Kisah Pemulung Sukses Jualan Akik, lalu Bikin Panti Jompo Tunawisma

JatimNow
Berani Realitas
Konten dari Pengguna
19 Juli 2019 18:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari JatimNow tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Rama Philips (kanan) bersama salah satu lansia tunawisma yang dirawatnya di Ponorogo.
zoom-in-whitePerbesar
Rama Philips (kanan) bersama salah satu lansia tunawisma yang dirawatnya di Ponorogo.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
jatimnow.com - Rama Philips (35 tahun) mengabdikan diri merawat ratusan orang lanjut usia (lansia) di panti jompo miliknya di Desa Ngasinan, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Di sana, dia bersama istrinya menyediakan tempat tidur yang terbuat dari bambu dan batu bata dengan alas tikar untuk mereka.
ADVERTISEMENT
Aktivitas para lansia itu biasanya hanya tidur dan duduk bersantai di depan panti dengan tatapan yang tampak kosong. Sesekali beberapa lansia yang tak mampu berdiri dan berjalan karena stroke akan berteriak meminta tolong untuk membetulkan posisi tidurnya. Kemudian Rama datang dan menolongnya.
"Setiap hari ya begini ini. Cuma ada saya dan istri yang mengurusnya. Kalau teriak begini, ya saya datangi," kata Rama di panti jomponya, Jumat (19/7).
Rama mengaku tak mudah menampung dan mengurus para lansia, terlebih para lansia yang ditampung merupakan mantan pemulung yang tak punya tempat tinggal atau tunawisma. Rama sendiri sebelumnya bekerja sebagai pemulung dan tak punya tempat tinggal.
"Dulunya saya seperti mereka, pemulung yang pasti dijauhi oleh orang-orang," ucap Rama.
ADVERTISEMENT
Kehidupan Rama mulai berubah sejak mengenal akik atau batuan kalsedon yang tersusun berlapis-lapis dari berbagai warna. Bermodal Rp 80 ribu, Rama berangkat ke Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo, untuk mencari batu kalsedon itu pada 2015.
"Saya membeli bongkahannya, lalu saya potong kecil-kecil. Kemudian saya jual, dari (modal) Rp 80 ribu menjadi Rp 4 juta," ujar Rama.
Seiring berjalannya waktu, Rama memiliki banyak pelanggan dan mengembangkan usaha akiknya hingga beromzet Rp 486 juta. Dari keuntungan itulah, Rama membeli tanah dan membangun rumah.
Kemudian, ceritanya membuat panti jompo bermula saat Rama, di tengah kesibukan bisnis jual-beli akik, melihat seorang lansia yang masih bekerja keras. Lalu dia menghampiri dan mengajak bicara orang lansia itu. Dari pengalamannya itulah, Rama memutuskan untuk mendirikan panti jompo.
ADVERTISEMENT
"Saya tanya, ternyata (orang lansia itu) eks transmigran. Istrinya meninggal dan tidak punya anak. Mbah itu kembali ke Ponorogo hanya ada keponakan. Rupanya diusir dari rumah dan harus kerja keras, serta tinggal di sebuah gubuk seadanya," ungkap Rama.
"Saya teringat nasib saya waktu jadi pemulung. Keluarga juga setuju (saya) menampung (orang lansia)," tambahnya.
Sejak itu, Rama mulai menampung orang-orang lansia yang ditemuinya selama berbisnis akik. Namun, bisnis akiknya tak lagi menguntungkan. Rama pun kini menjual berbagai macam plastik.
"Bisnis akik saya meredup, tapi saya diberi amanah oleh Tuhan untuk menampung dan merawat mereka," kata Rama.
Saat ini, sudah ada sekitar 100 orang lansia yang dirawat di panti jomponya. Rama bersyukur kerap ada dermawan yang memberi sumbangan biaya, bahkan ada donatur yang bekerja di Hongkong sebagai Tenaga Kerja Wanita.
ADVERTISEMENT
Rama telah bekerja sama dengan dinas sosial di empat kabupaten, yakni Dinas Sosial Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Magetan, Kabupaten Madiun, dan Kabupaten Trenggalek. Setiap lansia yang dijaring dinas keempat kabupaten itu akan ditampung dan dirawat di panti jompo milik Rama.
"Kemarin, Kemenkumham (Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia) membantu membangun wisma lansia ini," ucap Rama.
Kini, dia mengelola empat panti lansia, dua terdapat di Kabupaten Ponorogo, satu di Kabupaten Tulungagung, dan satu di Kabupaten Blitar.