Serangan Halo Effect Mengintai!

Jan Ekklesia
Sosiolog dan Pendiri GEMA Politik Indonesia
Konten dari Pengguna
16 September 2021 16:47 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
16
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jan Ekklesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Halo Effect, Sumber : Ruth Basagoitia
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Halo Effect, Sumber : Ruth Basagoitia
ADVERTISEMENT
Suasana hati seseorang dapat berubah-ubah layaknya air di dalam wadah. Suasana hati dapat menjadi baik apabila di sekitarnya baik, begitupun jika suasana hati buruk ketika sekelilingnya buruk. Keadaan situasional yang dialami masing-masing kita itulah yang menyebabkan kita jatuh ke dalam halo effect.
ADVERTISEMENT
Halo effect adalah kondisi psikologis dimana sikap atau preferensi seseorang akan berubah saat melihat atau mendengar seseorang atau sesuatu. Istilah lainnya, kejadian kesan pertama seseorang. Misal, seorang barista yang memasang muka flat, orang akan cenderung memaknai bahwa kepribadian orang tersebut jutek, cuek, dan tidak ramah. Kesan terhadap orang lain atau sesuatu memungkinkan kita untuk menilai, berpendapat, memberi perhatian, bahkan mempunyai sentimen sosial tertentu.
Lebih jauh, ternyata halo effect ada efek signifikan bagi konsep diri seseorang. Contoh sederhana ketika kita berbuat baik. Orang berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan dengan alasan yang beragam. Berusaha untuk menjaga imaji untuk tetap di kenal dermawan, padahal sebatas supaya orang lain menghormati dirinya.
Banyak yang ingin melakukan kebaikan agar dirinya di cap sebagai orang baik, bermartabat, dan tentu supaya mendapat atensi publik. Padahal, untuk menjadi baik diperlukan ketulusan dan niat. Jangan sampai halo effect menjadi dasar kita berbuat baik, melainkan empati supaya orang lain dan diri sendiri menjadi baik.
ADVERTISEMENT
“Teruslah berbuat baik, karena kebaikan itu menular”