalah, bersihkan dulu dengan prestasi luar biasa yang diakui banyak orang.
ADVERTISEMENT
Kedua, siapkan "kapal" baru Anda.
Ingatlah pepatah "jangan berharap burung merpati di angkasa dengan melepas burung punai di tangan". Jangan resign tanpa rencana kerja atau bisnis baru yang jelas. Nekat memang penting dalam hidup tetapi nekat tanpa perhitungan yang matang itu namanya ngawur alias ngaco.
Ketiga, pastikan di tempat yang baru Anda lebih berkembang.
Apabila Anda pindah kerja pastikan prospek di tempat baru lebih menjanjikan dibandingkan tempat sebelumnya. Bukan hanya prospek penghasilan dan lingkungan kerja tetapi juga prospek pengembangan diri.
Sementara bagi Anda yang resign karena bisnis, pastikan bisnis adalah passion Anda. Resign bukan hanya karena ikut-ikutan tren, bukan hanya karena emosional, bukan karena "dikomporin" orang lain. Percayalah, orang yang "ngomporin" Anda saat hidup Anda terlunta-lunta dia tak peduli dengan Anda.
ADVERTISEMENT
Hidup itu bertumbuh, jangan setelah resign hidup Anda justru jatuh. Berpikirlah matang sebelum resign. Jangan emosional.
Setuju?