Cerita Gus Dur Temukan Makam Kuno di Hutan Banyuwangi

JatimNow
Berani Realitas
Konten dari Pengguna
15 Mei 2019 14:08 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari JatimNow tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Area pemakaman kuno di Banyuwangi. foto: jatimnow.com
zoom-in-whitePerbesar
Area pemakaman kuno di Banyuwangi. foto: jatimnow.com
ADVERTISEMENT
jatimnow.com - Area pemakaman kuno yang terletak di kawasan hutan Banyuwangi menjadi salah satu jejak syiar Islam paling awal yang masuk ke Tanah Jawa. Makam ini milik orang suci yang datang dari negeri Rum.
ADVERTISEMENT
Beliau tak lain adalah Syekh Al Maulaya. Di tanah Jawa, beliau juga dijuluki Syekh Mulyo atau Syekh Akbar (Kubro) yang mana diketahui sebagai sepupu dari Syekh Subakir.
Di areal pemakaman itu pula terdapat makam dari puluhan tokoh masa lampau tanah Jawa. Beberapa di antaranya seperti Aryo Murti dan makam ayah dari Syekh Mulyo, yakni Syekh Kamaluddin Sarbiqoni Sayyidtullah.
Beberapa makam terlihat memiliki ukuran yang tak biasa. Sekitar 10 makam memiliki panjang mencapai 7 meter lebih, sedangkan makam lainnya memiliki panjang sekitar 3 meter.
Makam para orang suci ini berada di tengah belantara hutan jati di Desa Karetan, Kecamatan Purwoharjo. Tepatnya di petak 76 kawasan Gunung Gamping, yang kini secara administratif dikelola Perhutani Banyuwangi Selatan.
ADVERTISEMENT
Menurut cerita babat desa setempat, areal pemakaman kuno itu diketahui sudah ada sejak tahun 1603. Lokasi ini juga menjadi basis pertahanan para pejuang pada masa penjajahan Belanda.
Seiring berjalannya zaman, areal pemakaman yang banyak ditumbuhi pohon Klampis hitam ini terlantar. Hingga akhirnya pada 1996, jejak sejarah tanah Jawa itu kembali 'ditemukan'.
"Yang menemukan (kembali) makam itu yakni Muhammad Said Abu Bakar Sabitullah. Beliau ahli waris dari Syekh Mulyo," jelas Edy Yanto, salah satu tokoh yang turut melestarikan makam Syekh Mulyo saat dihubungi jatimnow.com, Minggu (12/5).
Namun, pada saat itu warga masih belum mengetahui siapa gerangan pemilik makam tersebut. Hingga akhirnya, Muhammad Said Abu Bakar melakukan penelusuran bersama sejumlah temannya.
Makam kuno di di petak 76 kawasan Gunung Gamping,Banyuwangi. foto; jatimnow.com
Said didampingi Gus Safik, pengasuh Ponpes Mambaus Salam Tulungagung, pergi menuju rumah Gus Dur di Ciganjur. Gus Dur sendiri dikenal sebagai arkeolog spesialis makam tokoh sejarah.
ADVERTISEMENT
"Datanglah Gus Safik dan teman-teman ke rumah Gus Dur di Ciganjur. Waktu itu Gus Dur baru saja jadi Presiden," ungkap Edy.
Rombongan Gus Safik saat datang sempat ditolak oleh ajudan Gus Dur. Tak dinyana, justru Gus Dur keluar dari pintu rumah dan langsung memanggil Gus Safik beserta teman-temannya.
"Herannya, sebelum teman-teman sampaikan maksud kedatangannya, ternyata Gus Dur sudah tahu dulu jika mereka akan bertanya tentang makam," tambah Edy lagi.
Dari pertemuan itu, Gus Dur bercerita jika jauh-jauh hari sebelumnya pernah melakukan tirakat selama 3 bulan di makam tersebut. Itu dilakukan setelah Gus Dur mendapat perintah dari keluarga besarnya untuk menelusuri jejak leluhurnya.
"Menurut cerita Gus Dur, beliau diminta keluarganya untuk mencari makam leluhurnya yang ada di ujung Timur Jawa. Dan ternyata makam Syekh Kamaludin dan Syekh Mulyo yang dimaksud," urainya.
ADVERTISEMENT
Gus Dur memastikan bahwa makam tersebut memang makam para Aulia yang tertua di tanah jawa. Bahkan Gus Dur menuliskan permintaan khusus di selembar kertas kepada masyarakat.
"Saya berpesan kepada seluruh umat Islam khususnya warga Nahdhliyin dan para Ulama dan Umaroh tolong lestarikan dan rawatlah keberadaan makam Auliya tersebut," pungkas Edy, membacakan penggalan tulisan di selembar kertas yang terdapat tanda tangan Gus Dur.