news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kebaikan, Suatu Norma dalam Ruang Publik

Jan Ekklesia
Sosiolog dan Pendiri GEMA Politik Indonesia
Konten dari Pengguna
19 September 2021 20:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
21
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jan Ekklesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Masyarakat Madani, Sumber: freepik
zoom-in-whitePerbesar
Masyarakat Madani, Sumber: freepik
ADVERTISEMENT
Publik dalam kajian sosiologis memiliki nilai dan norma yang mendukung para anggotanya untuk menjalankan kehidupannya. Nilai adalah sesuatu luhur yang menjadi kesepakatan bersama sehingga menjadi pegangan untuk berperilaku. Sementara norma adalah rincian apa yang harus dilakukan untuk mewujudkan suatu nilai. Biasanya, dalam sistem norma terdapat beberapa tingkatan, dimulai dari usage (cara), folkways (kelaziman), mores (moralitas), custom (budaya), dan sampai tingkat tertinggi yaitu law (hukum).
ADVERTISEMENT
Secara partikular, norma memiliki semacam aturan yang khas pada masyarakat. Misalnya dalam hal berbuat baik. Ketika seseorang berbuat baik, kebaikan tersebut harus disembunyikan. Istilah lazimnya "tangan kiri tidak perlu tahu apa yang dilakukan tangan kanan". Pada penduduk yang patrimonial dan merujuk pada kultur jawa misalnya, pengalaman kebaikan tidak etis jika digunakan sebagai ajang kontestasi atau branding seseorang. Lain halnya dalam kultur batak atau bahkan kultur barat, prestasi dan kebaikan menjadi status seseorang untuk dikenal.
Kesempatan untuk berbuat baik akan selalu ada dalam ruang publik. Mengapa? Sebab kebaikan adalah bagian penting perkembangan dignity masyarakat madani. Masyarakat madani berpedoman pada konsensus yang bersifat pengangkatan nilai-nilai humanitas. Semakin tinggi tenggang rasa dan toleransi pada suatu masyarakat, maka semakin luhur pula masyarakat itu. Kebaikan dinilai sebagai unsur ontologis relasi asosiatif antar manusia. Relasi ini penting ada bagi kelangsungan suatu masyarakat yang sedang berkembang.
ADVERTISEMENT
Kalaupun kebaikan diintegrasikan dengan nilai-nilai agama, kebaikan tetap dalam ranah publik, yaitu perbuatan (action) universal. Urusan apa yang melandasi perbuatan baik adalah urusan iman atau ruang privat. Namun, saya tetap berpegang bahwa apa yang muncul di permukaan adalah apa yang tercermin dalam hati. Kebaikan akan menempatkan posisi seseorang menjadi bermartabat. Bukan sekadar manusia yang hidup, tetapi menjadi manusia yang memanusiakan manusia
Perbuatan baik yang ditujukkan dalam ruang publik (dan memang seharusnya) memiliki daya pikat. Artinya, perbuatan baik seseorang bisa menular kepada orang sekitarnya. Tidak tanggung-tanggung, perbuatan yang terjadi akan selalu diingat. Layaknya sebuah bola salju yang lama-kelamaan akan membesar.
“Teruslah berbuat baik, karena kebaikan itu menular”