yijfumulyq0pjipvjqjj.jpg

Cerita Anak Tinggal di Kandang Ayam dan Harus Menganyam Bambu untuk Beli Kuota

6 Agustus 2020 19:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cerita Anak Tinggal di Kandang Ayam dan Harus Menganyam Bambu untuk Beli Kuota
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
jatimnow.com - Penderitaan yang dialami Surati (48), seorang janda dengan dua anaknya bertambah di tengah Pandemi Corona.
ADVERTISEMENT
Setelah bercerai dengan suaminya setahun lalu, ia kini tinggal di kandang ayam bersama kedua anaknya karena tidak memiliki uang untuk mengontrak rumah.
Warga Desa Sumbersawit, Kecamatan Sidorejo, Kabupaten Magetan itu juga harus memenuhi kebutuhan belajar Indriana Setya Rahayu (16), anaknya untuk belajar daring. Sedangkan anaknya yang satunya masih akan masuk TK.
Untuk Indriana anaknya yang kini duduk di kelas 1 SMKN 1 Magetan jurusan Bisnis Jaringan dan Pemasaran itu harus tetap belajar secara online karena sekolah masih ditutup.
Meski tinggal di kandang ayam, Indriana tetap belajar secara tekun dengan memperhatikan gawai miliknya untuk menyalin soal-soal yang diunduhnya.
ADVERTISEMENT
"Saya terpaksa tinggal bersama ibu di kandang ayam setelah orang tua bercerai. Namun saya tetap semangat belajar untuk bisa membantu dan membelikan rumah ibu," katanya, Kamis (6/8/2020).
Ia mengaku jika membantu ibunya untuk ngasak padi (mengumpulkan sisa-sisa padi di sawah warga usai dipanen) agar dapat membayar sekolah dan membeli pulsa handphone (hp) agar dapat digunakan belajar daring.
"Sebelumnya untuk bayar seragam sekolah Rp 1.700.000, saya ngasak sama ibu selama 2 bulan," ujar dia.
Untuk membeli hp, ia mengaku merelakan menjual perhiasan miliknya dan ibunya. Hp lama yang dimilikinya tak lagi mampu menunjang kegiatan belajarnya yang digunakan mendownload materi pengajaran.
"Kemarin jual perhiasan satu satunya milik saya dan ibu saya agar dapat HP karena HP lama sudah tidak bisa dipakai download," cerita Indriana.
ADVERTISEMENT
Sedangkan untuk kebutuhan internet, ia mengaku setiap bulan harus mengeluarkan uang Rp 100 ribu. Ia membantu ibunya menganyam bambu yang dijadikan kerajinan besek. Murahnya harga besek membuat Indriana menganyam sampai malam.
"Satu ikat itu harganya Rp 60 ribu. Jadi ya harus sampai malam bantu nganyam biar bisa beli data," tukasnya sambil terisak.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten