Cerita Pasien Positif COVID-19 Banyuwangi yang Sembuh Usai Diisolasi 4 Bulan

Konten Media Partner
10 Juli 2020 13:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cerita Pasien Positif COVID-19 Banyuwangi yang Sembuh Usai Diisolasi 4 Bulan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
jatimnow.com - Dari 36 pasien positif Covid-19 di Banyuwangi, 20 di antaranya telah dinyatakan sembuh. Terbaru, pasien yang sembuh adalah S, seorang pria 42 tahun yang berprofesi sebagai perawat.
ADVERTISEMENT
Perawat ini merupakan pasien positif COVID-19 nomor urut 03 di Banyuwangi yang tercatat paling lama dirawat. Kini sang perawat tersebut sudah bisa kembali berkumpul dengan keluarga kecilnya.
Pria asal Kecamatan Cluring ini dinyatakan sembuh setelah hasil uji swab tenggorokan yang ke 10 dan 11 dinyatakan negatif pada Rabu (8/7/2020) malam.
"Alhamdulillah pasien 03 sudah dinyatakan sembuh setelah uji swabnya dua kali terakhir menunjukkan hasil negatif. Beliau adalah pasien terlama, karena menjalankan isolasi mandiri sejak 20 Maret setelah muncul klaster petugas haji di Surabaya, lalu dinyatakan positif pada 10 April 2020," jelas Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Banyuwangi, dr Widji Lestariono, Jumat (10/7/2020).
Petugas lab menyiapkan sampel sebelum pengujian virus corona (COVID-19). Foto: Cooper Neill/REUTERS
Pasien 03 ini masuk dalam kategori orang tanpa gejala (OTG). Sejak dinyatakan terinfeksi Virus Corona 10 April 2020 lalu, dia menjalani perawatan di rumah sakit hingga melakukan isolasi mendiri di rumah.
ADVERTISEMENT
Total hingga dinyatakan sembuh, pasien 03 sudah menjalani uji swab sebanyak 11 kali dengan isolasi hingga empat bulan lamanya. Dia dinyatakan sembuh setelah hasil swab ke-10 dan 11 negatif.
"Akhirnya dinyatakan sembuh, saya langsung sujud syukur. Saya langsung telepon ibu saya, beliau dan keluarga langsung menangis haru," ungkap S saat dihubungi.
S lalu membagikan pengalamannya saat berjuang untuk sembuh dari Covid-19. Selama menjalani perawatan di RSUD Banyuwangi dan menjalani isolasi mandiri, ia banyak mendapat perhatian dari petugas kesehatan. Menurutnya, dukungan dari banyak pihak menjadi obat bagi kesembuhannya.
Namun sebelumnya dia sempat stres karena berkali-kali tes swab, hasilnya tetap positif Covid-19. Padahal banyak pasien lain sudah sembuh. Namun S tetap berdoa dan berikhtiar tanpa henti dengan didukung keluarga, sahabat dan pemerintah daerah.
ADVERTISEMENT
"Saya sangat berterima kasih atas dukungannya, baik secara moril maupun materiil dari banyak pihak. Khususnya Gugus Tugas termasuk tim kesehatan yang terus memantau kondisi saya dan tidak bosan untuk memastikan kesembuhan saya," ujarnya.
S bercerita, saat menjalani isolasi di rumah, dirinya bahkan mendapatkan tambahan asupan makanan bergizi dari puskesmas.
"Meskipun saya OTG, saat isolasi di rumah saya disiplin menjalankan isolasi. Saya tidur di kamar sendiri, mengerjakan apa pun dilakukan sendiri untuk mengurangi pertemuan dengan anggota keluarga yang lain. Saya harus menjaga keluarga, caranya ya dengan melakukan semuanya sendiri," paparnya.
"Petugas puskesmas juga tak bosan memantau secara rutin. Bahkan petugas juga rutin mengirimi saya nutrisi berupa susu, telur dan buah setiap hari. Saya juga diberi multivitamin," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Dia mengaku sempat bosan saat harus menjalani isolasi mandiri. Maklum saja, berbulan-bulan dia di dalam rumah. Untuk mengusir rasa jenuh, dia rutin melakukan fitness setiap hari di rumahnya. Kebetulan dia memiliki usaha kebugaran di rumahnya.
"Ya hiburan saya itu ya fitnes. Saat isolasi di Pendopo Kabupaten, saya pun menyempatkan membawa peralatan fitnes. Kalau dulu fitnes bareng, sekarang sendiri. Maklum saja, sejak pandemi usaha itu saya tutup untuk keamanan bersama," jelasnya.
Dia juga mengaku dukungan lingkungan dan teman kerja membuatnya menjadi lebih optimis dan ikhlas dalam menjalani masa perawatan.
"Alhamdulillah, tetangga tidak ada yang bersikap buruk ke keluarga kami. Mereka semua paham, bahkan tetangga suka menyapa saat saya duduk di depan rumah sendirian. Rekan kerja dan rekan fitnes suka mengirimkan oleh-oleh ke rumah. Membuat saya haru," sambung S.
ADVERTISEMENT
Selama perawatan di rumah, S mengaku lebih dekat dengan Allah. Hari-harinya digunakan untuk memperbanyak ibadah.
"Setiap hari saya isi dengan baca Al Quran. Salat Duha dan Tahajud tak lupa dilakukan rutin. Ini hikmah buat saya," ucapnya.
Dia pun berpesan kepada para pasien lain yang sedang menjalani perawatan. Berpikiran positif, menjaga kebugaran tubuh dengan berolahraga ringan dan makan makanan bergizi adalah kunci dari kesembuhan.
"Dan yang paling terpenting adalah sabar. Karena saya sendiri selama hampir empat bulan melakukan isolasi dan tidak melakukan aktivitas yang bertemu dengan banyak orang. Demi untuk kesembuhan diri sendiri dan juga melindungi orang-orang lain di luar agar tidak tertular oleh kita," ujarnya.
Kendati sudah sembuh, dirinya tidak serta merta mengabaikan anjuran pemerintah dan pihak rumah sakit. Ia tetap menjaga physical distancing, memakai masker hingga sering-sering cuci tangan.
ADVERTISEMENT
"Setelah ini saya langsung ingin kerja, sudah kangen kerja. Sebagai penyintas, bukan berarti saya bebas seenaknya, saya tetap tidak boleh ceroboh. Saya akan menjalankan protokol kesehatan super ketat. Saya tidak mau sakit lagi," tandasnya.