Cerita Keluarga Atlet Senam yang Kecewa Anaknya Dituding Tak Perawan

JatimNow
Berani Realitas
Konten dari Pengguna
29 November 2019 14:53 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari JatimNow tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Cerita Keluarga Atlet Senam yang Kecewa Anaknya Dituding Tak Perawan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
jatimnow.com - Dinilai tidak lagi perawan, Shalfa Avrila Sania, atlet cabang olah raga senam artistik asal Kota Kediri, terpaksa mengubur mimpinya untuk berlaga di ajang SEA Games 2019 Filipina.
ADVERTISEMENT
Siswa kelas XII SMA di salah satu sekolah di Kebomas Kabupaten Gresik ini dipulangkan dengan alasan tidak lagi perawan. Padahal dari hasil pemeriksaan medis, tuduhan tersebut terbantahkan.
Saat ditemui di rumahnya, Ayu Kurniawati, ibunda Shalfa, mengaku kecewa atas keputusan pemulangan anaknya. Menurutnya keputusan pelatih mencoret Shalfa dengan alasan keperawanan tersebut, merupakan alasan yang tidak masuk akal dan tidak mendasar.
"Syok, enggak nyangka kayak dilempar begitu aja. Enggak ada surat, enggak ada pemberitahuan langsung disuruh ambil. Alasannya, anak saya sering pulang malam terus anak ibu sudah enggak virgin. Katanya selaput daranya sudah robek kayak orang diperkosa gitu," ujarnya, Jumat (29/11/2019).
Ia menceritakan, dua pekan sebelum tim bertolak ke Filipina, yakni tanggal 13 November 2019, pihak keluarga diminta untuk menjemput atlet senam itu di Pelatnas.
ADVERTISEMENT
Pihak keluarga yang mendapatkan laporan tersebut terkejut. Mereka kemudian berinisiatif untuk memeriksakan secara medis.
Dari hasil pemeriksaan, tim dokter memastikan bahwa selaput dara Shalfa masih dalam kondisi utuh, atau Hyman Intak. Namun hal tersebut tidak mampu membangkitkan semangat atlet yang telah mengoleksi 49 medali ini.
"Hasilnya masih virgin kata dokter, tapi pelatihnya masih meragukan," ujarnya.
Kuasa Hukum keluarga, Imam Muklas, mengaku telah melayangkan surat laporan ke Presiden Joko Widodo, Kementerian Pemuda aan Olahraga, serta pihak-pihak terkait lainnya.
Ia berharap, agar ada tindak lanjut konkret terkait keputusan pelatih yang dinilai merusak nama baik dan karier sang atlet penerima dua kali Satya Yasa Cundamani, penghargaan tertinggi dari Kota Kediri ini.
"Tidak ada harapan lebih selain pemulihan nama baik atlet berprestasi andalan Jawa Timur ini. Keluarga menganggap apa yang diperjuangkan dengan penuh pengorbanan oleh anaknya sejak kelas 2 sekolah dasar tersebut sirna seketika," kata Imam.
ADVERTISEMENT