Budaya Betawi dan Pengalaman di Gereja Tugu

Jan Ekklesia
Sosiolog dan Pendiri GEMA Politik Indonesia
Konten dari Pengguna
21 Juni 2022 10:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
800
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jan Ekklesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jakarta sebagai tempat etnis dan kebudayaan Betawi. Sumber: Eko Herwantoro (https://unsplash.com/photos/mAxA2OmTmKA)
zoom-in-whitePerbesar
Jakarta sebagai tempat etnis dan kebudayaan Betawi. Sumber: Eko Herwantoro (https://unsplash.com/photos/mAxA2OmTmKA)
ADVERTISEMENT

Sejarah Singkat Betawi

Orang Betawi merupakan sebutan bagi etnis khas penduduk Jakarta. Sebagian dari penduduk bertempat tinggal di berbagai wilayah. Ada di tengah kota, pinggiran kota, bahkan banyak pula yang bertempat tinggal di luaran Jakarta seperti Tangerang dan Bekasi.
ADVERTISEMENT
Etnis Betawi sebenarnya telah lama menjadi identitas kebudayaan Jakarta, meskipun jauh sebelum itu masyarakat Betawi telah ada sejak zaman neolitikum (zaman batu baru) (Tjandarasasmita, 1977). Hanya istilah Betawi belum menjadi identitas pengikat masyarakat Jakarta, seperti halnya Indonesia bagi masyarakat Nusantara.
Misalnya hingga abad ke-20, identitas kebudayaan masyarakat Jakarta masih bertumpu pada lokalitas. Mereka lebih sering menggunakan orang Priok, orang Kemayoran, atau orang Senen untuk menggambarkan asal dan pengakuan identitas kebudayaannya. Ada pula yang menyatakan identitas kebudayaan mereka yang berasal dari Jakarta merupakan orang Melayu.
Tahun 1970 merupakan titik awal kebangkitan Betawi sebagai identitas kebudayaan masyarakat khas Jakarta. Proses perpindahan istilah (labelling) Melayu mulai mengalami pergeseran. Masyarakat tidak lagi mengidentifikasi dirinya sebagai orang Melayu, melainkan sebagai orang Betawi.
ADVERTISEMENT
Seiring perkembangan zaman, kebudayaan Betawi mengalami berbagai percampuran budaya lain, baik dari dalam (Nusa Jawa dan Sunda) maupun dari luar (Arab, Tionghoa, India, dan Portugis). Namun, budaya Betawi rentan tergerus oleh perkembangan zaman. Maka kita sebagai kaum muda memiliki kewajiban untuk melestarikannya.

Pengalaman Berkunjung ke Gereja Tugu

Salah satu cara kita untuk melestarikan kebudayaan Betawi adalah dengan berkunjung ke tempat-tempat sejarah. Pengalaman berkunjung ke Gereja Tugu, Cilincing, Jakarta Utara tidak pernah terlupakan.
Saat pertama kali menginjakkan kaki di sana, bangunan berbentuk segi panjang dengan tembok yang dicat dengan warna putih benar-benar membuat hati tertegun. Hal yang menarik adalah walaupun desain luar gereja terlihat sederhana, tetapi cukup luas ketika masuk ke dalam. Diperkirakan dapat menampung jemaat dengan kapasitas 500 orang.
ADVERTISEMENT
Di samping gereja terlihat lonceng menjulang tinggi. Masih kokoh dengan balutan warna hitam di dasarnya. Namun, lonceng yang berada di menara hanya berupa replika. Lonceng asli disimpan dalam ruangan samping gereja. Berdasarkan tour guide di sana, lonceng yang digunakan untuk ibadah tersebut belum pernah diganti sejak ratusan tahun lalu! Luar Biasa!
Menariknya lagi, petugas Gereja Tugu masih mempertahankan baju khas Betawi-Portugis, yakni memakai baju koko lengkap dengan peci sebagai atribut kepala. Selain itu, musik keroncong masih dipertahankan ketika perayaan-perayaan besar Agama Kristen seperti Natal digelar di Gereja Tugu.
Akhir kata, pengalaman memahami kebudayaan berdasarkan kesejarahan suatu etnis, akan menambah rasa kecintaan dan rasa menjaga kebudayaan. #HUTDKI495
Lomba Menulis HUT ke-495 Jakarta
ADVERTISEMENT
***
Jan Mealino Ekklesia