Mengajar dan Mendidik di Tengah Pandemi

jasmaini40
Guru di SD Negeri 06 Bukik gadang, Talawi, Kota Sawahlunto
Konten dari Pengguna
16 September 2020 19:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari jasmaini40 tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sejumlah siswa SD belajar secara "online" atau daring di Waroeng D'Abing, Desa Bitera, Gianyar, Bali, Kamis (6/8). Foto: Nyoman Hendra Wibowo/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah siswa SD belajar secara "online" atau daring di Waroeng D'Abing, Desa Bitera, Gianyar, Bali, Kamis (6/8). Foto: Nyoman Hendra Wibowo/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Pendidikan menjadi salah satu sektor terdampak akibat pandemi Virus Corona yang melanda dunia saat ini. Bagaimana tidak, proses belajar-mengajar menjadi terganggu, bahkan cara-cara mengajar dan mendidik berubah secara “radikal” demi menyesuaikan dengan standar kesehatan untuk mencegah penularan virus “mematikan” tersebut.
ADVERTISEMENT
Sulit, bahkan hampir tidak ada lagi tatap muka. Hampir semua sekolah di Indonesia menerapkan “sekolah dari rumah”. Mulai dari pendidikan dasar sampai ke perguruan tinggi.
Hal ini membuat guru canggung. Begitu pun dengan murid. Tidak sedikit guru dan orang tua yang mengeluhkan sistem pendidikan yang tercipta akibat pandemi ini.

Belajar online

Salah satu metode yang diterapkan adalah belajar online. Metode belajar ini paling banyak diterapkan, walaupun di beberapa daerah masih ada sekolah yang tetap tatap muka dengan hari masuk sekolah yang dikurangi. Ada pula sekolah yang menuntut guru memberi tugas sebanyak-banyaknya. Namun, apa pun metode yang dipilih, semuanya tetap tidak efektif.
Memang, dalam situasi seperti saat ini, keberadaan aplikasi-aplikasi seperti zoom, meet, dan lain sebagainya cukup membantu. Namun, persoalannya ada pada ketersediaan fasilitas dan biaya yang harus disediakan oleh guru dan murid.
ADVERTISEMENT
Mulai dari keharusan memiliki telepon pintar atau komputer yang dapat dihubungkan dengan internet, ketersediaan waktu untuk mendampingi anak-anak belajar, perislan perislan, dan juga ada masalah biaya tambahan yang harus dikeluarkan orang tua, terutama dalam hal ketersediaan paket data yang sejatinya cukup memberatkan.
Hal ini sejatinya menjadi masalah dalam hal fasilitas. Belum lagi ada persoalan keefektifan belajar-mengajar dengan cara ini. Terutama terhadap pendidikan di sekolah dasar (SD).
Metode belajar online tidak efektif dan sulit, bahkan tidak berjalan di pendidikan tingkat sekolah dasar. Terlebih bagi mereka yang masih duduk di kelas 1,2, dan 3. Sebab mereka belum fasih, bahkan tidak bisa menggunakan teknologi. Di bawah bimbingan orang tua pun tetap tidak efektif, sebab sebagian dari mereka belum lancar membaca dan berhitung. Dalam hal ini, peran guru sama sekali tidak ada. Sebab tidak ada yang dapat dilakukan guru dengan sekolah daring, selain meminta orang tua mereka (wali murid) untuk bisa selalu mendampingi anaknya. Ibaratnya, orang tua harus pintar mengajar dan ikut kembali bersekolah.
ADVERTISEMENT

Peran Guru

Guru tentu adalah sosok yang “digugu” dan “ditiru”. Begitu filosofi yang sering kita dengar.
Sepatutnya, guru menjadi contoh yang baik. Tidak hanya di sekolah, melainkan menjadi suaritauladan baik di lingkungan maupun di luar sekolah. Intinya, guru adalah contoh bagi semua murid di kehidupan sehari-hari.
Tapi, hal itu tidak dapat terwujud di masa pandemi ini. Guru tidak mampu membimbing siswa, yang bisa dilakukan hanyalah memberikan pelajaran yang sejatinya tanpa ada guru pun bisa dilakukan sendiri oleh murid. Misalnya meminta murid membaca, mengerjakan soal-soal yang ada di LKS, dan lain sebagainya.
Dalam sekolah online pun begitu. Peranan guru dalam mendidik jelas teramputasi. Guru yang seharusnya menjadi sauritauladan yang baik malah tidak mampu berbuat apa-apa, selain memberi tugas kepada murid, terkadang pemberian tugas tersebut juga tidak efektif dalam memberi pengetahuan. Sekolah online juga hanya dijadikan wadah transfer ilmu tanpa tau apakah murid benar-mengerti atau tidak.
ADVERTISEMENT
Selain itu, berbagai upaya pembelajaran yang diterapkan menyebabkan guru hanya “mengajar”, tapi tidak mendidik. Maksudnya mengajar di sini ya sekadar mendikte atau hanya pemenuhan kewajiban mengajar dari seorang guru saja. Sementara untuk mendidik, seperti misalnya membentuk watak dan kepribadian siswa, terutama di tingkat sekolah dasar tidak terealisasi.
Tentu, pemerintah memiliki pekerjaan rumah rumit soal ini. Menentukan metode pembelajaran yang baik di masa pandemi.
Saat ini, berbagai metode yang diterapkan, termasuk belajar online hanya menjadi seperti buah simalakama. Bila tidak diadakan, proses belajar-mengajar tidak akan ada sama sekali, dan tentunya hal ini akan berdampak pada hak pendidikan siswa, tapi bila diadakan, belajar online justru tidak efektif. Sementara untuk kembali ke sekolah, hal itu terlalu bahaya, mengingat grafik penyebaran virus Corona ini yang terus meningkat.
ADVERTISEMENT
***
Penulis: Jasmaini, S.Pd., SD.
Guru Sekolah Dasar Negeri 6 Bukik Gadang, Talawi, Kota Sawahlunto